Beredar Video Orangutan Badannya Kurus Kering, Diduga Berjalan di Kawasan Kutai Timur

Menurut informasi yang beredar, orangutan tersebut diduga kekurangan gizi sehingga sangat kurus. Hal itu kemungkinan karena tidak cukup makanan yang tersedia di hutan, sehingga mereka turun ke jalan besar untuk mencari makanan.

oleh Henry diperbarui 25 Sep 2023, 05:01 WIB
Diterbitkan 25 Sep 2023, 05:01 WIB
Beredar Video Orangutan Badannya Kurus Kering Diduga Berjalan di Kawasan Kutai Timur
Beredar Video Orangutan Badannya Kurus Kering Diduga Berjalan di Kawasan Kutai Timur.  foto: TikTok @maulidiyayuli

Liputan6.com, Jakarta - Belum lama ini beredar sebuah video yang memperlihatkan Orangutan diduga di Sangatta, Kutai Timur, Kalimantan Timur. Video yang memperlihatkan orangutan atau orang utan tersebut dibagikan akun TikTok @maulidiyayuli dan dibagikan di sejumlah akun media sosial lainnya. Salah satunya oleh akun Instagram @terang_media.

Video itu membuat banyak orang terkejut sekaligus prihatin karena Orangutan itu badannya terlihat kurus kering dan seperti sedang kelaparan. Di video itu tampak dua ekor Orangutan yang sedang berjalan. Mereka terlihat memiliki badan yang sangat kurus, berbeda dengan Orangutan pada umumnya.

Orangutan yang satunya lagi tubuhnya lebih kecil dan diyakini adalah anak dari orangutan yang lebih besar. Menurut informasi yang beredar, orangutan tersebut diduga kekurangan gizi sehingga sangat kurus.

Hal itu kemungkinan karena tidak cukup makanan yang tersedia di hutan, sehingga orangutan tersebut tampak turun ke jalan besar yang masih bertanah dipakai sebagai jalan utama.

Mereka tampak lemas dan berhati-hati saat melewati area proyek tersebut. Diduga, Orangutan itu terdampak pembangunan yang ada di tempat asalnya sehingga turun ke jalan. Namun, belum bisa dipastikan proyek apa yang sedang dibangun sehingga berdampak pada habitat Orangutan tersebut.

"Ikutan sedih melihatnya," tulis akun tersebut pada 20 September 2023.  Kasus orang utan berkeliaran di lingkungan masyarakat itu dikabarkan sudah sering terjadi. Dalam beberapa waktu belakangan, sudah ada tiga penampakan Orangutan yang mencari makanan di wilayah Kutai Timur, Kalimantan Timur.

Warganet yang melihat video tersebut sangat miris mengingat Orangutan adalah salah satu hewan yang dilindungi menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem.

Orangutan Kelaparan di Habitatnya

Tambang Batubara Ilegal
Tambang batubara di areal milik Yayasan BOS yang merupakan kawasan Pusat Rehabilitasi Orangutan. (Dokumentasi BOSF)

"Video Manusia Menderita pun para pemimpin kita skrg banyak yg biasa aja melihatnya...gk simpati...apalagi hanya Video penderitaan Binatang…” komentar seorang warganet.

"Apa yang bisa kita lakukan ya? 😢 duh ga kuat liatnya. Apa ga bisa dibawa ke penangkaran buat dikasi makan dulu? Atau gimana 😢😢😢," ujar warganet lainnya.

"Kasian dia..lebih melilih kelaparan di habitatnya yg sudah hancur krna dia tw klw masuk ke pemukiman warga di salhkan bisa ditembak…” kata warganet yang lain.

"Astaghfirullah serakahnya manusia merusak alam demi kepentingan sendiri,” komentar warganet lainnya.

Tim Balai Konservasi Sumber Daya Alam atau BKSDA Kalimantan Timur telah mengetahui beredarnya video itu. Saat ini, tim tengah diturunkan ke lapangan untuk menelusuri kebenarannya.

"Semalam sudah kita ketahui. Ini masih kami cari, dan ini tim lagi selidiki jejak digital dan kerja di lapangan. Kita tunggu saja," terang Kepala BKSDA Kalimantan Timur, Ari Wibawanto, dikutip dar Merdeka.com, 21 September 2023.

Meski kedua orangutan itu terlihat dalam kondisi kurus dan disebutkan berada di Kutai Timur, BKSDA belum bisa memastikannya. Diduga kuat kedua orangutan itu adalah betina dan anaknya yang masih bayi.

Kondisi Orangutan yang Sebenarnya

Kemunculan Menakjubkan Bayi Orangutan Tapanuli Kembar di Hutan Batang Toru
Hutan tempat berdiamnya bayi orangutan Tapanuli kembar kini terancam rusak akibat proyek pembangunan. (dok. Sumatera Orangutan Conservation Programme/Reza Efendi)

"Itu orangutan betina dan anaknya. Kalau dikatakan kurus, kita belum bisa bilang kurus kalau hanya dari video. Tapi yang jelas itu betina dan anaknya," kata Ari.

Menurut Ari, orangutan punya teritori sendiri, artinya mereka punya daya jelajah (terus bergerak). "Ya mereka kerjanya memang cari makan. Lalu apakah itu lokasinya awalnya adalah habitatnya, belum tentu juga. Mereka cari makan, kan sekarang musim kemarau. Mereka cari tempat yang lebih nyaman," tuturnya

Ari meminta di tengah penelusuran tim BKSDA ke Kutai Timur, masyarakat bisa sementara ini mengesampingkan praduga yang beredar. "Kita belum tahu kondisi orangutan itu seperti apa, apakah benar-benar pasti betina dan anaknya. Kondisinya sehat atau tidak, kan belum tahu. Intinya, kita masih mencari," ucap Ari.

"Praduga-praduga itu kita hilangkan dulu. Terkait itu habitatnya rusak, belum bisa dilihat karena posisinya orangutan itu di mana, saya tidak tahu juga," lanjutnya. Metode memastikannya mesti melihat video secara lanskap, termasuk benar tidaknya soal jalan dalam tayangan video ada di areal tambang batu bara atau tidak.

Pemerintah Tak Libatkan NGO

Terpukau Orangutan di Tanjung Harapan Kalimantan
Feeding orangutan di Tanjung Harapan, Tanjung Puting, Kalimantan Tengah. (Liputan6.com/Dinny Mutiah)

"Apakah jalannya memang seperti itu, atau bagaimana, kita harus liat secara lanskap ya. Kita cari video itu benar tidaknya, posisinya di mana, kita mesti lihat sisi lanskap seperti apa. Apakah betul di Kutai Timur, betul-betul di tambang batu bara, ya saya belum tahu juga," ujar Ari.

"Info awal malah itu bukan di tambang. Masih simpang siur. Tunggu saja, kita akan sampaikan lebih lanjut kalau semua sudah jelas ya," tambahnya.

Lebih lanjut, Ari memastikan sebagian wilayah kabupaten Kutai Timur memang merupakan habitat Orangutan, seperti di Bengalon, Simpang Perdau, dan di Muara Wahau. Meski orangutan itu terlihat dalam kondisi kurus, Ari juga belum bisa memastikan apakah hewan langka itu dalam kondisi sakit.

Dalam penelusuran tim BKSDA Kalimantan Timur, Ari memastikan sejauh ini belum melibatkan pegiat orangutan. "Semua NGO ada di bawah kendali BKSDA. Jadi lebih bagus kita saja (melakukan penelusuran), pemerintah yang bertanggung jawab," tutup Ari.

 

cop
Infografis orangutan korban senapan angin. (foto: Liputan6.com / cop / edhie)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya