Liputan6.com, Jakarta - Pejabat kesehatan China mengimbau warganya untuk menghindari kontak langsung dengan warga negara asing (WNA). Imbauan itu datang sehari setelah kasus pertama cacar monyet atau monkeypox dikonfirmasi di negara itu pada Jumat, 16 September 2022.
"Untuk mencegah kemungkinan infeksi cacar monyet dan sebagai bagian dari gaya hidup sehat kita, diimbau agar Anda tidak bersentuhan langsung dengan WNA," kata kepala epidemiolog Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit China, Wu Zunyou, di akun Weibo miliknya, Sabtu, 17 September 2022. Dalam unggahannya, ia awalnya menulis bahwa pembatasan Covid-19 dan kontrol perbatasan yang ketat di China telah berhasil mencegah penyebaran cacar monyet.
Namun, lanjutnya, sebuah kasus cacar monyet telah 'lolos' dan karenanya, harus ada pencegahan kuat untuk penyakit tersebut. "Perlu dan penting untuk memperkuat pemantauan dan pencegahan cacar monyet," tulis Wu dalam unggahannya, menekankan risiko penyebaran penyakit tersebut melalui perjalanan internasional dan kontak dekat.
Advertisement
Baca Juga
Wu kemudian memberikan lima rekomendasi untuk publik, dengan poin pertama adalah 'Jangan melakukan kontak kulit dengan orang asing'. "Yang pertama adalah jangan melakukan kontak kulit dengan orang asing," ucap Wu, dilansir dari CNN, Minggu, 18 September 2022.
Kasus pertama cacar monyet dikabarkan terdeteksi di kotamadya barat daya Chongqing. Menurut otoritas setempat, kasus berasal dari seseorang yang tiba menggunakan penerbangan internasional.
Dikatakan bahwa individu ini berada di bawah karantina wajib Covid-19 ketika infeksi ditemukan. Namun, mereka tidak memberi tahu apakah orang yang terjangkit itu adalah WNA atau warga China.
Meski begitu, unggahan Wu tentang menghindari WNA telah menjadi viral, dan dibagikan secara luas di media sosial. Yang terjadi selanjutnya adalah muncul kontroversi.
Gelombang Kekerasan
Beberapa memuji peringatan Wu, menyebutnya sebagai 'langkah yang masuk akal'. Ada juga warga yang mengaku lega kerena tidak banyak mengenal orang asing.
Namun, tidak sedikit warga yang kemudian mempertanyakan pernyataan Wu. Dalam unggahan awalnya, kolom komentarnya sempat dinonaktifkan. Tapi unggahan Wu tersebut telah disebarluaskan oleh akun lain.
Beberapa warganet berani mengkritik unggahanya, menyebutnya sebagai diskriminatif dan berbahaya. Warga yang tak setuju telah membandingkan kasus ini dengan gelombang xenofobia dan kekerasan yang dihadapi orang Asia di luar negeri pada awal pandemi Covid-19.
"Ini seperti ketika pandemi dimulai, ketika beberapa orang di luar negeri menghindari orang-orang Asia, terutama China yang mereka lihat karena takut. Saya tidak percaya bila dua hal ini memiliki dasar ilmiah, mereka (hanya) akan memperburuk kepanikan publik," komentar seorang pengguna Weibo.
Yang lain mempertanyakan mengapa orang asing di China, yang banyak di antaranya adalah penduduk jangka panjang dan tidak bisa pergi karena pembatasan Covid-19, dianggap lebih berbahaya daripada penduduk setempat. Sampai saat ini Wu belum menanggapi beragam komentar negatif terhadap dirinya.
Â
Advertisement
Darurat Kesehatan Global
Sementara itu, komisi kesehatan Chongqing mengatakan bahwa risiko penularan individu yang terinfeksi adalah rendah. Ini terutama lantaran setibanya di kota tersebut, pasien langsung dikarantina. Semua kontak dekat juga telah diisolasi dan ditempatkan di bawah pengawasan medis.
Sekitar 90 negara di mana cacar monyet tidak endemik telah melaporkan wabah penularan. Penyakit ini telah dinyatakan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai darurat kesehatan global.
Sejauh ini, sudah ada lebih dari 60 ribu kasus yang dikonfirmasi, dengan Amerika Serikat melaporkan 23.500 kasus sepanjang tahun ini, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS. Beberapa negara non-endemik juga telah melaporkan kasus kematian pertama terkait dengan cacar monyet.
Beberapa pekan lalu, Hong Kong melaporkan kasus cacar monyet pertamanya pada Selasa, 6 September 2022. Otoritas kesehatan setempat menyatakan bahwa kasus pertama monkeypox ditemukan pada seorang pria berumur 30 tahun, yang bergejala setelah tiba dari Filipina. Dilansir dari kanal Health Liputan6.com, kasus pertama di Hongkong ini juga baru saja bepergian ke Amerika Serikat dan Kanada.
Hal ini menandakan kasus impor pertama cacar monyet di Hong Kong, penyakit yang disebabkan virus yang telah dinyatakan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai darurat kesehatan global. Wilayah administrasi khusus China, seperti daratan, tidak memiliki kasus cacar monyet lokal, seperti dikutip dari situs Channel News Asia pada Rabu, 7 September 2022. Adapun gejala cacar monyet yang paling umum terdiri dari demam, nyeri, dan lesi kulit.
Pengujian dan Pemeriksaan Kesehatan
Para ahli menyatakan bahwa virus yang menyebabkan cacar monyet ditularkan dari manusia ke manusia melalui tetesan pernapasan besar atau cairan tubuh, terutama dari ruam dan luka dan kontak intim termasuk pelukan, ciuman, dan hubungan seksual. Otoritas Kesehatan dalam konferensi pers pada Selasa, 6 September 2022 mengatakan bahwa pemerintah Hong Kong akan meningkatkan respons untuk wabah cacar monyet ke tingkat waspada.
Lebih dari 90 negara tidak endemik cacar monyet telah melaporkan kasus monkeypox. Sudah lebih dari 52.700 kasus cacar monyet di dunia serta sudah ada negara non endemik melaporkan kematian pertama. Pemerintah Hong Kong diperkirakan akan mendapatkan vaksin cacar monyet bulan ini dan mengatakan telah meningkatkan pengawasan terhadap virus di antara para pelancong dan di dalam komunitas setempat.
Ahli dari Pusat Kesiapsiagaan Wabah Duke-NUS, Dr Khoo Yoong Khean, menjelaskan, seperti banyak penyakit menular, mereka yang berusia lanjut atau sangat muda atau dengan gangguan kekebalan berada pada risiko yang lebih tinggi. Dia menambahkan bahwa kejadian dalam wabah saat ini tampaknya lebih tinggi di antara pria yang berhubungan seks dengan pria lain.
"Itu tidak berarti bahwa mereka berisiko lebih tinggi terkena penyakit, tetapi penyakit monkeypox saat ini beredar di komunitas ini," katanya. Dia menambahkan, salah satu kemungkinan mengapa lebih terdeteksi di antara komunitas khusus ini adalah bahwa lebih sering anggotanya melakukan pengujian dan pemeriksaan kesehatan secara teratur, yang mengarah pada peningkatan kewaspadaan dan deteksi.
"Saat kami mencoba memahami pola penyakit. Kami perlu mengomunikasikan fakta yang akurat kepada publik dan menghindari stigmatisasi karena ini akan menyebabkan kurangnya pelaporan kasus oleh individu yang terinfeksi dan kemudian meningkatkan penyebaran," pungkasnya.
Advertisement