Gunung Semeru Erupsi, Kawasan Wisata dan Jalur Pendakian Masih Ditutup

Jalur pendakian Gunung Semeru masih tetap ditutup terutama setelah Semeru kembali mengalami erupsi.

oleh Henry diperbarui 04 Des 2022, 12:10 WIB
Diterbitkan 04 Des 2022, 11:32 WIB
Dikonservasi, Jalur Pendakian Gunung Semeru Ditutup Sementara
Jalur pendakian Gunung Semeru ditutup sementara guna konservasi.

Liputan6.com, Jakarta - Gunungapi Semeru kembali muntahkan Awan Panas Guguran (APG) pada hari Minggu (4/12/2022) sejak pukul 02.46 WIB, dengan kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas sedang hingga tebal ke arah tenggara dan selatan setinggi kurang lebih 1.500 meter di atas puncak.  Situasi itu sepetrtinya membuat sejumlah kawasan wisata di sekitar Gunung Semeru ditutup untuk sementara.

Belum ada pengumuman resmi mengenai penutupan kawasan wisata, tapi sejumlah tempat wisata yang belum dibuka dipastikan masih akan terus tutup sampai batas waktu yang belum ditentukan. Di media sosial, sempat beredar kabar terkait informasi pembukaan kembali jalur pendakian Gunung Semeru yang akan dilakukan jelang akhir tahun ini atau di awal 2023.

Pasalnya sudah sejak tahun lalu, Gunung Semeru masih menutup jalur pendakian.  Menurut akun Instagram resmi akun BBTN Bromo Tengger Semeru, belum ada keputusan resmi apakah jalur pendakian dan kawasan wisata Gunung Semeru akan dibuka kembali dalam waktu dekat ini.

Hal ini sempat ditanyakan salah seorang warganet.  "Kapannnn semeru di bukaaaa😢😢," tanya pemilik akun @wahyu_key_anjani, melansir akun Instagram, @bbtnbromotenggersemeru, Minggu (4/12/2022).

"@wahyu_key_anjani Untuk saat ini Gunung Semeru statusnya masih level III Siaga, jadi belum dapat dibuka . untuk info aktivitas vulkanik semeru," jawab admin akun Instagram tersebut.  Sementara berdasarkan pantauan CCTV Semeru, fenomena APG terus berlangsung hingga Minggu (4/12) pukul 07.42 WIB dengan jarak luncur bervariasi antara 5 hingga 7 kilometer.  

 

Abu Vulkanik

Semeru
Gunung Semeru muntahkan awan panas guguran sejauh 7 km. (Dok BNPB)

Berdasarkan laporan Kementerian ESDM, Badan Geologi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), sumber awan panas guguran itu berasal dari tumpukan di ujung lidah lava yang berada sekitar 800 meter dari puncak atau Kawah Jonggring Saloko. Sebagai antisipasi dampak risiko dari APG Gunungapi Semeru, tim Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang turun ke lapangan untuk kaji cepat dan memberikan sosialisasi kepada masyarakat.

"Kami sudah berada di pos pantau. APG saat ini masih berlangsung dengan jarak antara 5 sampai 7 kilometer. Pos pantau kita jaraknya kurang lebih 12 kilometer dari puncak," terang Joko Sambang, Kabid Kedaruratan BPBD Kabupaten Lumajang, dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Minggu (4/12/2022).

Joko menambahkan, berdasarkan pantauan di lapangan bersama tim PVMBG, abu vulkanik terlihat membumbung tinggi ke atas dan cenderung mengarah ke selatan. Sebagai antisipasi adanya dampak risiko abu vulkanik, tim BPBD Kabupaten Lumajang juga membagikan masker gratis kepada masyarakat.

"Abu vulkanik mengarah ke selatan, ke Rowo Baung. Di sana sudah ada teman-teman membagikan masker dan memberikan sosialisasi kepada masyarakat," terang Joko.

 

Potensi Perluasan Awan Panas

Gunung Semeru
Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Kabupaten Lumajang memberikan sosialisasi kepada masyarakat agar menjauhi zona merah Gunungapi Semeru, Kabupaten Lumajang, Minggu (4/12). (Dok.BNPB)

Sementara itu, PVMBG juga mengeluarkan imbauan kepada seluruh masyarakat agar tidak melakukan aktivitas dan menjauhi wilayah sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 13 km dari puncak (pusat erupsi). Di luar jarak tersebut, masyarakat diminta untuk tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 km dari puncak.

Masyarakat juga dilarang beraktivitas dalam radius 5 km dari kawah/puncak Gunungapi Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar). Masyarakat diharapkan selalu mewaspadai potensi APG, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunungapi Semeru, terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan.

Atas aktivitas APG tersebut, PVMBG masih menetapkan status ‘siaga’ atau level III untuk Gunungapi Semeru.

Pada bulan lalu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang, Jawa Timur menyebutkan Gunung Semeru meluncurkan awan panas letusan pada periode pengamatan gunung api tersebut, Rabu, 9 November 2022 pukul 12.00-18.00 WIB.

Erupsi November 2022

Daerah Ranupane yang masuk dalam kawasan Gunung Semeru  Lumajang (Istimewa)
Daerah Ranupane yang masuk dalam kawasan Gunung Semeru Lumajang (Istimewa)

"Berdasarkan laporan petugas Pos Pengamatan Gunung Api Semeru yang kami terima bahwa terjadi awan panas letusan sebanyak dua kali dengan amplitudo 28-30 mm," kata Kepala Bidang Kedaruratan, Rehabilitasi, dan Rekonstruksi BPBD Lumajang Joko Sambang, dilansir dari Antara, Rabu (9/11/2022).

Selain itu, aktivitas kegempaan Gunung Semeru juga menandai letusan lima kali dengan amplitudo 14-22 mm dan gempa tektonik jauh satu kali dengan amplitudo 25 mm. "Untuk pemantauan secara visual Gunung Semeru tertutup kabut dan asap kawah tidak teramati, kemudian untuk letusan juga tidak teramati," tuturnya.

Dia mengatakan status Gunung Semeru masih level III atau siaga sehingga masyarakat diimbau tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 13 km dari puncak (pusat erupsi).

Di luar jarak tersebut, lanjut dia, masyarakat tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 km dari puncak. Ia juga mengimbau masyarakat tidak beraktivitas dalam radius lima kilometer dari kawah atau puncak Gunung Api Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu pijar.

Joko juga meminta masyarakat mewaspadai potensi awan panas guguran (APG), guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai atau lembah yang berhulu di puncak Gunung Semeru. "Terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan," ucapnya.

Infografis: Sejarah Erupsi Gunung Semeru (Liputan6.com / Abdillah)
Infografis: Sejarah Erupsi Gunung Semeru (Liputan6.com / Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya