Sistem Pengumpulan Sampah Plastik Beri Kontribusi Rp1 Triliun Lebih dalam Mendukung Ekonomi Sirkular

KLHK mendorong sampah dan limbah B3 didaur ulang atau dimanfaatkan menjadi sumber daya proses produksi, baik bahan baku atau energi.

oleh Henry diperbarui 23 Des 2021, 09:02 WIB
Diterbitkan 23 Des 2021, 09:02 WIB
Ilustrasi sampah plastik
Ilustrasi sampah plastik. (dok. RitaE/Pixabay/Tri Ayu Lutfiani)

Liputan6.com, Jakarta - Masalah sampah masih termasuk permasalahan krusial di Indonesia. Berbagai cara dilakukan untuk mengatasi persoalan sampah, begitu juga dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Salah satu yang menjadi fokus adalah mengenai pengelolaan sampah.

Pemerintah sendjri menerapkan ekonomi sirkular dalam Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Salah satu implementasinya yaitu dengan mendorong sampah dan limbah B3 didaur ulang atau dimanfaatkan menjadi sumber daya proses produksi, baik bahan baku atau energi.

Pada Acara Refleksi Akhir Tahun 2021 KLHK di Jakarta yang digelar secara hybrid, Rabu, 22 Desember 2021, Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3 (PSLB3) Rosa Vivien Ratnawati, menyampaikan sejumlah capaian kinerja ekonomi sirkular dalam pengelolaan sampah, limbah B3, dan limbah non B3.

Sistem ekonomi sirkular dinilai lebih berkelanjutan karena bisa mengurangi beban lingkungan dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup. Selain lebih ramah lingkungan, sirkular ekonomi juga mampu memberikan nilai tambah ekonomi, menyediakan lapangan kerja, berkontribusi pada pembangunan, sekaligus upaya mengatasi perubahan iklim.

Capaian kinerja ekonomi sirkular dalam pengelolaan sampah meliputi bagian hulu, dan bagian hilir, serta di tingkat komunitas, wilayah, hingga nasional. Sedangkan pencapaian kinerja ekonomi sirkular dalam pengelolaan limbah B3 dan limbah non B3 meliputi beberapa aspek. Ada pelayanan perizinan, implementasi pemanfaatan limbah B3, pemulihan lahan terkontaminasi limbah B3, dan pemanfaatan limbah non B3.

Di sektor hulu, penerapan ekonomi sirkular dilakukan melalui pengurangan sampah oleh produsen. Jenis produsennya meliputi manufaktur, ritel, serta jasa makanan dan minuman. Target pengurangan sampah oleh produsen sebesar 30 persen pada akhir 2029. Menurut Vivien, yang menjadi perhatian pengelolaan sampah di sektor hulu ada dua faktor.

Yang pertama, kita sebagai individu dan bagian masyarakat, dimana sekarang bukan zamannya lagi ungkapan jangan membuang sampah sembarangan, tetapi mari kita pilah sampah dari rumah. "Kedua, para produsen pun didorong untuk menghasilkan kemasan/produk tidak sekali pakai. Mereka juga berkewajiban untuk membatasi timbulan, pendauran ulang, dan pemanfaatan kembali," kata Vivien.

Selanjutnya, sistem pengumpulan sampah plastik turut memberikan kontribusi lebih dari Rp1 triliun dalam mendukung sirkular ekonomi selama tahun 2019-2020.  Angka tersebut diperoleh melalui Bank Sampah, TPS 3R, TPST, PDU, sektor informat (pemulung/pelapak), dan social enterpreneur, dengan asumsi harga 1 kg plastik sebesar Rp2..400/kg.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Lokasi Eduwisata

Refleksi Akhir Tahun 2021 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK)
Refleksi Akhir Tahun 2021 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). (Liputan6.com/Henry)

Dari pengumpulan sampah kertas, memberikan kontribusi terhadap sirkular ekonomi lebih kurang Rp7,3 triliun dengan asumsi harga 1 kg kertas Rp3.500/kg.Dengan potensi timbulan nasional sekitar 100.000 ton/hari, sampah organik juga menjanjikan potensi nilai ekonomi yang tinggi, khususnya menggunakan metode Black Soldier Fly (BSF).

Metode ini menghasilkan maggot, dengan potensi sampah terkelola 15 ribu ton/hari, dan potensi nilai ekonomi per hari sekitar Rp225 –300 miliar. Selain maggot, metode ini menghasilkan pupuk cair dengan potensi sampah terkelola 30 ribu ton/hari, dan potensi nilai ekonomi per hari sekitar Rp15 miliar.

"Sirkular ekonomi juga menumbuhkan social preneur dalam pengelolaan sampah. Saat ini ada 28 social preneur. Mereka umumnya terdiri dari anak muda. Mereka membuat aplikasi untuk menjemput sampah terpilah dari rumah, dan mereka membelinya," terang Vivien. Di hilir, KLHK membantu fasilitasi sarana dan pengelolaan sampah yang mendukung ekonomi sirkular.

Sebagai contoh, KLHK membangun Pusat Daur Ulang (PDU) di Kota Metro Lampung, dengan kapasitas terpasang 3.600 ton/tahun. Fasilitas ini memberikan potensi nilai ekonomi sekitar Rp5,7 miliar per tahun dari sampah daur ulang dan sampah organik. Tempat ini juga dapat berfungsi sebagai lokasi eduwisata.

Sistem Informasi

Kota Malang Genjot Pengelolaan Sampah dengan Metode TPS 3R
Petugas Bank Sampah menyortir sampah plastik untuk didaur ulang di TPS 3R sehingga dapat mengurangi masalah sekaligus bernilai ekonomi (Foto : Pemkot Malang)

Secara nasional, indeks kinerja pengelolaan sampah masih relatif kurang. Baru delapan Kabupaten/Kota yang termasuk kategori baik dalam pengelolaan sampah.  Menurut Vivien, salah satu hal yang menyebabkan hal ini yaitu pengelolaan sampah di daerah masuk kewenangan konkuren wajib, tetapi bukan pelayanan dasar.

Capaian kinerja ekonomi sirkular sektor limbah B3 dan non B3, dapat dilihat dari jumlah penerbitan persetujuan teknis (Pertek) dan Sertifikat Kelayakan Operasional (SLO) tahun 2021 kepada penghasil dan jasa pengelola limbah B3. Dari 175 penerbitan Pertek dan SLO Tahun 2021, KLHK telah mendorong Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pemanfaatan Limbah B3 sebagai sumber daya sebanyak 90 (51 persen).

Pada aspek implementasi pemanfaatan limbah B3, KLHK memfasilitasi peningkatan kapasitas pelaku usaha/kegiatan dan membangun sarana prasarana. KLHK membangun fasilitas pemanfaatan oli bekas menjadi sumber energi alternatif di Kota Banjarbaru Kalsel, Kabupaten Banyuasin Sumsel, dan Kabupaten Kubu Raya Kalbar.

Terakhir, Vivien menyampaikan dukungan sistem informasi sangatlah dibutuhkan dalam penerapan ekonomi sirkular pengelolaan sampah, limbah B3 dan limbah non B3. Saat ini, tersedia Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN), Sistem Informasi Manajemen Bank Sampah (SIMBA.ID). Selain itu ada Aplikasi Pelaporan Penilaian Kinerja Pengelolaan Limbah B3 dan Limbah Non B3 – SIRAJA, Aplikasi Manifest Elektonik Limbah B3 FESTRONIK, dan aplikasi SILACAK.

Indonesia Sumbang Sampah Plastik Terbesar Kedua Sejagat

Infografis Indonesia Sumbang Sampah Plastik Terbesar Kedua Sejagat
Infografis Indonesia Sumbang Sampah Plastik Terbesar Kedua Sejagat. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya