China Hadapi Lonjakan COVID-19, Picu AS Tunda Layanan Visa di Tiongkok

Kedutaan Besar Amerika Serikat di Beijing dan sejumlah konsulatnya di kota-kota besar di China menangguhkan pelayanan visa akibat lonjakan infeksi COVID-19 di negara itu, kata Kedubes AS, Jumat (16/12).

oleh Liputan6.comHariz Barak diperbarui 18 Des 2022, 07:00 WIB
Diterbitkan 18 Des 2022, 07:00 WIB
China Mulai Berikan Vaksin COVID-19 Hirup
Wanita yang memakai masker wajah mengantre untuk mendapatkan tes usap tenggorokan COVID-19 rutin mereka di tempat pengujian virus corona di Beijing, Rabu (26/10/2022). Kota Shanghai di China mulai memberikan vaksin COVID-19 yang dapat dihirup pada hari Rabu di tempat yang tampaknya menjadi yang pertama di dunia. (AP/Andy Wong)

Liputan6.com, Beijing - Kedutaan Besar Amerika Serikat di Beijing dan sejumlah konsulatnya di kota-kota besar di China menangguhkan pelayanan visa akibat lonjakan infeksi COVID-19 di negara itu, kata Kedubes AS, Jumat (16/12).

Pelayanan hanya diberikan secara terbatas untuk permohonan paspor dan kekonsuleran darurat.

Permohonan visa di semua tempat dibatalkan dan pemohon diharuskan menjadwalkan kembali janji wawancara, kata Kedubes AS.

Selain di Beijing, beberapa konsulat AS yang menghentikan pelayanan permohonan visa berada di Shanghai, Guangzhou, Shenyang, dan Wuhan.

Kedutaan Besar RI di Beijing sebelumnya juga telah mengeluarkan pengumuman serupa.

Lonjakan COVID-19 di Beijing telah menyebabkan KBRI tutup hingga Selasa (20/11).

Sementara itu, sejumlah pakar epidemiologi memperkirakan gelombang COVID-19 di China akan mencapai puncaknya pada Januari-Februari 2023, bersamaan dengan musim libur Tahun Baru Imlek.

 

Kasus Naik, China Laporkan 2 Ribu Kasus Harian COVID-19

Seminggu Setelah China Longgarkan Tindakan Pengendalian COVID-19
Seorang pria yang sedang melakukan disinfeksi melewati mal sepi di Beijing, China, Kamis (15/12/2022). Seminggu setelah China melonggarkan beberapa tindakan pengendalian COVID-19 yang paling ketat di dunia, ketidakpastian masih ada mengenai arah pandemi di negara dengan jumlah penduduk terpadat di dunia tersebut. (AP Photo/Ng Han Guan)

China melaporkan 2.157 infeksi baru COVID-19 bergejala pada 15 Desember 2022, dibandingkan dengan 2.000 sehari sebelumnya, kata Komisi Kesehatan Nasional di negara tersebut.

Angka ini tidak termasuk infeksi impor dari luar negeri.

Dikutip dari laman NST.com.my, Jumat (16/12/2022), China melaporkan 2.091 kasus gejala lokal baru, naik dari 1.944 sehari sebelumnya.

China sebelumnya juga berhenti melaporkan kasus tanpa gejala mulai Rabu, dengan alasan kurangnya alat pengujian yang mempersulit penghitungan jumlah total secara akurat.

Tidak ada kematian baru, dibandingkan dengan hari sebelumnya.

Kini dilaporkan ada sekitar 5.235 kasus kematian.

Pada 15 Desember, China telah mengonfirmasi 374.075 kasus dengan gejala.

Ibu kota China, Beijing, melaporkan 428 kasus bergejala, dibandingkan dengan 494 kasus pada hari sebelumnya, menurut data pemerintah setempat.

Pusat keuangan Shanghai melaporkan 36 kasus bergejala, dibandingkan dengan 22 hari sebelumnya, otoritas kesehatan setempat melaporkan.

Guangzhou, sebuah kota di selatan yang berpenduduk hampir 19 juta orang, melaporkan 505 kasus baru yang ditularkan secara lokal dibandingkan dengan 370 sehari sebelumnya, kata otoritas setempat.

Sementara Chongqing melaporkan 154 trans lokal bergejala baru.

 

China Tambah RS dan ICU Akibat Lonjakan COVID-19

China Laporkan Penurunan Kasus Harian COVID-19
Seorang pria bermasker berjalan melewati warga yang sedang melakukan pendaftaran untuk menjalani tes usap di lokasi pengujian virus corona COVID-19, Beijing, China, Rabu (14/12/2022). Mulai hari ini, Komisi Kesehatan Nasional China melaporkan penurunan kasus harian COVID-19 sejak pemerintah melonggarkan pengujian PCR setelah kasus harian mencapai rekor tertinggi. (AP Photo/Andy Wong)

Pemerintah Republik Rakyat China menyiapkan lebih banyak fasilitas perawatan intensif untuk menghadapi lonjakan kasus COVID-19. Persiapan ini diambil setelah pemerintah melonggarkan aturan zero-COVID yang kontroversial.

Dilaporkan CNBC, Selasa (13/12/2022), pekan lalu pemerintah China telah mengadakan pertemuan untuk "mobilisasi penuh" kepada rumah sakit, serta meminta agar staf memastikan efektif dalam beroperasional. Pemerintah juga menambah persediaan obat-obatan.

Para pejabat diberi pesan agar memantau kesehatan warga berusia 65 tahun ke atas.

Provinsi Shaanxi telah menyiapkan 22 ribu kasus rumah sakit untuk COVID-19 dan kapasitas perawatan intensif ditambah 20 persen.

Beijing masih terus melaksanakan tes COVID-19. Masih belum jelas berapa pertambahan kasus, namun berbagai wawancara dan netizen menyebut ada penularan di tempat-tempat bisnis dan sekolah. Sejumlah restoran juga harus tutup.

Salah satu lokasi tes virus di Beijing bahkan tutup karena semua pegawainya terinfeksi.

Secara resmi, angka penularan dilaporkan menurun, namun testing sudah tidak mencakup banyak area karena tes wajib dihentikan di berbagai tempat. Perubahan ini menunjukkan China mulai mengikuti Amerika Serikat dan negara-negara lain yang mengakhiri berbagai pembatasan dan mencoba hidup bersama COVID-19.

Pada hari Minggu (11/12), pemerintah melaporkan 10.815 kasus baru di China, termasuk 8.477 kasus tanpa gejala. Jumlah itu turun dari pekan sebelumnya yang mencapai 40 ribu kasus. Selain itu, Angka 10 ribu kasus terkini hanya mewakili orang-orang yang dites setelah masuk rumah sakit atau saat bekerja di sekolah dan lokasi risiko tinggi lainnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya