Liputan6.com, Jakarta - Seorang pegawai di sebuah BUMN di China timur sedang diselidiki setelah mengaku memiliki banyak kekayaan dan koneksi dengan pejabat pemerintah senior di media sosial. Klaim itu memicu kecurigaan publik bahwa ia terlibat dalam tindak korupsi.
Capital Operation Holding Group milik negara di Provinsi Jiangxi sedang menyeliki karyawan bernama Zhou Jie setelah dia mengunggah klaim tentang kekayaannya di media sosial. Dia bahkan mengaku pernah meminum teh seharga 400 ribu yuan atau lebih dari Rp886 juta per kilogram.
Advertisement
Baca Juga
Dikutip dari South China Morning Post, Rabu (27/7/2022), Zhou, pria asal Nanchang, Jiangxi itu menarik perhatian nasional selama akhir pekan lalu. Ketika itu, serangkaian tangkapan layar dari WeChat-nya yang memamerkan harta dan kekuasaan beredar luas.
Perusahaan kemudian melansir pernyataan pada Selasa, 26 Juni 2022, bahwa setelah unggahannya viral, ia pun segera menjadi perhatian para atasan. Publik pun berspekulasi ayah Zhou adalah seorang pejabat senior di pemerintah provinsi.Â
Dalam unggahan itu, ia mengaku sering bersosialisasi dengan pejabat tinggi dan pengusaha kaya. Ia juga mengklaim pernah diberi sebatang rokok oleh wakil gubernur provinsi senilai 1.200 yuan per karton. Zhou juga mengaku biasa mengenakan beragam barang mewah, termasuk jam tangan Omega, yang mendorong seorang pejabat menasihatinya agar "hidup sederhana."
Menurut keterangan perusahaan, Zhou mengklaim bahwa salah satu atasannya mengatur agar pelindung udara terpasang di atas mejanya meski ia hanya pegawai biasa. "Ia takut AC-nya terlalu dingin untuk saya bekerja," imbuh dia.
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Unggahan Lama
Unggahan itu mengundang perdebatan warganet di dunia maya. Sebagian masyarakat mempertanyakan dari mana sumber kekayaan pria itu, ada pula yang menduga ia terlibat korupsi karena kekayaan yang dipamerkannya tidak wajar.
Pihak perusahaan mengatakan bahwa Zhou baru bergabung dengan perusahaan itu pada Maret 2020. Sementara, unggahan yang viral itu diketahui dibuat antara September 2019 hingga Juni 2020, dan segera diviralkan oleh yang lain.
Hingga Selasa sore, penyelidikan tentang Zhou menjadi trending topic di Weibo, Twitter versi China, dan menarik lebih dari 250 juta views dan 16 ribu komentar. Perusahaan berjanji mengungkap detail lebih lanjut kepada publik dan "menanganinya sesuai hukum dan peraturan" bila proses investigasi telah komplit.
Dalam dua tahun terakhir, otoritas China telah bertindak keras terhadap pihak yang memamerkan kekayaannya secara online menyusul janji Presiden China Xi Jinping mengurangi kesenjangan kekayaan dan menciptakan kemakmuran bersama. Pada 2020, pemerintah mengumumkan bahwa mereka telah menghapus kemiskinan absolut.
Â
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Blokir Akun
Douyin, aplikasi streaming langsung dan berbagi video paling populer di China, mengatakan pekan lalu bahwa mereka telah menghapus lebih dari 20 ribu video yang menampilkan gaya hidup mewah sejak awal tahun lalu. Mereka beralasan untuk "mendorong gaya hidup yang ilmiah dan beradab serta pengeluaran yang rasional."
Beberapa hari sebelumnya, akun milik seorang influencer dengan tiga juta pengikut diblokir setelah mengunggah tentang betapa kaya dan punya banyak koneksi. Ia juga mengaku bepergian secara teratur dengan helikopter polisi yang ternyata bohong.
Kasus lain dialami akun penggemar Jimin BTS yang diblokir selama 60 hari, setelah menggalang dana untuk merayakan ultah sang idola Oktober mendatang. Mereka mengumpulkan uang untuk memesan kustomisasi di badan pesawat Jeju Air dengan gambar wajah Jimin.Â
Global Times mencatat penggalangan dana ini mengumpulkan sekitar dari satu miliar yuan, atau lebih dari Rp 2,1 miliar. Weibo menyebut akun para penggemar K-pop ini telah menyebarkan fanatisme irasional untuk "mengejar idola" dan menyesatkan pengikutnya.
"Weibo meningkatkan upaya meluruskan 'kelompok penggemar' tanpa membedakan waktu atau lokasi," begitu pengumuman dari platform ini.
Flexing
Aksi pamer kekayaan itu disebut sebagai flexing. Kehadiran media sosial makin mempopulerkan budaya itu di masyarakat, mulai dari kendaraan, rumah, hingga pakaian yang dikenakan.Â
Dikutip dari kanal News Liputan6.com, pengamat media sosial, Edwin Syarif Agustin menilai flexing merupakan turunan dari karakter media sosial. Ketertarikan masyarakat untuk memperlihatkan atau membagikan sesuatu memicu persaingan hingga memunculkan flexing. Cara itu jadi jalan pintas seseorang agar cepat dikenal di media sosial.
"Kalau orang-orang yang punya kemampuan untuk itu enggak masalah, maksudnya bisa melakukannya gitu. Tapi kalau yang enggak, kadang-kadang mereka fokus supaya bisa melakukannya, sehingga melakukan hal-hal yang tidak baik supaya niat untuk flexing itu tercapai. Ini yang banyak sekali kejadian yang terbongkarlah," kata Edwin.
Menurut Edwin, medium media sosial yang pertama kali membuat flexing populer adalah Instagram meski awalnya platfrom tersebut hanya untuk mempertontonkan hasil fotografi. Fenomena ini bukan hanya terjadi di Indonesia, tapi di dunia, terutama Amerika Serikat, bahkan flexing di negara lain, kata dia, lebih parah dari Indonesia.
Namun, masyarakat di sana banyak yang tidak terpengaruh dengan aksi yang dilakukan pelaku. Sementara, masyarakat Indonesia masuk dalam fase pembelajaran tentang flexing, mulai dari dampak hingga tujuan dari pamer kemewahan itu.
Advertisement