Liputan6.com, Jakarta - Wali Kota Seoul, Oh Se Hoon, mengatakan bahwa ia akan berdiskusi dengan pemerintah pusat Korea Selatan guna menetapkan seluruh wilayah ibu kota sebagai zona bencana khusus. Melansir Korea Herald, Senin (31/10/2022), penetapan tersebut nantinya akan membuat Seoul memenuhi syarat untuk berbagai skema dukungan, menyusul tragedi Halloween horor di Itaewon, Sabtu, 29 Oktober 2022, waktu setempat.
Sebelumnya, Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol menunjuk bangsal pusat Seoul di Yongsan, tempat Itaewon berada, sebagai zona bencana khusus yang berhak atas dukungan keuangan dan lainnya dari pemerintah pusat. Sementara, Oh berjanji akan melakukan semua yang ia bisa dalam menangani akibat kejadian tersebut.
Advertisement
Baca Juga
Ini termasuk membantu para korban dan keluarga mereka mengatasi kecelakaan tragis itu, termasuk dukungan untuk prosedur pemakaman. "Saya berdoa untuk arwah almarhum yang telah meninggal. Saya tidak memiliki kata-kata untuk diucapkan pada almarhum dan yang terluka," kata Oh.
"Penanganan setelahnya sangat penting. Saya akan memastikan tidak akan ada ketidaknyamanan dengan prosedur pemakaman dan melakukan yang terbaik sehingga mereka yang terluka tidak akan mengalami kesulitan dalam perawatan dan pemulihan," katanya.
Zona bencana khusus adalah area yang mengalami bencana alam atau insiden buatan manusia dalam skala besar. Penetapannya membuat segala unsur yang terlibat, dalam kasus ini pesta Halloween di Itaewon, berhak atas bantuan darurat dan dukungan administratif, fiskal, keuangan, maupun medis dari pemerintah negara itu.
Ungkapan Belasungkawa
Oh menyampaikan belasungkawa yang mendalam pada anggota keluarga para korban yang meninggal. "Mengerikan banyak anak muda kehilangan nyawa dalam kejadian itu," kata dia.
Ia menyambung, "Saya tidak tahu bagaimana menghibur orangtua yang kehilangan anak-anak mereka. Saya menyampaikan belasungkawa yang terdalam pada mereka."
Penetapan zona bencana khusus telah tercatat beberapa kali di Korea. Pada akhir Agustus 2012, pemerintah negara itu mengumumkan zona bencana khusus untuk wilayah di Provinsi Jeolla Selatan yang dilanda dua topan berturut-turut. Lalu, pada awal Oktober 2012, pemerintah Korea Selatan dikecam karena terlambat mendeklarasikan zona bencana khusus akibat kebocoran gas beracun (asam fluorida) di sebuah pabrik kimia di Kompleks Industri Gumi, Provinsi Gyeongsang Utara.
Pada April 2014, pemerintah mendeklarasikan zona bencana khusus Ansan, Gyeonggi, dan Pulau Jindo akibat tragedi kapal feri yang terbalik. Feri sedang dalam perjalanan ke Pulau Jeju dari pelabuhan barat Incheon, tapi tenggelam di barat daya Pulau Jindo, Jeollanam-do.
Ada 325 siswa dan 14 guru dari SMA Danwon, Ansan, di atas kapal feri tersebut. Hanya 78 siswa dan dua guru yang selamat dari bencana itu. Pada Maret 2020, pemerintah menetapkan Daegu dan sebagian Gyeongsangbuk-do, yang paling parah dilanda COVID-19 sebagai zona bencana khusus.
Advertisement
Orang-Orang Berteriak
Melansir Korea Times, panggilan darurat terkait insiden di Itaewon mulai masuk pada Sabtu, 29 Oktober 2022 pukul 22.24, waktu setempat. Sambungan telepon tersebut melaporkan tragedi yang terjadi di gang sempit tepat di sebelah barat Hotel Hamilton.
Menurut salah satu saksi di tempat kejadian, kepadatan massa mencapai titik di mana orang-orang benar-benar terjebak di tempat. Menurut cerita yang beredar, orang-orang bergegas melihat seorang selebritas di salah satu perusahaan di kawasan tersebut.
Sesaat sebelum kejadian, seorang korban tragedi Itaewon yang selamat melaporkan mendengar orang-orang berteriak. Situasi berubah jadi fatal ketika beberapa orang di tengah kerumunan tersandung dan jatuh, mendorong orang lain di sebelah mereka dan memicu efek domino. Saksi mata mengatakan, "keruntuhan" itu tampaknya terjadi "secara tiba-tiba."Â
Salah satu yang selamat mengatakan bahwa ia merasakan beban tiba-tiba di punggungnya saat kerumunan itu maju ke depan. "Dorongan itu menjatuhkan beberapa orang," katanya. "Saya melihat satu laki-laki terluka parah dan berdarah di sekujur tubuh."
Karena jalan yang menanjak, massa semakin menekan mereka yang menurun, dan orang-orang menumpuk di atas yang lain, sekitar lima hingga enam orang. Tekanan tersebut menyebabkan orang di bawah mengalami kesulitan bernapas dan kehilangan kesadaran.
Â
Upaya Tim Penyelamat
Saksi mata mengatakan bahwa kerumunan berteriak pada mereka yang berada di atas untuk "mundur"Â demi menyelamatkan orang-orang di bawahnya. Tapi, beberapa orang di antara kerumunan itu salah memahaminya sebagai "dorongan" dan melakukan apa yang mereka dengar, memperpanjang kesulitan tersebut.
Laporan awal mengklaim bahwa kerumunan telah menginjak-injak satu orang. Pekerja darurat dan ambulans dari Stasiun Pemadam Kebakaran Yongsan dan stasiun pemadam kebakaran terdekat lain tiba di tempat kejadian lebih lambat dari biasanya karena semua lalu lintas kendaraan dan pejalan kaki di daerah tersebut.
Tim penyelamat dan petugas polisi berusaha membebaskan orang-orang yang terperangkap di tumpukan itu, tapi akumulasi berat tubuh membuat upaya mereka sia-sia untuk sementara waktu. Sebuah video yang diambil seorang saksi mata dari atas di sebuah gedung di dekatnya menunjukkan seorang polisi berjuang menarik lengan salah satu korban yang terperangkap, namun gagal.
Wanita yang merekam video itu terdengar terisak dan berkata, "Ya Tuhan, (tubuhnya) tidak bergerak sama sekali." "Semua karyawan dari toko-toko di dekatnya keluar dan membantu menyelamatkan orang-orang," kata saksi mata lain. "Itu benar-benar kacau." Laporan terkini mencatat bahwa korban tewas akibat kerumunan Halloween di Seoul telah meningkat jadi 154, termasuk 26 orang asing.
Â
Advertisement