Liputan6.com, Jakarta - Kenyamanan jadi kata kunci saat traveling, yang terkadang disalahartikan sejumlah pelancong. Mereka merasa bebas untuk mengenakan apa saja saat ke bandara, termasuk sandal jepit.
Bila Anda termasuk orang yang suka mengenakan sandal jepit ke bandara untuk naik pesawat terbang, hentikan kebiasaan tersebut mulai sekarang. Apa alasannya?
Dilansir The Sun, Rabu, 17 Agustus 2022, menurut para pakar penerbangan dan juga awak kabin, sandal merupakan salah satu alas kaki yang tidak direkomendasikan saat penerbangan. Analis penerbangan, Mary Schiavo, mengatakan bahwa traveler sebaiknya menghindari menggunakan sandal jepit saat ke bandara dan naik pesawat.
Advertisement
[bacajuga:Baca Juga](5016846/ 5036437 5015215)
"Tolong kenakan sepatu dengan benar dan tunggu sampai pesawat lepas landas dan mendarat," ujarnya.
Bukan tanpa alasan, Schiavo menjelaskan bahwa memakai sandal tak hanya membahayakan diri sendiri, tapi juga orang lain. Contohnya, jika ada kondisi darurat dan penumpang harus segera cepat-cepat keluar dari pesawat, mereka yang mengenakan alas kaki jenis ini akan kesulitan.
"Saya melihat orang-orang naik (pesawat) dengan sandal jepit dan saya pikir jika Anda harus bangun dan berlari, Anda akan terjatuh," kata Schiavo. "Anda tidak hanya akan melukai diri sendiri, tetapi juga melukai lusinan orang lain di pesawat. Jadi, pakailah sepatu," lanjutnya.
Pendapat senada juga diungkapkan salah seorang pramugari bernama Andrea Fischbach. Ia menyebut bahwa memakai sandal akan membuat traveler kerepotan, khususnya saat terburu-buru.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Tak Hanya Sandal
"Jika kamu harus berpindah dengan cepat dari terminal satu ke yang lainnya, kamu akan lebih baik mengenakan sepatu untuk memudahkan langkahmu," ujar Fischbach.
"Saya juga tidak menyarankan sepatu hak tinggi dan sandal jepit demi alasan keamanan," lanjutnya. Sama seperti sandal jepit, sepatu high heels atau hak tinggi juga sama berbahayanya, karena bisa saja membuat Anda terjatuh ataupun terkilir.
"Kalau ada evakuasi dan seluncuran darurat dikeluarkan, sepatu hak tinggi harus dilepas, karena dapat menusuk seluncuran," ungkap Fischbach. Untuk alasan keamanan yang sama, Anda juga sebaiknya selalu mengenakan sepatu, bahkan saat penerbangan berlangsung.
Pakar penerbangan Christine Negroni, mengatakan bahwa waktu paling berisiko dalam penerbangan adalah saat mendarat dan lepas landas. "Saya pikir itu harus menjadi aturan untuk memakai sepatu selama waktu ini," kata Negroni.
Ada berbagai larangan lainnya saat naik pesawat. Salah satunya adalah merokok. Larangan merokok dalam penerbangan pertama kali dilarang pada 1987 di Australia, diikuti Amerika Serikat pada 1988, dan 1997 oleh Uni Eropa. Meski begitu, pesawat, bahkan pesawat baru, tetap memiliki asbak di dalamnya.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Dilarang Merokok
Terkait ini, pramugari maskapai Kanada Swoop mengungkap alasannya melalui sebuah video di akun TikTok-nya, baru-baru ini. Kaylee memulai klip itu dengan mengatakan, "Pernahkah Anda memperhatikan bahkan pesawat baru memiliki asbak? Tahukah Anda mengapa?"
Ia kemudian menunjukkan asbak yang berada di bagian dalam dan luar pintu kamar mandi. Peletakannya persis di bawah tanda "Dilarang Merokok." Video ini membuat banyak pengguna menebak alasannya di kolom komentar.
"Sengaja sebagai tempat membuang rokok dengan aman jika masih ada yang bandel merokok," komentar seorang warganet. Kaylee menjawab dengan mengatakan bahwa tebakan mereka benar.
Pramugari lain berkomentar, "Itu karena orang akan mencoba melanggar aturan. Kami lebih suka mereka menggunakan asbak untuk menyembunyikan rokok mereka daripada menyebabkan bahaya kebakaran dengan menyembunyikannya di sudut-sudut sempit."
Meski larangan merokok dalam penerbangan sudah berlaku selama beberapa dekade, pada September 2021, seorang wanita dikeluarkan dari penerbangan bulan lalu setelah ketahuan menyalakan rokok saat berada di dalam pesawat.
Masalah Kesehatan
Larangan rokok dalam penerbangan tentu bukan tanpa alasan. Time melaporkan, pada 1973, 123 penumpang tewas dalam penerbangan rute Rio de Janeiro-Paris ketika pilot melakukan pendaratan darurat setelah kabin dipenuhi asap. Sebatang rokok diduga jadi penyebab peristiwa tragis itu.
Sekarang, asbak di kamar mandi terdaftar sebagai persyaratan hukum untuk "peralatan minimum" Administrasi Penerbangan Federal (FAA) Amerika Serikat. Begitu seriusnya peraturan tersebut sehingga pada 2009, sebuah penerbangan British Airways tujuan Meksiko dihentikan setelah diketahui tidak membawa asbak.
Aturan ini, mengutip Forbes, bukan berarti industri penerbangan pada awalnya menganut konsep kabin bebas asap rokok. Sebaliknya, itu bergerak perlahan, bertindak dalam lingkungan di mana perusahaan tembakau berpengaruh besar pada debat publik yang sangat menghargai konsep "hak perokok."
Secara historis, tanda perubahan aturan merokok dalam penerbangan dimulai setelah laporan tahun 1964 dirilis pada 1971. Ketika itu, United Airlines membuat ruang khusus merokok di kabinnya. Itu bagus, menurut Dave Dobbins, COO Legacy, sebuah kelompok advokasi anti-merokok, karena maskapai "mengakui ada masalah kesehatan".
"Langkah-langkah pembebasan penerbangan dari asap rokok tercatat membawa gerakan bebas asap rokok lebih jauh, kata Dobbins. "Tanpa itu, kita tidak akan memiliki restoran bebas asap rokok dan tempat kerja bebas asap rokok," tuturnya.
Advertisement