Liputan6.com, Jakarta - Picnic Over the Hill (POTH) selesai digelar pada akhir pekan lalu di Bukit Parapuar, Labuan Bajo. Menurut Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF), acara tersebut didatangi oleh 1.037 pengunjung dari 1.372 orang yang meregistrasi online.
Rinciannya adalah sebanyak 451 orang berkunjung di hari pertama dan 586 orang datang di hari kedua. Para pengunjung yang hadir di event tersebut didominasi oleh Generasi Z dan rombongan keluarga.
"Ini adalah event pertama kami sebagai bentuk aktivasi kawasan Bukit Parapuar dan ini telah melampaui jumlah kunjungan yang kami targetkan, yaitu 1.000 pengunjung," kata Direktur Utama BPOLBF, Shana Fatina, dalam rilis yang diterima Liputan6.com, Selasa, 14 November 2023.
Advertisement
Seperti penyelenggaraan event umumnya, kehadiran massa dalam satu waktu bersamaan menghasilkan sampah. Untuk itu, BPOLBF menggandeng Kole Project, salah satu komunitas pengelolaan sampah lokal di Labuan Bajo, untuk mengelola sampah yang dihasilkan selama event berlangsung.
Berdasarkan data Kole Project, sampah yang berhasil terkumpul selama dua hari kegiatan mencapai 149,6 kg yang terdiri dari 39 kg sampah daur ulang dan 110.6 sampah residu. Shana mengklaim upaya tersebut bisa memastikan venue tetap bersih tanpa sampah setelah event berlangsung.
"Hari pertama, 50,1 kg dengan sampah daur ulang 18,4 kg dan sampah residu 31,7 kg lalu di hari kedua sebanyak 99,5 kg dengan sampah daur ulang 20,6 kg dan sampah residu 78,9 kg. Bersama Kole Project kami bersama-sama memastikan agar venue dalam keadaan bersih tanpa sampah usai event berlangsung," ia menerangkan.
Dari Lokal untuk Warga Lokal
Event itu juga dimanfaatkan para UMKM lokal untuk mendapatkan rezeki. Dari 17 booth UMKM yang berpartisipasi, BPOLBF mencatat total transaksi sebesar Rp20.122.000 selama dua hari atau masing-masing pengunjung berbelanja sekitar Rp10.000--Rp20.000 per hari.
"Total nilai transaksi ini belum termasuk dengan belanja bahan baku venue, seperti bambu dan tenaga kerja lokal yang turut membantu penyiapan venue, serta jasa lainnya mulai dari transportasi, penyewaan alat, dan sebagainya. Begitu pun para talent yang mengisi acara 100 persen adalah talent lokal NTT, sehingga perputaran uang dan penyerapan tenaga kerja dalam event ini diserap seutuhnya oleh lokal," Shana menerangkan.
Pelaku UMKM lokal pun menyambut gembira acara tersebut. Pemilik C'yen Food, Maria menilai antusiasme warga begitu tinggi mengikuti kegiatan tersebut karena piknik di atas bukit adalah hal baru. Ia berharap agar acara tersebut bisa lebih sering dilakukan karena ia bisa memperoleh penghasilan yang lebih besar dibandingkan hari-hari biasa.
"Mungkin BPOLF harus sering mengadakan event di Parapuar sehingga tempat ini bisa menjadi tongkrongan dan hiburan bagi masyarakat Labuan Bajo. Saya sebagai UMKM yg ikut bergabung dalam event ini sangat senang, karena dapat meningkatkan pemasukan keuangan saya, pendapatan hari pertama sebesar Rp. 850.000, hari kedua sebesar 1.115.000," tuturnya.
Advertisement
Gelar Survei ke Pengunjung
Seusai event berlangsung, BPOLBF melakukan survei kepada 1.037 pengunjung yang datang dan juga kepada para pelaku UMKM, talent, sponsor, komunitas dan unsur masyarakat lainnya yang terlibat selama event berlangsung. Survei ini dilaksanakan untuk menjaring aspirasi dan masukan dari masyarakat dan sebagai bahan evaluasi untuk pelaksanaan event-event selanjutnya, terutama mengingat kawasan Parapuar akan dibuka untuk publik.
Kawasan Parapuar terletak di Hutan Nggorang Bowosie. Pengunjung dapat mengaksesnya dari jalan Trans Flores, tepatnya dari depan Sinar Flores Carwash atau sekitar 300 meter dari SPBU Wardun (Jl. Trans Flores, Labuan Bajo - Ruteng).
Parapuar dipilih sebagai nama untuk Kawasan Pariwisata Terpadu di Labuan Bajo. Namanya diambil dari dua kata bahasa Manggarai, yakni Para yang berarti pintu atau gerbang dan Puar yang berarti hutan.
Lokasi kawasan pariwisata terpadu itu menempati lahan Hutan Nggorang Bowosie seluas 400 hektare. Lahan hutan produksi itu merupakan bekas lokasi perambahan liar dengan banyak pohon ditebang dan dibakar, serta digantikan tanaman semusim yang rendah mengikat air dan tanah.
Zona Budaya Bakal Dibangun
Kawasannya diapit oleh dua desa, Desa Golo Bilas dan Desa Gorontalo, serta satu kelurahan, yakni Kelurahan Wae Kelambu, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat. Rencananya akan dibangun empat zona di lahan tersebut, salah satunya zona budaya (cultural district).
Dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Jumat, 3 November 2023, dijelaskan bahwa zona budaya akan dibangun di area seluas 21,69 hektare dari total kawasan yang dikembangkan seluas 114,73 hektare. Di zona tersebut akan berdiri pusat budaya (cultural center) seperti Hikayat Komodo, Cultural Performance Park, museum, agriculture tourism, culture gallery, Ring of Fire Flores View, Bukit Doa, dan beragam fasilitas penunjang wisata lainnya.
"Pembangunan zona ini bertujuan untuk menjadi showcase kebudayaan Flores, Lembata, Alor, dan Bima (Floratama), serta mengangkat keunikan dan keragaman budaya setempat sebagai daya tarik wisata," kata Shana.
Shana menjelaskan bahwa kawasan Zona Budaya akan menjadi miniatur budaya Floratama. Karena itu, mereka akan melengkapinya dengan berbagai narasi budaya terkait sejarah Manggarai, Flores, Alor, Lembata, dan Bima, termasuk sejarah komodo yang berkembang menjadi cerita rakyat.
Di zona budaya tersebut, mereka akan banyak menyajikan pertunjukan budaya, baik tarian, musik, nyanyian, struktur bangunan, kuliner, hingga permainan tradisional. Ibaratnya area tersebut akan menjadi Taman Mini-nya Nusa Tenggara Timur.
Advertisement