Iseng Jilat Sushi dan Botol Kecap di Restoran, Pria Jepang Divonis 3 Tahun Penjara

Prank yang disebut teror sushi marak terjadi di Jepang. Aksi itu dinilai menghina standar kebersihan Jepang yang diakui dunia.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 26 Okt 2023, 12:00 WIB
Diterbitkan 26 Okt 2023, 12:00 WIB
Jepang
Sushi, makanan khas Jepang. (dok. pexels.com/Asnida Riani)

Liputan6.com, Jakarta - Pelaku teror di restoran sushi akhirnya diganjar penjara. Pengadilan Distrik Nagoya menjatuhkan vonis tiga tahun penjara kepada Ryoga Yoshino, nama pria Jepang peneror restoran sushi itu.

Mengutip Koreaboo, Kamis (26/10/2023), Yoshino akhirnya meminta maaf atas perilaku tak terpujinya sembari meminta keringanan hukuman. Ia mengaku sengaja memfilmkan dirinya menjalankan tren itu untuk memuaskan dahaganya untuk mendapatkan perhatian. Kini, ia mengakui tindakannya itu adalah keputusan yang 'bodoh'. 

Aksinya menuai perhatian internasional setelah pada 3 Februari 2023, pria berusia 21 tahun itu mengunggah videonya menjilati tutup botol kecap di sebuah restoran sushi. Ia juga kedapatan menjilati cangkir teh dan bahkan sushi gulung.

Tingkahnya makin meresahkan karena ia kembali menaruh produk yang sudah dijilatnya ke konveyor berjalan. Makanan lain di sabuk konveyor itu akhirnya terkontaminasi oleh makanan dan wadah yang sudah dijilatnya.

Cabang restoran Kura Sushi di Nagoya dan Tokyo yang menjadi korban itu dilaporkan memasang kamera pengawas yang dilengkapi kecerdasan buatan. Hal itu untuk menghentikan perilaku buruk sejumlah pelanggan nakal.

Sementara, aksi Yoshino yang dijuluki sebagai 'teror sushi' itu makin sering terjadi di Jepang. Pelakukanya mayoritas anak-anak muda, baik lelaki maupun perempuan, yang nekat 'menjilati, meludahi, atau atau menyemprotkan sanitizer ke pesanan orang lain saat makanan lewat'.

Sebelum Yoshino, video teror sushi lain lebih dulu viral. Sebuah video yang telah dilihat hampir 40 juta kali di Twitter menunjukkan seorang remaja menjilati bagian atas botol kecap asin yang terbuka dan seluruh tepi cangkir teh, yang kemudian dia letakkan kembali ke tempat semula.

 

 

 

Teror Sushi Picu Kegemparan di Jepang

Menikmati Makanan Khas Jepang Terinspirasi Tokyo, Ada Aneka Kreasi Sushi
Menu sushi dalam kampanye "From Japan to You" terinspirasi Tokyo di Genki Sushi. (Liputan6.com/Putu Elmira)

Jika itu belum cukup buruk, video berdurasi 48 detik menunjukkan dia juga menjilati jarinya dan menggunakannya untuk menyentuh dua potong sushi yang lewat via sabuk konveyor. Dikutip dari The Guardian, Jumat, 3 Februari 2023, video tersebut direkam di cabang Sushiro di pusat Prefektur Gifu, Jepang.

Sontak peristiwa ini mendorong saham perusahaan induk restoran anjlok hampir 5 persen pada Selasa, 7 Februari 2023. Kejahatan kuliner tersebut telah memicu kegemparan di Jepang, dengan industri ini diperkirakan bernilai USD 5,7 miliar.

Orang-orang meresponsnya dengan marah, mengingat tindakan pelaku dinilai menghina terhadap standar kebersihan Jepang yang diakui dunia. "Ini memuakkan," tulis seorang pengguna Twitter, dengan yang lain menambahkan, "Saya tidak bisa pergi ke restoran sushi yang memiliki sabuk konveyor lagi."

Sushiro, yang merupakan pemimpin pasar, mengatakan pekan ini bahwa pria yang membuat video viral tersebut telah meminta maaf bersama dengan orangtuanya. Namun, perusahaan memilih melanjutkannya secara hukum melalui pidana dan perdata.

Gugat Remaja Rp7 Miliar

Sushi Academy Asah Keterampilan Membuat Sushi dari Pemula hingga Profesional
Genki Sushi hadirkan kelas sushi untuk asah keterampilan bikin sushi dari pemula hingga profesional (Genki Sushi)

Dilansir CNN, Minggu, 11 Juni 2023, pihak Restoran Sushiro resmi menggugat siswa tersebut sebesar 67 juta yen (sekitar Rp7 miliar) akibat merusak reputasi restoran. Akindo Sushiro Co, yang menjalankan jaringan restoran Sushiro, mengaku jumlah pelanggan mereka menurun tajam setelah rekaman aksi si siswa di gerai Sushiro cabang kota Gifu menjadi viral.

Klip pendek itu dibagikan secara luas di Jepang setelah diunggah pada Januari 2023 dan merupakan salah satu dari sejumlah video serupa – termasuk beberapa yang direkam di pesaing Sushiro – yang membantu memunculkan istilah “terorisme sushi”.

Berdasarkan NHK, Akindo Sushiro Co mengajukan gugatan ke Pengadilan Distrik Osaka mengikuti kerugian sekitar 16 miliar yen (sekitar Rp1,7 triliun) setelah rilis video tersebut karena penurunan tajam pelanggan dan penurunan saham perusahaan induknya.

Menanggapi gugatan tersebut, penasihat hukum siswa menulis kepada pengadilan pada Mei 2023, meminta untuk menolak pengaduan tersebut. Dia mengatakan bahwa siswa tersebut telah mengakui dan menyesali tindakannya, tetapi tidak ada bukti yang menunjukkan hubungan antara tindakannya dan penurunan pelanggan di rantai sushi, melainkan bisa akibat persaingan yang ketat di industri.

Sushi untuk Ibu Hamil

Ilustrasi Sushi
Ilustrasi sushi (dok. Pixabay.com/Putu Elmira)

Mengutip Soranews24, Senin, 17 Oktober 2022, sebuah inovasi dihadirkan untuk memenuhi keinginan ibu hamil akan sushi. Kanetsu sushi resmi diluncurkan pada musim gugur 2022.

Ini dihadirkan saat sebuah proyek crowdfunding diluncurkan dalam mencari dana untuk mengembangkan sushi untuk perempuan hamil. Kampanye itu telah mengumpulkan 1.113 persen dari target sasarannya.

Kanetsu berarti "dipanaskan" dan itulah bagian pertama untuk membuat sushi ini ramah untuk ibu hamil. Koki sushi Kanetsu Sushi dengan sangat hati-hati memilih potongan ikan kelas sashimi yang kemudian dimasak dan diletakkan di atas nasi sushi yang diberi cuka.

Potongan-potongan ikan tersebut lalu dimasukkan ke dalam freezer berkecepatan tinggi berbasis cairan khusus. Proses pembekuan cepat memberikan dua manfaat dengan meminimalkan jumlah waktu sushi bertahan di suhu kamar yang kondusif untuk bakteri dan mengurangi ukuran kristal es individu yang terbentuk, membantu menjaga rasa makanan selama pengiriman.

  

Infografis Dugaan Prank Sumbangan Rp 2 Triliun Anak Akidi Tio. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Dugaan Prank Sumbangan Rp 2 Triliun Anak Akidi Tio. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya