Liputan6.com, Jakarta - Muslimah asal New York, Amerika Serikat (AS) Nazma Khan, menjadi pencetus World Hijab Day (WHD) atau Hari Hijab Sedunia yang diperingati setiap 1 Februari. Visi dan misinya adalah menjunjung tinggi para muslimah yang berhijab. Hal ini sebagai tanda mereka menutup aurat dengan jilbab adalah hal yang sukarela dan karena patuh terhadap ajaran agama Islam bukan sebuah paksaan.
Melansir laman resminya dan berbagai sumber lainnya, Rabu (1/2/2022), Nazma merupakan imigran asal Bangladesh yang pindah ke New York, Amerika Serikat, pada 1994. Ia jadi satu-satunya perempuan yang mengenakan hijab di sekolahnya di New York. Ia yang saat itu masih berusia 11 tahun seringkali diteriaki 'Batman' atau 'Ninja' oleh teman-temannya.
Advertisement
Baca Juga
Ketika sudah mulai masuk perguruan tinggi, ia dirundung dengan tudingan teroris akibat peristiwa serangan 11 September 2001. Dari kejadian demi kejadian kurang mengenakkan itu, Nazma merasa perlu bertindak agar hal demikian tidak terus terjadi, baik pada dirinya atau orang lain.
"Tumbuh di Bronx, NYC, saya mengalami banyak diskriminasi karena hijab saya. Ketika saya masuk Universitas setelah Tragedi 9/11, saya dipanggil Osama bin Laden atau teroris. Itu mengerikan," kenangnya.
"Itu mengerikan. Saya pikir satu-satunya cara untuk mengakhiri diskriminasi adalah jika kami meminta saudara perempuan kami untuk mengenakan hijab juga," tulisnya dalam laman resmi World Hijab Day.
Dari berbagai unggahan di akun Instagram resminya, perempuan berusia 40 tahun ini masih tinggal di New York. Nazma kini menjalani kegiatan sebagai motivator dan aktivis sosial, terutama mengenai masalah hijab. Dalam unggahan pada 12 November 2022, Nazma tampak mengisi sebuah acara di Florida, berbicara tentang perjuangannya agar hijab bisa lebih didterima oleh masyarakat Amerika. Namanya sebagai penggagas World Hijab Day membuatnya kerap diundang menjadi pembicara di berbagai acara.
Picu Ragam Inisiatif
World Hijab Day diharapkan dapat menumbuhkan toleransi dan pemahaman agama dengan cara mengajak para perempuan, baik muslim maupun bukan, untuk mengenakan hijab selama satu hari. Nazma berharap dengan memberi pemahaman baru mengenai hijab, hal tersebut dapat menghilangkan pertanyaan mengapa perempuan muslim wajib mengenakan hijab.
Gerakan itu menginspirasi beragam inisiatif terkait hijab di berbagai negara. Dikutip dari worldhijabday.com, Parlemen Skotlandia menggelar pameran tiga hari untuk menandai Hari Hijab Sedunia pada 2018. Banyak politikus, termasuk Menteri Pertama Skotlandia Nicola Sturgeon, menunjukkan dukungannya.
Di Filipina, gerakan itu menginspirasi pendeklarasian Hari Hijab Nasional di Filipina setiap 1 Februari. Hal tersebut juga disetujui oleh Parlemen Filipina.
Pada 2021, Nazma Khan mendirikan Bulan Sejarah Muslim Internasional untuk menghentikan Islamofobia secara global dengan menghormati dan merayakan kontribusi pria dan wanita Muslim kepada dunia sepanjang sejarah. Senat Negara Bagian New York mengadopsi Mei 2021 sebagai Bulan Sejarah Muslim untuk Negara Bagian New York dalam resolusi Senat no. J718.
Pada 1 Februari 2022, Meta, perusahaan induk Facebook dan Instagram, membantu merayakan Hari Hijab Sedunia ke-10 dan memperkuat misinya. Berikutnya pada 2022, Nazma Khan terpilih sebagai pembicara tamu pada KTT Wanita dan Keadilan Internasional ke-5 di Turki yang dia membawa kesadaran akan diskriminasi yang dihadapi oleh wanita Muslim yang mengenakan jilbab di depan umum dan pasar tenaga kerja. Dia termasuk di antara banyak pembicara dan tamu terhormat, termasuk Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan.
Advertisement
Dapat Dukungan
Pertama kali terselenggara pada 1 Februari 2013, World Hijab Day kini dirayakan setiap tahun di berbagai belahan dunia. Bentuk perayaan umumnya berupa tantangan, mulai dari mengunggah ayat Alquran yang berhubungan dengan hijab dan perempuan, menceritakan kisah Nabi paling favorit, hingga foto bersama teman muslimah lain.
Di beberapa negara, perayaan ini mendapat dukungan dari berbagai kalangan masyarakat, termasuk para politisi, cendikiawan, dan selebritas. Kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan bahkan mendapat sorotan publik.
"Kita harus berdiri dan dengan jelas mengatakan bahwa perempuan memiliki hak untuk memilih apa yang ingin mereka kenakan kapan pun, di mana pun, dan bagaimana pun," tulis Nazma. "World Hijab Day adalah acara yang patut kita banggakan. Bukan hanya untuk toleransi beragama, tapi juga perihal hak-hak wanita di seluruh dunia," sambungnya.
Pada 2023 menjadi perayaan Hari Hijab Sedunia atau World Hijab Day ke-11 dengan tema, 'Progression, Not Oppression’ dan dengan tagar #UnapologeticHijabi. Tiga wanita Muslim dengan hijab pun memberikan pendapatnya yang kuat tentang World Hijab Day, seperti dilansir dari Indy100.
1. Noor Tagouri
Noura adalah seorang jurnalis dan wanita berhijab pertama yang tampil di Majalah Playboy. Bagi Noura, World Hijab Day adalah hari para perempuan di seluruh dunia merayakan pilihan mereka untuk mengekspresikan dan memberdayakan diri dengan hijab. "Untuk mengingatkan bahwa hijab dalam Islam adalah pilihan, jadi kita harus berdiri bagi mereka yang berada di bagian dunia lain yang tidak memiliki pilihan karena politik," ucapnya.
2. Chloe
Chloe adalah perempuan asal Australia yang memutuskan masuk Islam sejak 2016 lalu. "Saya sekarang tinggal di Australia dan sudah lama memeluk Islam. World Hijab Day sangat berarti bagi saya karena semua orang bersama-sama menciptakan dukungan melawan kebencian," ucapnya.
Saat semua orang memakainya, semua memiliki tujuan. Entah memakainya karena agama, kenyamanan, atau untuk mendukung orang lain seperti hari ini. Menurut Chloe, hal ini sangat menyenangkan untuk dilihat karena banyak perempuan bertujuan untuk memberikan dukungan, menerima, dan paling penting, cinta.
3. Lina-Sirine
Lina mengaku sudah memakai hijab sejak usia 11 tahun. Hal itu murni keputusan dari dirinya sendiri, bukan paksaan orangtua. Ini telah menjadi bagian dari identitas dan dia bersyukur tidak pernah mengalami kendala memakainya di Kota London.
"Namun, saat Brexit dan Trump terpilih menjadi presiden, grup rasis dan fasis berkembang di Eropa, melegitimasi dan menormalkan retorika Islamophobia, saya merasa seperti ada target yang ingin dicapai,” jelasnya.
“Namun, saya sangat bahagia melihat banyak orang mengikuti World Hijab Day untuk bersama-sama bersolidaritas dan merayakan kekuatan dengan kesadaran, keanekaragaman, dan empati," tutupnya.
Advertisement