Kesadaran Warga Jakarta Masih Rendah, Sosialisasi Pemilahan Sampah dari Rumah Digelar dari Pintu ke Pintu

Pemilahan sampah jadi kunci utama untuk menekan produksi sampah yang tidak terolah dan akhirnya menumpuk di Bantargebang.

oleh Dyra Daniera diperbarui 17 Agu 2023, 09:02 WIB
Diterbitkan 17 Agu 2023, 09:02 WIB
Kesadaran Masih Rendah, Sosialisasi Pemilahan Sampah dari Rumah Digelar dari Pintu ke Pintu
Relawan Jakarta Sadar Sampah X BEM UI 2023 lakukan sosialisasi pemilahan sampah kepada warga Tegal Parang, Jakarta Selatan. (Dok. Liputan6.com/Dyra Daniera)

Liputan6.com, Jakarta - Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta melalui gerakan Jakarta Sadar Sampah bersama Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Indonesia (UI) menyosialisasikan pemilahan sampah kepada warga di Kelurahan Tegal Parang, Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Rabu, 2 Agustus 2023.

Sekitar 30 relawan mahasiswa dan 37 panitia terjun langsung dalam aksi Jakarta Sadar Sampah X BEM UI 2023 untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya mengetahui jenis-jenis sampah dan cara pengelolaan sampah yang baik. Dalam tujuh hari aksi, para relawan menyambangi ketujuh RW di Kelurahan Tegal Parang, Jakarta Selatan.

Sekretaris Kecamatan Mampang Prapatan, Satia, mengatakan sosialisasi secara door-to-door penting dilakukan agar masyarakat memahami dan melaksanakan pemilahan sampah dari sumbernya.

"Sesuai dengan Pergub 77 Tahun 2020, ada yang mengatur bahwa disarankan masyarakat memilah sampah dari rumah masing-masing. Mana yang organik dan anorganik. Tujuannya untuk mengurangi volume sampah yang dibuang ke Bantargebang," ujar Satia kepada Liputan6.com saat ditemui di lapangan pada Rabu, 2 Agustus 2023.

Sampah yang tidak dipilah berdasarkan jenisnya menjadi akar permasalahan dari tingginya timbunan sampah di TPST Bantargebang, Bekasi. Setiap hari, DKI Jakarta menyumbang 7500 ton sampah yang diangkut menggunakan 1.200 truk ke TPST Bantargebang.

Satia mengatakan, "Harapannya dengan keterlibatan adik-adik BEM UI ini, akan terus tumbuh bank-bank sampah di tiap RT ke depannya. Karena masyarakat di tiap rumah sudah bisa memilah mana yang organik dan anorganik, mana yang bisa didaur ulang, dijual, dan dibawa ke bank sampah sehingga punya nilai ekonomis."

 

Mengatasi Masalah Sampah Dari Hulu

Kesadaran Masih Rendah, Sosialisasi Pemilahan Sampah dari Rumah Digelar dari Pintu ke Pintu
Relawan Jakarta Sadar Sampah X BEM UI 2023 lakukan sosialisasi pemilahan sampah kepada warga Tegal Parang, Jakarta Selatan. (Dok. Liputan6.com/Dyra Daniera)

Sosialisasi ini merupakan kolaborasi tahun kedua Jakarta Sadar Sampah dengan BEM UI. Tahun lalu, warga Pejaten, Pasar Minggu menjadi target sosialisasi pemilahan sampah. Pada tahun ini, Kelurahan Tegal Parang dan Kelurahan Menteng dipilih melalui hasil survei bersama para ketua RT bahwa masyarakat setempat masih kurang sadar akan pentingnya pemilahan sampah.

Regilza Alveronicha Lauranta Oribela, Ketua Pelaksana Jakarta Sadar Sampah X BEM UI 2023 mengungkapkan bahwa sebagian besar sampah di Bantargebang merupakan sampah plastik yang berasal dari perseorangan atau individu.

"Dari situ sebenarnya kita menyadari harusnya kita mengedukasi dari hulunya, dari akarnya. Jadi akhirnya kita memutuskan untuk mengedukasi masyarakat," ujar mahasiswa Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Administasi Universitas Indonesia Angkatan 2022 itu.

Rangkaian aksi dimulai dengan mengadakan Capacity Building ke TPST Bantargebang sebagai sarana untuk menyadarkan relawan dan panitia tentang urgensi pemilahan sampah. Setelah itu, dilakukan Capacity Building kedua ke Asrama Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Lenteng Agung untuk melihat kampung percontohan yang telah menerapkan gaya hidup hijau dengan baik.

Empat Kategori Sampah

Aksi Bule Belanda Kumpulkan Sampah di Pantai Kuta Bali
Wisatawan asal Belanda menata sampah sandal dan sepatu yang dia kumpulkan dari Pantai Kuta. (merdeka.com/Arie Basuki)

Aksi sosialisasi pemilahan sampah dilakukan ke 10 rumah per RT di Kelurahan Tegal Parang dan Kelurahan Menteng. Laura mengatakan, "Kita melaksanakan secara door-to-door, kita menjelaskan tentang sampah-sampah yang perlu dipilah apa saja, terkait sampah organik, anorganik, B3 dan residu. Setelah itu, kami melakukan upaya aksi pemilahan kecil-kecilan di rumah warga."

Para relawan menjelaskan kepada warga tentang empat kategori sampah beserta contohnya, yaitu sampah organik yang termasuk sampah basah dan sisa makanan, sampah anorganik yang merupakan sampah kering seperti botol dan kaleng, sampah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun), seperti lampu dan bekas jarum suntikan, serta sampah residu yaitu sampah yang tidak dapat diolah lagi seperti bekas pampers, tisu, dan pembalut.

Setelah itu, relawan akan membantu mencontohkan cara pemilahan sampah di rumah warga masing-masing ke dalam kategori-kategori sebagaimana yang telah dijelaskan. Warga Tegal Parang juga diberikan stiker berisi kategori sampah supaya selalu ingat untuk mengimplementasikan pemilahan sampah.

Laura mengaku sosialisasi berlangsung lancar dan mendapat sambutan baik dari warga setempat, meskipun disertai tantangan dari beberapa warga yang tidak ingin melakukan pemilahan sampah karena alasan-alasan tertentu.

 

 

Warga Jakarta Masih Enggan Bayar Iuran Sampah

Keren dan Unik, Sampah Plastik Diubah Jadi Karya Seni di Hanoi
Pengunjung melihat instalasi seni yang terbuat dari sisa-sisa plastik, kaleng dan wadah di sebuah pameran "Reduce the Litter" di Hanoi (15/7/2019). Pameran ini menggambarkan polusi dari limbah rumah tangga yang menyebabkan dampak berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan anak. (AFP Photo/Nhac Nguyen)

Dinas Lingkungan Hidup Kelurahan Tegal Parang mengatakan bahwa kesadaran masyarakat akan isu sampah masih kurang. Warga masih kerap kedapatan membakar sampah hingga membuang sampah sembarangan hingga timbulnya TPS liar.

Ratna Juminar, PLH Seksi Ekonomi Pembangunan Kelurahan Tegal Parang mengatakan, "Ada beberapa titik yang seringkali banyak kumpulan sampah liar. Kesadaran (warga) masih kurang mungkin karena tidak mau ikut serta dalam pembayaran iuran kebersihan, jadi mereka seenaknya buang sampah sembarangan," ujarnya kepada Liputan6.com. Diketahui, warga seharusnya membayar iuran sebesar Rp20.000 hingga Rp30.000 per bulan untuk pengelolaan sampah.

Edukasi pemilahan sampah secara individu menjadi langkah awal yang vital untuk mengatasi permasalahan sampah. Namun, itu pun masih terkendala pengangkutan. Sering kali warga sudah memilah sampah secara mandiri, tetapi oleh petugas sampah RT di Tegal Parang dicampurkan hasil pemilahan itu ke dalam satu truk sampah.

Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta mengaku berupaya untuk menyediakan truk pengangkut sampah yang terpilah. "Upaya Pemda DKI Jakarta sudah dimulai dengan mengerahkan petugas yang mengangkut sesuai pilahannya. Kami terus bekerja sama dengan Dinas LH untuk menyediakan kendaraan-kendaraan sampah yang sudah betul-betul terpilah," ujar Sekretaris Kecamatan Mampang Prapatan, Satia.

Infografis Sampah Kemasan Produk Kecantikan
Infografis Sampah Kemasan Produk Kecantikan. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya