Liputan6.com, Jakarta - Lebih dari 150 turis asing yang memasuki Korea Selatan lewat Bandara Internasional Yangyang dilaporkan 'menghilang' dalam enam bulan terakhir. Mereka masuk menggunakan program bebas visa yang meningkatkan kekhawatiran bahwa visa tersebut mungkin dimanfaatkan oleh para pencari kerja secara ilegal.
Dalam dokumen Kementerian Kehakiman yang diperoleh anggota dewan Yoo Sang Bum dari Partai Kekuatan Rakyat tercantum bahwa turis asing yang menghilang terdiri dari 107 orang Vietnam, 31 orang Filipina, dan 15 orang Monggolia. Ketiga negara ditambah Indonesia masuk dalam payung program kerja sama bebas visa tersebut sejak Juni 2022.
Advertisement
Baca Juga
Kantor imigrasi di bawah Kementerian Kehakiman mengatakan sejauh ini telah menangkap tiga orang - dua orang Vietnam dan satu orang Filipina - karena tinggal melebihi batas waktu yang diizinkan, yaitu 15 hari. Kementerian juga berupaya menghentikan kerja sama dengan agen perjalanan yang bertanggung jawab atas banyak pelancong yang hilang.
Untuk menekan jumlah kasus serupa, kementerian berencana bekerja sama dengan pejabat Gangwon dan perusahaan perjalanan untuk memperkuat proses penyaringan sebelum dan sesudah keberangkatan. Program bebas visa itu sedianya untuk membangkitkan sektor pariwisata di Provinsi Gangwon yang terkenal dengan pemandangan alamnya.Â
Dikutip dari Korea Times, Senin (9/1/2023), program tersebut rencananya akan berakhir pada 31 Mei 2023. Namun, para pejabat akan memutuskan untuk memperpanjangnya atau tidak berdasarkan kajian atas kesuksesan program tersebut. Para legislator mengingatkan bahwa program itu tidak boleh dimanfaatkan pekerja migran yang mencari kerja tanpa melewati prosedur yang benar.
Â
Dilema Korea Selatan
Kehadiran para pekerja migran itu sebenarnya dibutuhkan oleh Korea Selatan yang menghadapi akibat dari penurunan angka kelahiran. Negara itu mengalami kekurangan tenaga kerja saat pengusaha di banyak industri makin kesulitan mendapatkan pekerja.
Namun, keputusan untuk merangkul lebih banyak pekerja asing itu menimbulkan masalah baru. Menurut data kementerian, jumlah orang asing yang tidak berdokumen resmi meningkat menjadi lebih dari 412 ribu orang, melewati angka 400 ribu orang untuk pertama kalinya pada September 2022. Padahal, jumlahnya masih di bawah 180 ribu orang sekitar sepuluh tahun lalu.
Dengan banyaknya industri yang meminta lebih banyak pekerja asing dan pemerintah merespons dengan kebijakan visa baru, jumlah orang asing – dan mereka yang memperpanjang visa – diperkirakan akan terus bertambah. Jumlah pelancong di Korea juga diperkirakan akan pulih ke tingkat pra-pandemi segera setelah negara tersebut melonggarkan pembatasan perjalanan.
Dua hari lalu, kementerian mengumumkan rencana untuk mempercepat proses visa bagi pekerja asing yang ingin bekerja di industri perkapalan dari empat bulan menjadi satu bulan. Keputusan ini muncul di tengah kekhawatiran bahwa sektor tersebut akan menghadapi kekurangan tenaga kerja yang signifikan, yakni 14.000 pekerja pada tahun ini dengan meningkatnya permintaan.
Para ahli mengatakan banyak industri akan menghadapi masalah yang sama kecuali ada perubahan sistem yang signifikan untuk mendatangkan lebih banyak pekerja. Untuk mengatasi kekhawatiran tersebut, pemerintah bersiap untuk membentuk badan baru tahun ini.
Advertisement
Perketat Pengawasan
Pengetatan pengawasan terhadap turis asing juga berlaku untuk mereka yang datang dari China. Hal itu demi mengantisipasi penyebaran varian baru Covid-19 di Korea Selatan.
Berdasarkan uji lapangan, satu dari delapan wisatawan asal China yang memiliki hasil tes negatif sebelum penerbangan ke Korea Selatan dinyatakan positif COVID-19 pada saat kedatangan di Bandara Internasional Incheon. Fakta tersebut diketahui saat hari pertama Korea Selatan memberlakukan hasil tes COVID-19 negatif sebelum memasuki negara tersebut.
Menurut Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KDCA), terdapat 1.247 pelancong dari China tiba di Incheon pada hari itu. Dari 278 pelancong jangka pendek berkewarganegaraan asing yang menjalani tes PCR di pusat pengujian bandara Incheon, sebanyak 12,6 persen atau 35 di antaranya dinyatakan positif.
Angka tersebut lebih rendah dari 31,4 persen pada hari sebelumnya ketika persyaratan tes pra-masuk tidak ada. "Virus itu bisa saja berada di bawah masa inkubasi selama pengujian pra-keberangkatan dan menjadi positif setelah kedatangan," kata Hong Jeong-ik, pejabat senior di KDCA, menjelaskan bahwa semakin tinggi jumlah pasien COVID-19 dan pembawa inkubasi di China, semakin tinggi kemungkinan melihat hasil tes positif setelah tiba di negaranya.
DCA menyatakan semua pelancong menyerahkan hasil negatif dan tidak ada tes palsu yang ditemukan. Untuk meminimalkan risiko penyebaran virus, pemerintah Korea mengamanatkan tes PCR pasca-kedatangan pada semua pelancong dari China berkebangsaan non-Korea yang tinggal di Korea selama kurang dari 90 hari.Â
Hasil Negatif Covid-19
Menanggapi deteksi kasus baru di antara para pendatang, Korea meminta pendatang dari China untuk menunjukkan hasil negatif dari tes PCR. Tes harus dilakukan dalam waktu 48 jam sebelum keberangkatan atau tes antigen cepat (RAT) yang dilakukan oleh profesional medis dalam waktu 24 jam sebelumnya.
Sejak memberlakukan pembatasan perjalanan, total 5.360 pelancong tujuan China telah tiba di Incheon. Sebanyak 277 dari 1.199 pelancong yang tunduk pada kondisi tersebut dinyatakan positif pada saat kedatangan, menghasilkan 23,1 persen dari tingkat positif akumulatif.
Jumlah kasus yang dikonfirmasi di antara warga negara Korea dan pelancong asing jangka panjang belum dihitung. Sementara itu, pemerintah berencana untuk mengerahkan personel tambahan dari militer dan polisi di fasilitas karantina dan bandara untuk mengontrol kedatangan dari China dan mencegah pelarian lain oleh seorang pelancong di bawah karantina.
Sebelumnya negara-negara anggota Uni Eropa (UE) pada Rabu, 4 Januari 2023, juga telah sepakat untuk mewajibkan semua pelancong yang datang dari China, terlepas dari kebangsaannya, untuk melampirkan hasil tes negatif COVID-19. Langkah tersebut diambil lantaran jumlah infeksi melonjak di Tiongkok.
Advertisement