FDA Amerika Nyatakan Daging Ayam Budidaya Laboratorium Aman Dikonsumsi

Daging ayam hasil budidaya di laboratorium itu dibuat dari sampel kecil sel hewan yang diberi nutrisi dan dikembangbiakkan di dalam tong baja.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 22 Mar 2023, 21:02 WIB
Diterbitkan 22 Mar 2023, 21:02 WIB
BPOM AS Nyatakan Daging Ayam Hasil Budidaya Laboratorium Aman Dikonsumsi
Daging ayam hasil budidaya di laboratorium produksi Good Meat. (dok. Instagram @goodmeatinc/https://www.instagram.com/p/CkzLzekywTf/Dinny Mutiah)

Liputan6.com, Jakarta - Administrasi Pangan dan Obat-obatan Amerika Serikat (FDA), BPOM AS, mengeluarkan pernyataan 'tanpa pertanyaan' untuk GOOD Meat. Pernyataan itu menandai produk daging ayam budidaya laboratorium aman untuk dikonsumsi.

"Kami tak memiliki pertanyaan saat ini terkait kesimpulan GOOD Meat bahwa makanan yang terdiri dari atau mengandung bahan sel ayam yang dibudidayakan sama amannya dengan makanan sebanding yang diproduksi dengan metode lain," kata FDA dalam surat tertanggal 20 Maret 2023 kepada perusahaan tersebut.

Dikutip dari NY Post, Rabu, 22 Maret 2023, surat FDA itu "menjernihkan langkah penting dalam membawa GOOD Meat ke restoran dan ritel di AS," kata GOOD Meat dalam sebuah pernyataan Selasa, 21 Maret 2023. Mereka menambahkan bahwa "sekarang bekerja dengan Departemen Pertanian AS untuk persetujuan yang diperlukan."

GOOD Meat, divisi daging yang dibudidayakan dari perusahaan teknologi makanan Eat Just, Inc., berdedikasi untuk, 'membuat daging yang berkelanjutan dan aman dari sel hewan alih-alih hewan yang disembelih'. Keputusan FDA datang hanya beberapa bulan setelah UPSIDE Foods menerima lampu hijau peraturan pertama FDA untuk menjual daging, unggas, atau makanan laut yang dibudidayakan pada November 2022.

Daging ayam GOOD Meat sebelumnya mendapat persetujuan di Singapura, menjadikan perusahaan tersebut sebagai yang pertama di dunia yang menerima persetujuan di berbagai benua. GOOD Meat berencana di tahap awal untuk menjual produknya di 30 restoran yang dimiliki oleh koki terkenal sekaligus duta humanitarian José Andrés.

"Masa depan planet kita bergantung pada cara kita memberi makan diri kita sendiri…dan kita memiliki tanggung jawab untuk melihat melampaui cakrawala untuk cara makan yang lebih cerdas dan berkelanjutan. GOOD Meat melakukan hal itu, mendorong batas pada solusi baru yang inovatif, dan saya senang semua orang merasakan hasilnya," kata Andrés dalam siaran pers.

 

Daging Ayam Budidaya Laboratorium Disetujui di Singapura

BPOM AS Nyatakan Daging Ayam Hasil Budidaya Laboratorium Aman Dikonsumsi
Daging ayam hasil budidaya di laboratorium produksi Good Meat. (dok. Instagram @goodmeatinc/https://www.instagram.com/p/CktpTZttNBz/Dinny Mutiah)

Daging ayam budidaya laboratorium itu dikembangkan oleh perusahan rintisan Amerika Serikat, Eat Just. Daging tersebut berasal dari sampel kecil sel hewan yang diberi nutrisi dan dikembangbiakkan di dalam tong baja sebelum diolah menjadi potongan daging.

Menurut GOOD Meat, 70 persen warga Singapura yang mencoba ayam budidaya itu mengatakan rasanya lebih enak dari ayam konvensional. Hampir 90 persen responden mengatakan akan mengganti ayam konvensional dengan ayam budidaya.

Dilansir dari South China Morning Post, Rabu, 2 Desember 2020, otoritas Singapura memberikan lampu hijau kepada perusahaan rintisan Amerika Serikat, Eat Just, untuk menjual daging ayam yang dibudidayakan di laboratorium. Menurut perusahaan tersebut, hal itu merupakan persetujuan regulasi pertama di dunia untuk apa yang disebut daging bersih yang tidak berasal dari hewan yang disembelih.

Daging yang dijual sebagai nugget itu dihargai seperti harga ayam premium saat pertama kali diluncurkan di sebuah restoran di Singapura dalam waktu dekat. Meski merupakan daging ayam buatan, menurut CEO Eat Just, Josh Tetrick, rasanya sama dengan daging ayam asli.

 

Permintaan Daging Alternatif Melonjak di Singapura

Ilustrasi
Ilustrasi daging paha ayam. (dok. pexels/Julia Filirovska)

Di Singapura, daging alternatif itu juga beredar di bawah merek GOOD Meat dan bekerja sama dengan restoran lokal. Pembuatan daging ayam ini muncul karena permintaan akan daging alternatif melonjak akibat kekhawatiran tentang kesehatan, kesejahteraan hewan, dan lingkungan.

Pengganti nabati, yang dipopulerkan oleh sejumlah perusahaan seperti Beyond Meat, Impossible Foods, dan Quorn, semakin banyak ditampilkan di rak supermarket dan menu restoran. Namun, apa yang disebut daging bersih atau berbudaya yang ditanam dari sel otot hewan di laboratorium, masih dalam tahap awal mengingat biaya produksi yang tinggi.

Singapura saat ini hanya menghasilkan sekitar 10 persen dari kebutuhan makanannya, telah menetapkan rencana ambisius untuk meningkatkannya selama dekade berikutnya dengan mendukung pertanian berteknologi tinggi dan cara baru produksi makanan. Josh Tetrick mengatakan perusahaan yang berbasis di San Francisco itu juga berbicara dengan regulator AS, namun Singapura dianggap "sedikit lebih baik" daripada AS.

"Saya membayangkan apa yang akan terjadi adalah Amerika Serikat, Eropa Barat, dan lainnya akan melihat apa yang Singapura dapat lakukan. Dan saya akan membayangkan bahwa mereka akan mencoba menggunakannya sebagai contoh untuk menyusun kerangka mereka sendiri," ucapnya dalam sebuah wawancara.

Riset Daging Alternatif Berkembang Pesat

Tembus Rp 50 Ribu per Kg, Peternak Keluhkan Harga Bibit Ayam Fluktuatif
Peternak memberikan makan pada ayam pedaging broiler di kawasan Cipelang, Bogor, Jawa Barat, Selasa (24/7). Harga daging ayam naik mencapi angka Rp 50 ribu per kilogram. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Badan Pangan Singapura mengatakan telah meninjau data yang berkaitan dengan proses, kontrol manufaktur, dan pengujian keamanan sebelum memberikan persetujuan. Eat Just mengatakan mereka juga berencana untuk mulai membuat pengganti telur berbahan dasar kacang hijau yang telah dijual secara komersial di AS. Tak hanya daging ayam, Eat Just juga mengembangkan daging sapi buatan untuk burger di Singapura dan ditargetkan bisa tercapai sebelum pertengahan 2021.

Perusahaan itu sangat optimistis dengan pasar di Singapura yang dianggap lebih cepat menanggapi produksi daging buatan ini dibandingkan dengan di Eropa dan Amerika Serikat. Perusahaan yang berbasis di San Francisco, AS ini juga berusaha memperkenalkan dan mengembangkan produk daging buatan ini di negara mereka dan berharap bisa meraih laba sebelum akhir 2021.

Riset tentang daging imitasi terus berkembang. Selain Eat Just, ADM juga meneliti daging imitasi berbasis tanaman, merespons meningkatnya minat warga di kawasan Asia Tenggara atas makanan yang berkelanjutan. Ahli aroma dan peneliti makanan terlibat dalam proyek tersebut.

Dikutip dari AFP, mereka bekerja menggunakan ekstrak tanaman untuk membuat beragam makanan tradisional versi vegetarian di fasilitas yang baru saja dibuka tersebut. ADM ingin lebih fokus mengembangkan sajian lokal agar lebih bisa diterima warga setempat, salah satunya sate ayam vegetarian lengkap dengan saus kacang dan rendang.

"Kami bekerja bersama chef lokal, bekerja dengan pelangan lokal untuk benar-benar membangun dan membuat cita rasa yang dibutuhkan di Asia ini," kata Dirk Oyen, Wakil Presiden dan General Manager Nutrisi Manusia ADM Asia Tenggara. "Itu benar-benar kuncinya -- jadi kami bisa membuat citarasa lokal," sambung dia.

 

Infografis harga telur dan ayam naik
Infografis harga telur dan ayam naik (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya