Cara Kekinian Melestarikan Budaya Nusantara di Media Sosial

Media sosial memainkan peran penting dalam berbagai hal, termasuk memperpanjang napas budaya Nusantara.

oleh Putu Elmira diperbarui 11 Agu 2022, 19:01 WIB
Diterbitkan 11 Agu 2022, 19:01 WIB
Pemain Sasando asal NTT dan kreator SnackVideo, Natalino Mella
Pemain Sasando asal NTT dan kreator SnackVideo, Natalino Mella. (Liputan6.com/Putu Elmira)

Liputan6.com, Jakarta - Seiring berkembangnya dunia digital, penyampaian informasi terasa begitu mudah. Tidak terkecuali dengan upaya untuk melestarikan budaya Nusantara dengan cara-cara kekinian, seperti melalui pembuatan video-video pendek yang kemudian disebarluaskan melalui media sosial.

Direktur Perfilman, Musik, dan Media Baru, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) Ahmad Mahendra menyampaikan bahwa peran media sosial dahulu sebagai pendukung, namun kini jadi suatu yang utama. Pihaknya melihat hal ini dapat dimanfaatkan untuk menyebarkan konten dan informasi secara luas kepada publik.

"Tahun lalu dengan SnackVideo ada inisiasi bersama-sama berkolaborasi berkampanye menyebarluaskan informasi yang baik tentunya tentang kampanye budaya, kami langsung menanggapi ini dengan sangat positif. Peran media sosial selain menyebar informasi, juga tentu menjadi ajang menunjukkan kreativitas, inovasi," kata Mahendra saat ditemui di Kemendikbud Ristek, Jakarta Pusat, Rabu, 10 Agustus 2022.

Bicara soal ekosistem film, musik, dan media, tentunya media sosial menjadi bagian dari distribusinya dalam upaya penyebarluasan kepada masyarakat. Lantas, bagaimana dengan komunitas yang ada di dalamnya?

"Negara sebagai fasilitator dan regulator, siapa yang difasilitasi ya komunitas. Kita memberi wadah komunitas untuk berkreasi dengan hal yang positif, pelestarian dan kampanye budaya," terang Mahendra.

Regional Manager Southeast Asia and South Asia, SnackVideo Radityo Utomo mengungkapkan ingin ambil bagian dalam salah satu komponen dunia digital ini. Sebagai platform video pendek, pihaknya sangat mengedepankan keberagaman konten dan dampak sosial.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Kampanye

Kampanye Program Budaya #LebihBaikLagi
Kampanye Program Budaya #LebihBaikLagi kolaborasi SnackVideo dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek). (Liputan6.com/Putu Elmira)

"Kami ingin platform media sosial menjadi tempat agar adanya konten-konten positif yang mampu mendorong pengguna-pengguna lain dan masyarakat secara luas untuk meneruskan dampak positif itu melalui konten video maupun kehidupan sehari-hari," terang Radityo.

Ini bukan kali pertama pihaknya bersinergi dengan Kemendikbud Ristek. Keduanya sempat menggaungkan kampanye di Hari Batik dan Sumpah Pemuda.

"Sekarang kami melakukan kampanye "Lebih Baik Lagi", kampanye ini sendiri didasarkan pembicaraan SnackVideo dengan Kemendikbud kita mendukung program pemerintah, salah satunya adalah nilai-nilai revolusi mental," tambahnya.

Revolusi Mental sendiri menjadi salah satu program prioritas Presiden Joko Widodo. "Kami menurunkan tiga nilai revolusi mental, yaitu etos kerja, gotong royong, dan integritas yang kami terjemahkan ke dalam hashtag Lebih Baik Lagi," kata Radityo.

Ia melanjutkan, "Di sini kami ingin bahwa yang tersampaikan di media sosial nilai-nilai tradisi dan nilai budaya dapat lebih dicerna dan dapat dijalankan dalam keseharian para pengguna."

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Hasil Positif

Diary Fimela: Dhea Ariesta, Si Gadis Minang yang Penuhi Sumpah Pemuda dengan Lestarikan Budaya Tari Tradisional
Simak cerita Dhea dalam melestarikan tari tradisional (SnackVideo)

Radityo menyebut hasilnya sangat luar biasa, karena berkat dukungan Kemendikbud yang juga membantu menyebarkan kampanye, setidaknya ada total 150 ribu peserta yang ikut dalam tagar. Peserta juga ikut di lima kategori utama, yaitu berbahasa, budaya, sehari-hari, olahraga, dan kuliner.

"Hal-hal tersebut yang selalu dapat membantu sosial media untuk terus menampilkan konten-konten positifnya dan tentu harapannya konten itu diamalkan dalam kegiatan sehari-hari," ujarnya.

Selain itu, ia juga mengungkapkan keunikan SnackVideo dari platform sejenis. "Keunikan SnackVideo dibanding platform lain adalah pendekatan akar rumput, kami sangat percaya bahwa media sosial harus menjadi satu wadah bagi semua orang," katanya.

"Kami mempunyai satu vertikal rekaman sehari-hari, kreator kami benar-benar dari akar rumput. Ada satu kreator kami di daerah Jawa Barat adalah pedagang kaki lima berdagang batagor, kontennya hanya kesehariannya saja kita bisa melihat kehidupan masyarakat pada umumnya," terangnya.

Contoh video lain yang mencuri atensi adalah ketika pedagang batagor dengan pedagang soto tampak bertukar makanan. "Ini hal yang cukup unik dan menyadarkan seperti itu kehidupan masyarakat sehari-hari dan itulah yang kita ingin tampilkan di dalam platform SnackVideo," tambah Radityo.

Peran Penting

Pemain Sasando asal NTT dan kreator SnackVideo, Natalino Mella
Pemain Sasando asal NTT dan kreator SnackVideo, Natalino Mella. (Liputan6.com/Putu Elmira)

Sementara, Pemain Sasando asal Nusa Tenggara Timur sekaligus kreator SnackVideo, Natalino Mella menyampaikan bahwa SnackVideo sebagai platform video pendek berdampak besar dalam upayanya melestarikan budaya. Video pendek juga lebih banyak dibagikan kembali di jagat maya.

"Platform SnackVideo ini kan video pendek, biasanya sekarang banyak yang share video-video pendek, saat saya buat itu kebanyakan orang lebih suka share, dampaknya lebih besar dibanding video panjang," kata Nat, begitu ia akrab disapa.

Di sisi lain, Nat juga memiliki visi lain dari konten-konten bermain sasando di SnackVideo. "Ingin menunjukkan kalau sasando sudah di level yang lain, anak-anak muda lihat ini bukan tradisional yang lama lagi, harapan saya anak-anak muda bisa beli, main, semakin banyak yang main alat ini bukan lagi jadi alat musik yang eksklusif lagi tapi semua sudah anggap biasa, kita bisa main di mana-mana," terangnya.

Nat menyebut saat ia mengunggah konten bermain sasando, tentu kontennya tidak hanya disaksikan orang di Indonesia, tetapi juga dari berbagai negara. "Itu cara paling gampang untuk penyebarannya sambil saya buat berapa workshop ada pelatihan untuk anak-anak di Kupang," tutupnya.

Infografis Tahap Pengajuan Kebaya Jadi Warisan Budaya Takbenda UNESCO
Infografis Tahap Pengajuan Kebaya Jadi Warisan Budaya Takbenda UNESCO. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya