Liputan6.com, Jakarta - Faktor keamanan dan keselamatan dalam berwisata tentu tidak dapat ditawar, termasuk selama musim hujan. Di periode ini, Anda harus lebih berhati-hati bila punya agenda berwisata air, entah pergi ke air terjun maupun susur sungai.
Jadi, bagaimana persiapan para pengelola wisata air, sementara musim libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) semakin dekat dan hujan telah kian sering? Koordinator Pengelola Cave Tubing Kalisuci, Muslam Winarta, menyebut pihaknya terus memantau curah hujan di wilayah hulu.
Mereka juga berkoordinasi dengan masyarakat untuk selalu memberi informasi kondisi terkait curah hujan terbaru. Sementara itu, perwakilan Manajemen Curug Cipamingkis, Andy Wahyudi, berkata melalui pesan pada Liputan6.com, Sabtu, 18 November 2023, "(Kami) menempatkan para petugas di berbagai titik rawan bencana."
Advertisement
Ia menyambung, "Juga, berkoordinasi dengan pihak BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) wilayah kecamatan dan BPBD Kabupaten. Pengelola juga selalu update cuaca dari BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika)."
Apa yang dilakukan keduanya selaras dengan imbauan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf). Direktorat Tata Kelola Destinasi Kemenparekraf mengimbau pengelola destinasi wisata meningkatkan kewaspadaan mereka.
Pihaknya menulis melalui pesan, Sabtu, "Pengelola dan seluruh pihak terkait dapat mempersiapkan diri dengan menggali informasi dan pelatihan menangani curah hujan tinggi yang dapat berpotensi menimbulkan berbagai bencana, seperti banjir dan longsor."
Kemenparekraf juga akan berkoordinasi dengan BNPB, BPBD, dan tim SAR setempat.
"Kami sudah membentuk tim manajemen krisis Kemenparekraf yang bekerja sama (dengan pihak terkait) untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan SOP manajemen krisis kepariwisataan (termasuk di lini wisata air selama musim hujan)," mereka menyambung.
Saran Kemenparekraf
Prinsip kehati-hatian selama musim hujan sangat penting diterapkan untuk memastikan keselamatan dan pengalaman positif bagi pengunjung destinasi wisata air, sebut Kemenparekraf. Beberapa persiapan yang sebaiknya dilakukan pengelola destinasi wisata air selama musim hujan, yakni:
- Evaluasi Kondisi Cuaca dan Air
Selain terus memantau perkiraan cuaca dan kondisi air secara berkala, penting juga mengidentifikasi potensi risiko, seperti banjir, arus sungai yang kuat, atau gelombang tinggi.
- Pembaharuan Prosedur Keselamatan
Prosedur keselamatan diperbarui dengan mempertimbangkan kondisi khusus musim hujan. Satelahnya, disarankan melakukan pelatihan tambahan pada staf mengenai tindakan darurat yang relevan.
- Komunikasi dengan Pengunjung
Memberi informasi jelas pada pengunjung tentang kondisi terbaru dan potensi risiko. Pengelola juga diminta menyediakan papan informasi, spanduk, atau petunjuk lain yang menjelaskan tindakan keamanan yang diperlukan.
- Perawatan dan Pemeliharaan Infrastruktur
Penting untuk memeriksa dan memastikan keamanan semua fasilitas dan peralatan wisata air secara rutin. Pengelola juga diminta melakukan pemeliharaan ekstra pada infrastruktur yang mungkin terpengaruh musim hujan.
- Peralatan Keselamatan Tambahan
Menyediakan peralatan keselamatan tambahan, terutama jika aktivitas melibatkan perairan terbuka atau arus sungai.
- Evakuasi dan Rute Darurat
Mengidentifikasi rute evakuasi darurat dan memberi informasi pada pengunjung. Selain, pengelola juga diminta menyediakan peta rute evakuasi dan lokasi titik pertemuan yang jelas dan mudah diakses.
- Bekerja Sama dengan Otoritas Setempat
Berkoordinasi dengan otoritas setempat, seperti BPBD, untuk mendapat informasi terkini dan petunjuk keselamatan.
- Pemantauan Pengunjung
Penting untuk memantau jumlah pengunjung guna memastikan kapasitas aman dan menghindari kerumunan yang berpotensi berbahaya.
- Pengelolaan Risiko Kesehatan
Memperhatikan risiko kesehatan, seperti peningkatan penyakit air atau infeksi kulit, dan menyediakan fasilitas cuci tangan yang memadai, sebut Kemenparekraf.
Advertisement
Persiapan Pengelola Wisata Air
Sejalan dengan itu, Win, sapaan akrab Muslam Winarta, menyebut saat ini, pihaknya telah membersihkan sampah dan material yang menghambat aliran sungai, serta memasang papan-papan imbauan, larangan, dan informasi yang diperlukan.
"(Kami juga) memasang tanda tinggi muka air maksimal titik aman," sebut dia melalui pesan, Kamis, 16 November 2023. "Lalu, menentukan titik-titik evakuasi, memastikan ketersediaan peralatan keamanan yang memadai, melakukan simulasi penyelamatan dan evakuasi, serta memasang EWS di daerah aliran sungai arah hulu."
Hal serupa juga dilakukan di Curug Cipamingkis. Andy menyebut, "Pengelola memasang sarana dan prasarana keamanan, seperti plang peringatan atau larangan di tempat-tempat waspada bencana terjadi, serta berkoordinasi dengan pihak kesehatan atau pustu kesehatan terdekat."
Ia menambahkan, pemantauan harian dilakukan dengan melibatkan pihak BPBD. Lalu, di Cave Tubing Kalisuci, selain selalu memperbarui informasi cuaca dari BMKG, pengelola juga berkomunikasi dengan tim di wilayah hulu untuk minta informasi situasi dan kondisi, baik cuaca maupun debit air sungai di hulu saat itu.
"Pengelola juga selalu memperhatikan tanda-tanda alam yang tampak," sebut Win. "Misalnya jika sudah mendung tebal meski belum turun hujan, pengelola akan menutup pelayanan wisata. Evaluasi selalu dilakukan setiap hari."
Pemberitahuan bisa atau tidaknya pengunjung melakukan kegiatan wisata di Cave Tubing Kalisuci akan selalu diinformasikan di pagi hari H, ia menambahkan.
Tren Kunjungan di Musim Hujan
Dari tahun-tahun sebelumnya, tren kunjungan wisata Kalisuci di musim-musim hujan cenderung menurun. "Bahkan di momen libur Nataru, jika curah hujannya tinggi, kami akan menutup layanan wisata sampai kondisi benar-benar aman," kata dia.
Sebagai alternatif, mereka menawarkan wisata kuliner tradisional Telaga Jonge yang lokasinya deket dengan Kalisuci. "Itu wisata kuliner di sekitar telaga yang menyajikan makanan tradisional khas ndeso. Sudah dibuka sejak 2018, dan pengunjung bisa langsung datang (tanpa reservasi)," ucapnya, menambahkan bahwa harga makanannya mulai dari Rp2 ribu saja.
Kemenparekraf menyebut, datangnya musim mujan memang berpengaruh pada sektor pariwisata, karena banyak aktivitas wisata berbasis alam. "Selain memengaruhi jumlah kunjungan wisatawan, (musim hujan) juga berdampak pada (tingkat) kewaspadaan, baik bagi pengunjung maupun pengelola," sebut pihaknya.
"Dalam menghadapi kondisi cuaca seperti ini, para pihak terkait, baik pemerintah maupun pengelola tempat wisata sebaiknya memberi imbauan, entah secara langsung melalui petugas lapangan maupun melalui lewat media sosial agar pengunjung selalu berhati-hati dalam berwisata di musim hujan," mereka menjelaskan.
Selama ini, kata Win, pengunjung Cave Tubing Kalisuci cenderung memahami situasi dan kondisi yang terjadi saat berwisata di musim hujan. "Tips bagi pengunjung saat musim hujan: hubungi contact person Kalisuci dulu sebelum datang," ia menambahkan.
Demi keamanan dan keselamatan bersama, sebut Andy, pengunjung Curug Cipamingkis diminta selalu mengikuti arahan petugas, terutama dalam kondisi cuaca ekstrem.
Advertisement