Sinergi untuk Wujudkan Destinasi Pariwisata Aman Bencana

Penyusunan pengembangan pedoman destinasi pariwisata aman bencana dilakukan Kemenparekraf dan beberapa pihak lainnya.

oleh Putu Elmira diperbarui 07 Mar 2023, 09:57 WIB
Diterbitkan 07 Mar 2023, 06:30 WIB
Wisata NTT
Bukit Sylvia di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT). (Liputan6.com/Asnida Riani)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif atau Menparekraf Sandiaga Uno menyampaikan dukungannya terkait penyusunan pedoman pengembangan destinasi pariwisata aman bencana. Langkah ini melibatkan beberapa pihak untuk bersinergi.

"Buat saya ini non-negotiable bahwa kita harus mampu menghadirkan pedoman yang world class. Bagaimana menyampaikan bahwa berwisata di Indonesia walaupun ada potensi bencana, kita tetap melakukannya dengan aman, nyaman melalui pengembangan pedoman ini di destinasi-destinasi bukan hanya lima super prioritas tapi sampai ke desa wisata," kata Menparekraf Sandiaga Uno dalam "The Weekly Brief with Sandi Uno" yang digelar hybrid, Senin, 6 Maret 2023.

Sandi, begitu ia akrab disapa, melanjutkan bahwa memiliki target pencapaian wisatawan Nusantara 1,4 miliar dan wisatawan mancanegara 7,4 juta. "Sementara Indonesia ini di ring of fire," katanya.

Menparekraf menambahkan, "Saya ingin bahwa potensi kebencanaan ini dimengerti justru dimitigasi sehingga tidak mengurungkan niat orang untuk berwisata tapi mereka berwisata dengan sudah memiliki informasinya."

Plt. Deputi Bidang Destinasi dan Infrastruktur Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Frans Teguh mengatakan upaya ini sejalan dengan visi menuju pada pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan. "Kedua, pesan jelas juga dari amanat Undang-Undang Pariwisata juga RIPPARNAS kita," katanya.

"Kita harus menghadirkan destinasi pariwisata yang aman, ramah, nyaman dan terus mampu beradaptasi dengan lingkungan," tambahnya.

Frans menyebut bahwa ini menjadi hal yang penting karena pesannya jelas kini situasi dengan banyak krisis dan bencana. "Jadi kita ingin menyiapkan dan memastikan bahwa pengunjung mendapatkan pengalaman yang optimal kemudian tetap aman di destinasi-destinasi kita di seluruh Indonesia," lanjut Frans.

Sinergi

Danau Toba di Parapat, Simalungun, Sumatera Utara
Danau Toba di Parapat, Simalungun, Sumatera Utara. (Liputan6.com/ Agustin Setyo W).

Direktur Tata Kelola Destinasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Indra Ni Tua mengatakan terkait shelter tourism. "Shelter tourism di Cianjur ada penangan darurat yang mesti dilakukan secara cepat dengan fasilitas yang sudah terpasang," katanya.

"Fasilitas ini selama masa tenang dipakai sebagai salah satu amenitas, pada masa darurat sebagai tanggap darurat," lanjut Indra.

Kepala Disaster Risk Reduction UI, Fatma Lesta menjelaskan penting untuk mengetahui lebih dulu risiko-risiko bencana di seluruh destinasi super prioritas dan tentunya desa wisata. "Kemudian, bagaimana kita bisa meningkatkan resiliance dan juga membangkitkan masyarakat agar juga prepared terhadap bencana. Program ini sebetulnya kelanjutan dari Kedaireka tahun lalu," katanya.

Founder dan Principal Cerdas Antisipasi Risiko Bencana Indonesia (CARI!) dan Researcher di Kobe University, Mizan Bustanul Fuady Bisri menyebut sinergi akan mengantisipasi risiko bencana menuju Indonesia yang indah dan berkelanjutan.

"Kita bersama-sama akan melihat destinasi super prioritas di Indonesia dan memastikan risikonya dapat diantisipasi berbasis knowledge dan kita dapat terus mempertahankan keberlangsungan usaha mata rantai sektor pariwisata di destinasi super prioritas agar terus menjadi bangsa yang tangguh," terangnya.

Potensi Ancaman Bencana

krakatau
Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda, Banten. (Liputan6.com. Yandhi Deslatama)

Dikutip dari laman resmi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Senin, 6 Maret 2023, bencana dapat disebabkan oleh kejadian alam (natural disaster) maupun oleh ulah manusia (man-made disaster). Faktor-faktor yang dapat menyebabkan bencana, yakni:

Bahaya alam (natural hazards) dan bahaya karena ulah manusia (man-made hazards) yang menurut United Nations International Strategy for Disaster Reduction (UN-ISDR) dapat dikelompokkan menjadi bahaya geologi (geological hazards), bahaya hidrometeorologi (hydrometeorological hazards), bahaya biologi (biological hazards), bahaya teknologi (technological hazards) dan penurunan kualitas lingkungan (environmental degradation) Kerentanan (vulnerability) yang tinggi dari masyarakat, infrastruktur serta elemen-elemen di dalam kota/ kawasan yang berisiko bencana Kapasitas yang rendah dari berbagai komponen di dalam masyarakat.

Secara geografis Indonesia adalah negara kepulauan yang terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik, yakni lempeng Benua Asia, Benua Australia, lempeng Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Pada bagian selatan dan timur Indonesia terdapat sabuk vulkanik (volcanic arc) yang memanjang dari Pulau Sumatera - Jawa - Nusa Tenggara - Sulawesi, yang sisinya berupa pegunungan vulkanik tua dan dataran rendah yang sebagian didominasi oleh rawa-rawa.

 

Potensi Rawan Bencana

Gempa 7 SR di Lombok Utara, BMKG: Peringatan Dini Tsunami Berakhir
Ilustrasi kerusakan struktur tanah yang retak akibat gempa. Foto: Pixabay

Kondisi tersebut sangat berpotensi sekaligus rawan bencana seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir dan tanah longsor. Data menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat kegempaan yang tinggi di dunia, lebih dari 10 kali lipat tingkat kegempaan di Amerika Serikat (Arnold, 1986).

Gempa bumi yang disebabkan karena interaksi lempeng tektonik dapat menimbulkan gelombang pasang apabila terjadi di samudera. Dengan wilayah yang sangat dipengaruhi oleh pergerakan lempeng tektonik ini, Indonesia sering mengalami tsunami.

Tsunami yang terjadi di Indonesia sebagian besar disebabkan oleh gempa-gempa tektonik di sepanjang daerah subduksi dan daerah seismik aktif lainnya (Puspito, 1994). Selama kurun waktu 1.600--2.000 terdapat 105 kejadian tsunami yang 90 persen di antaranya disebabkan oleh gempa tektonik, 9 persen oleh letusan gunung berapi dan 1 persen oleh tanah longsor (Latief dkk, 2000).

Wilayah pantai di Indonesia merupakan wilayah yang rawan terjadi bencana tsunami terutama pantai barat Sumatera, pantai selatan Pulau Jawa, pantai utara dan selatan pulau-pulau Nusa Tenggara, pulau-pulau di Maluku, pantai utara Irian Jaya dan hampir seluruh pantai di Sulawesi. Laut Maluku adalah daerah yang paling rawan tsunami. Dalam kurun waktu pada 1600--2000, di daerah ini telah terjadi 32 tsunami yang 28 di antaranya diakibatkan oleh gempa bumi dan 4 oleh meletusnya gunung berapi di bawah laut.

Infografis Mitigasi Bencana Antisipasi Cuaca Ekstrem Jelang Libur Natal dan Tahun Baru 2023. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Mitigasi Bencana Antisipasi Cuaca Ekstrem Jelang Libur Natal dan Tahun Baru 2023. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya