Mengenal Kerajinan Manik-Manik Kalimantan yang Dipakai Ibu Ida Dayak Saat Mengobati Pasiennya

Saat mengobati pasiennya, Ibu Ida Dayak selalu mengenakan pakaian adat dan aksesori khas suku Dayak. Salah satunya adalah kerajnan manik-manik dari Kalimantan Timur.

oleh Henry diperbarui 04 Apr 2023, 15:00 WIB
Diterbitkan 04 Apr 2023, 15:00 WIB
5 Fakta Ibu Ida Dayak, Viral Karena Pengobatan Alternatif Hingga Bikin Macet Jalan
Pengobatan Ibu Ida Dayak. (Sumber: Instagram/ibu_ida_dayak)

Liputan6.com, Jakarta - Sosok Ibu Ida Dayak sedang populer platform video Tik Tok dan Snack Video. Hal ini karena kemampuannya dalam menyembuhkan berbagai keluhan atau penyakit, seperti stroke. Bukan itu saja, dia juga bisa meluruskan tulang yang bengkok, keseleo, dan salah urat.

Ibu Ida Dayak juga bisat membuat pasiennya yang tadinya tuli dan bisu bisa kembali mendengar serta berbicara. Saat mengobati pasiennya, pemilik nama asli Ida Andriyani ini selalu mengenakan pakaian adat dan aksesori khas suku Dayak. Dia lahir di Pasir Belengkong, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur, 3 Juli 1972.

Suku Dayak di Kalimantan memang dikenal dengan aksesori mereka, salah satunya adalah kerajnan manik-manik dari Kalimantan Timur. Melansir kanal Regional Liputan6.com dan beragam sumber lainnya, manik-manik dari suku Dayak umumnya berwarna kontras atau terang seperti merah, kuning, hijau, putih, dan hitam.

Hal ini dikarenakan menurut suku Dayak warna-warna terang ini dianggap sebagai lambang keharmonisan. Suku Dayak seperti Ibu Ida Dayak menjadikan manik-manik sebagai penghias aksesori seperti penutup kepala, tas, kalung, sampai pakaian adat.

Di Kalimantan Timur, manik-manik telah berkembang sejak lama, hal ini diperkuat dengan penemuan dan peninggalan yang ada sampai saat ini.  Menurut penelitian ahli berkebangsaan Belanda, masyarakat Dayak di Kalimantan Timur khususnya Dayak Benuaq berasal dari suku Lewangan yang terdapat di Kalimantan Tengah.

Hal ini diperkuat dengan dugaan dengan adanya keterkaitan kebudayaan antara kedua kebudayaan itu. Kebudayaan menggunakan manik di Kalimantan Timur, adalah sebuah budaya yang berakar sangat kuat.

Kita bisa melihatnya dengan penggunaan manik-manik hingga saat ini. Tak hanya di Kalimantan Timur, kebudayan manik juga menyebar dari daerah Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan.

 

Manik-Manik Jadi Lambang Status dan Bekal Kubur

Sosok Ida Dayak, perempuan yang menggelar alternatif dengan pakaian Dayak lengkap dan berbekal minyak oles yang ia beri nama minyak bintang.
Sosok Ida Dayak, perempuan yang menggelar alternatif dengan pakaian Dayak lengkap dan berbekal minyak oles yang ia beri nama minyak bintang. (Foto: Screenshot YouTube Merdeka.com).

Bahan manik-manik dari Kalimantan Timur adalah batu, kayu, tulang, kaca, kulit tiram, dan lain-lain. Cara membuat manik-manik adalah pengasahan dan ditusuk untuk membuat lubang melalui teknik pengeboran. Pada masyarakat Kalimantan Timur, manik-manik digunakan sebagai lambang status dan bekal kubur.

Pada masa Kerajaan Kutai Kertanegara, manik-manik dipakai sebagai perhiasan ranjang pengantin kesultanan dan berbagai perhiasan lainnya. Pada masyarakat Dayak di Kalimantan Timur, manik-manik merupakan barang kerajinan dan komoditi yang sangat penting.

Manik-manik sebagai barang keramat yang memiliki nilai magis. Selain dianggap sebagai barang keramat yang punya nilai magis, manik-manik juga berfungsi sebagai perhiasan.

Pada masyarakat sekarang, manik-manik telah mengalami perkembangan pesat, baik dari cara pembuatan, bahan, dan bentuk. Manik-manik juga telah menjadi suvenir yang diperdagangkan. Kerajinan tangan dari manik-manik ini biasanya dibanderol dengan harga mulai puluhan ribu sampai ratusan ribu rupiah dan banyak dijual di berbagai toko kerajinan atau oleh-oleh.

 

Pekan Gawai Dayak

11 Gaya Jokowi Kenakan Baju Adat dari Berbagai Daerah
Berkunjung ke Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara, Jokowi mengenakan pakaian adat Dayak Kenyah berupa rompi hitam berhiaskan rangkaian manik-manik dan topi di Bandara Robert Atty Besing tahun 2019. (Instagram/Jokowi).

Kerajinan manik-manik yang sudah dikenal luas itu sempat mendasari digelarnya Pekan Gawai Dayak Sintang tahun 2019. Salah satu mata acara adalah lomba menganyam manik.

Ada 10 peserta lomba yang berasal dari Dewan Adat Dayak (DAD) kecamatan se-Kabupaten Sintang, namun juga mengakomodir peserta yang mendaftar perorangan atau umum. Lomba dilaksanakan pada 13 Juli 2019. Menurut Wakil Bupati Sintang saat itu, Askiman, lomba ini masih satu rangkaian dengan Pekan Gawai Dayak Sintang 2019.

"Menganyam manik itu kegiatan luar biasa dan sebuah usaha pelestarian seni budaya yang sudah turun-temurun mereka miliki," terang Askiman. Ia menambahkan, Pemda Sintang terus mendukung pelestarian kegiatan menganyam manik ini, karena bisa menjadi pemberdayaan ekonomi masyarakat khususnya di sentra-sentra pariwisata.

Kriteria untuk menentukan pemenang lomba menganyam manik ini meliputi kerapian, artistik, kreativitas, juga keselarasan bentuk dan motif manik-manik serta komposisi warna. Lidya Tondan, salah satu juri menyampaikan bahwa ia bersama dua juri lainnya, Bibiana Anuh dan Lusia Hubung sepakat untuk melihat aspek nilai ekonomi pula.

 

Anyaman Manik Dijual di Pameran

manik dayak
Seorang wanita Dayak tekun menganyam manik-manik. Ini bukan sekadar menganyam keindahan, namun juga kesabaran. (foto: Liputan6.com/disperindagkop Sintang/edhie prayitno ige)

Hasil anyaman manik dapat menjadi bahan untuk dijual lewat pameran-pameran, seperti inacraft. Budaya Dayak Kabupaten Sintang pun bisa mendunia lewat kerajinan manik-manik.

"Kalau berbicara kelemahan, justru ada di sentuhan akhir. Seringkali masih lemah soal packing," kata Lidya yang juga Kabid Perdagangan Disperindagkop Sintang. Sementara itu, Agnes Yamen salah satu peserta lomba mengaku bahwa kesulitan utama saat menganyam manik adalah harus duduk dalam waktu lama. Rata-rata para penganyam motif tak kesulitan membaca motif.

"Kesulitan utama ya lelah karena harus duduk dalam waktu lama," kata Agnes.Sejauh ini Agnes sudah sering membuat berbagai barang anyaman manik khas budaya Dayak ini. Ada gelang, kalung biasa dan kalung teratai. Sebagian besar hasil kerajinan tangannya dijual kepada para pemesan. "Kadang kami jual sepasang gelang itu berkisar Rp50 ribu kalau teratai bisa sampai Rp350 ribu," jelas Agnes.

Selain Kerajinan manik-manik, Kalimantan Timur juga memiliki kerajinan khas lainnya, seperti Kerajinan Anyaman dan Kain Tenun Ulap Doyo.

Infografis: Pro Kontra Legalisasi Ganja Untuk Obat Medis (Liputan6.com / Abdillah)
Infografis: Pro Kontra Legalisasi Ganja Untuk Obat Medis (Liputan6.com / Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya