Aktivis Lingkungan di Italia Tumpahkan Pewarna Hijau ke Kanal Venesia, Kecewa atas Kinerja COP28

Aktivis lingkungan yang tergabung dalam perkumpulan Extinction Rebelion melakukan unjuk rasa di Grand Canal Venesia, Italia.

oleh Winda Syifa Sahira diperbarui 10 Des 2023, 20:30 WIB
Diterbitkan 10 Des 2023, 20:30 WIB
Venesia
Seekor burung camar berdiri di Jembatan Rialto di Venesia, pada 21 Mei 2021. (Marco Bertorello / AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Aktivis lingkungan yang tergabung dalam perkumpulan Extinction Rebelion berunjuk rasa di Grand Canal Venesia, Italia. Pada Sabtu, 9 Desember 2023, mereka bergelantungan di Jembatan Rialto di atas kanal dengan menggunakan tali panjat. Dilansir dari TRT World, Minggu (10/12/2023), para aktivis itu juga membentangkan sebuah spanduk bertuliskan "COP28: Sementara pemerintah berbicara, kami tergantung pada seutas benang."

Para aktivis lingkungan Italia itu juga menumpahkan pewarna dan mengubah Kanal Besar Venesia menjadi hijau. Hal itu mereka lakukan sebagai bentuk protes karena mereka menganggap kurangnya kemajuan pada KTT iklim COP28 di Dubai.

Bukan hanya di Venesia, bentangan kecil sungai di kota-kota Italia lainnya juga berubah menjadi hijau akibat protes serupa. Protes ini juga terjadi Sungai Po di Turin, Italia Utara, hingga Sungai Tiber di Roma, bagian Selatan negara tersebut.

"Dalam beberapa jam, perairan ini akan kembali seperti semula," kata Extinction Rebellion dalam sebuah pernyataan.

Kelompok tersebut juga menambahkan, "Sementara itu, sementara pemerintah berbicara, kami menghitung kerusakan dan korban akibat banjir dan kebakaran yang terus-menerus terjadi."

Pihaknya turut mengatakan bahwa "efek visual" itu diciptakan oleh pewarna fluorescein. Mereka mengklaim bahan tersebut tidak berbahaya dan digunakan dalam industri untuk menelusuri benda di dalam air.

Namun, Wali Kota Venesia Luigi Brugnaro mengecam tindakan tersebut. Ia menganggap kelompok itu  sebagai "perusak lingkungan".

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Protes Itu Dikecam Walikota Venesia

Venesia
Venesia pada hari Kamis kembali lolos dari daftar situs warisan dunia yang terancam punah versi UNESCO, yang mengundang sorak-sorai kemenangan dari sang wali kota. (AP Photo/Luca Bruno)

Wali kota tersebut meminta agar pihak berwenang Italia untuk menghukum mereka. Lalu lintas perahu di Grand Canal dihentikan pada Sabtu selama protes, dan air kanal serta kolom-kolom yang baru dipugar di Jembatan Rialto harus diperiksa demi alasan keamanan, kata wali kota itu.

"Venesia adalah kota yang rapuh, kota yang harus dicintai dan dihormati. Cukup sudah," tambahnya.

Sementara itu, lebih dari 100 aktivis mengadakan protes damai menyerukan gencatan senjata di Gaza pada pertemuan puncak iklim PBB di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA) pada Minggu, 3 Desember 2023. Demonstrasi tersebut terjadi di Zona Biru konferensi COP28 yang dikelola PBB, tempat para pemimpin dunia berkumpul selama dua minggu untuk negosiasi iklim.

Dikutip dari The New Arab, Senin, 4 Desember 2023, ini adalah pemandangan yang jarang terjadi di UEA, di mana demonstrasi dibatasi namun "berkumpul secara damai" diperbolehkan selama konferensi berlangsung. Mengenakan keffiyeh dan mengacungkan tinju, para pengunjuk rasa membentangkan spanduk bertuliskan "Gencatan Senjata", "Akhiri Apartheid Lingkungan" dan "Dekolonisasi Iklim".


Ratusan Aktivis di COP28 Dubai Serukan Gencatan Senjata di Gaza

COP28
Aktivis meneriakkan slogan-slogan saat demonstrasi menuntut gencatan senjata dalam perang Israel-Hamas pada KTT iklim PBB COP28 di Dubai pada 3 Desember 2023. (JEWEL SAMAD / AFP)

Teriakan "Bebaskan, bebaskan Palestina!" tak berlangsung lama, karena pembatasan PBB mencegah penamaan negara atau pengibaran bendera Palestina. Sebaliknya, para aktivis mengibarkan bendera dengan semangka yang merupakan simbol pro-Palestina.

Pidato di depan hadirin menyoroti hubungan antara perjuangan Palestina dan perjuangan untuk keadilan iklim. "Kami di sini untuk mengutuk kekuatan geopolitik negara-negara Utara, negara-negara kaya yang menghasilkan polusi dan termasuk di antara negara-negara besar yang memberikan subsidi dan mendanai genosida yang sedang berlangsung," kata aktivis keadilan iklim Kolombia, Gina Cortés Valderrama.

Para aktivis, yang sebagian besarnya menitikkan air mata, juga bergiliran membacakan nama-nama warga Palestina yang tewas dalam perang Israel di Gaza. Lebih dari 15.000 orang telah terbunuh di Gaza sejak Israel mulai membombardir wilayah tersebut pada 7 Oktober 2023, termasuk lebih dari 6.000 anak-anak.

"Nama-namanya masih ditulis," kata Valderrama, mengingatkan penonton akan jumlah korban warga sipil yang meningkat pesat setelah gencatan senjata selama seminggu berakhir pada Jumat, 1 Desember 2023.


Beberapa Kepala Negara di COP28 Membahas Perang di Gaza

COP28 atau KTT Perubahan Iklim PBB 2023
COP28 atau KTT Perubahan Iklim PBB 2023 berlangsung di Dubai, Uni Emirat Arab. (Dok. AP/Rafiq Maqbool)

Pada Minggu pagi, 3 Desember 2023, Kantor Media Pemerintah di Gaza mengumumkan bahwa lebih dari 700 warga Palestina telah tewas akibat pemboman Israel dalam kurun waktu 24 jam, sementara 1,5 juta orang kini mengungsi. Jika tidak ada dalam agenda resmi, perang Israel di Gaza telah membayangi proses pertemuan puncak iklim PBB tahun ini.

Pada Kamis, 30 November 2023, konferensi dibuka dengan mengheningkan cipta untuk "semua warga sipil yang tewas dalam konflik saat ini di Gaza". Hal tersebut seperti yang diserukan oleh presiden COP27 tahun lalu di Mesir, Sameh Choukri.

Beberapa kepala negara menggunakan pidato pembukaan mereka untuk menarik perhatian terhadap perang tersebut, termasuk yang dilakukan oleh Yordania, Irak, Afrika Selatan dan Turki. Baik Presiden Israel Isaac Herzog dan Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas tidak hadir dalam pidato mereka yang dijadwalkan.

Para pemimpin dunia juga terlibat dalam sideline diplomacy, dengan Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis di antara negara-negara yang menggunakan KTT ini sebagai kesempatan untuk membahas perang tersebut. Di luar bidang diplomatik, Gaza juga menjadi sorotan.

Infografis Journal
Infografis Journal Dunia Kepanasan, Akibat Perubahan Iklim Ekstrem?. (Liputan6.com/Tri Yasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya