Liputan6.com, Jakarta - Saat publik belum juga pulih dari mengerikannya gempa dan peringatan tsunami di pesisir barat Jepang, pandangan mereka sekali kali tertuju ke Negeri Sakura ketika sebuah pesawat Japan Airlines terbakar di landasan Bandara Haneda Tokyo. Insiden itu terjadi kemarin, Selasa, 2 Januari 2023.
Melansir CNN, Rabu (3/1/2024), pesawat Airbus A350-900 itu terbakar setelah terbang ke Haneda dari kota Sapporo di Jepang utara pukul 17.46, waktu setempat. Video menunjukkan bola api besar muncul saat pesawat terbakar, meninggalkan jejak api di landasan.
Kejadian ini dilaporkan setelah pesawat itu bertabrakan dengan sebuah pesawat lain milik Penjaga Pantai. Berikut sederet fakta terkait kecelakaan tersebut, seperti dirangkum dari berbagai sumber.
Advertisement
1. Kronologi Kejadian
Merujuk rekaman yang dirilis NHK, pesawat Japan Airlines yang membawa 367 penumpang dan 12 awak kabin itu terlihat menabrak sebuah pesawat, berujung menyebabkan kobaran api besar di landasan pacu Bandara Haneda.Â
Pesawat itu kemudian berhenti, sementara api besar berkobar di badan pesawat. Penumpang pun diselamatkan menggunakan perosotan darurat ketika petugas pemadam kebakaran mencoba memadamkan api yang kian membesar.
Menurut informasi, pesawat Penjaga Pantai yang ditabrak Japan Airlines akan berangkat dari Bandara Haneda ke pangkalan udara di Prefektur Niigata untuk membantu pengiriman bantuan korban gempa.
2. Kabar Penumpang
Seluruh penumpang JAL penerbangan 516 yang berjumlah 379 orang, termasuk delapan anak di bawah usia dua tahun, berhasil dievakuasi dengan selamat dari pesawat penumpang, menurut maskapai tersebut. Namun, lima awak tewas di pesawat kedua, De Havilland Canada DHC-8, menurut Menteri Transportasi Jepang Tetsuo Saito.
Â
Dilarikan ke Rumah Sakit
Japan Airlines menginformasikan bahwa empat penumpangnya dibawa ke rumah sakit, tapi maskapai tersebut belum menerima laporan cedera tambahan, Wakil Presiden Senior JAL, Noriyuki Aoki, mengatakan saat konferensi pers Selasa malam, 2 Januari 2024.
3. Dramatisnya Proses Penyelamatan Penumpang
Rekaman dramatis dari dalam pesawat menunjukkan kabin dipenuhi asap saat penumpang dievakuasi. Tidak lama setelah itu, pesawat dilalap api meski ada upaya petugas pemadam kebakaran memadamkan si jago merah.
Pakar keselamatan penerbangan di Cranfield University Inggris, Graham Braithwaite, mengatakan pada Business Insider bahwa berdasarkan peraturan keselamatan, perancang pesawat harus menunjukkan sebuah pesawat dapat dievakuasi hanya dalam 90 detik dengan hanya 50 persen ketersediaan pintu keluar jika terjadi kecelakaan.
Namun, katanya, hal ini tidak memperhitungkan kepanikan yang melanda pesawat setelah insiden seperti yang terjadi pada kemarin. Juga, waktu tambahan yang dibutuhkan penumpang rentan, seperti anak-anak dan orang tua, untuk dsiselamatkan.
Dalam kondisi tersebut, kata dia, kinerja awak pesawat dalam mengevakuasi penumpang sangat baik, karena tidak ada korban jiwa dan hanya 17 penumpang yang mengalami luka ringan.
Advertisement
Keajaiban?
Pakar keamanan penerbangan Jeffrey Price menyebutnya sebagai "keajaiban" bahwa semua orang di penerbangan Japan Airlines dapat dievakuasi dengan selamat.
"Ini tidak hanya menunjukkan tindakan luar biasa yang dilakukan para awak pesawat, namun juga para penumpang itu sendiri yang mampu mengeluarkan begitu banyak orang dari pesawat secepat mungkin sebelum benar-benar dilalap api," Price, seorang profesor penerbangan di Negara Bagian Metropolitan Colorado Universitas Denver, mengatakan pada Business Insider.
"Yang lebih menakjubkan lagi adalah para penumpang tetap waspada dan tidak panik, mencegah risiko lebih banyak kekacauan dan korban jiwa," imbuhnya.
4. Investigasi Dimulai
Japan Airlines mengambil bagian dalam penyelidikan untuk mencari siapa yang bertanggung jawab atas kecelakaan mematikan itu, kata wakil presiden senior keselamatan dan keamanan perusahaan Tadayuki Tsutsumi, lapor CNN.
Badan penerbangan Prancis juga mengirimkan penyelidiknya ke Tokyo untuk menyelidiki tabrakan tersebut sebagai bagian dari tim investigasi yang dibuka Dewan Keselamatan Transportasi Jepang.
5. Kesaksian Maskapai
Dalam pernyataannya, Japan Airlines mengatakan awaknya telah diizinkan mendarat oleh pengatur lalu lintas udara sebelum tabrakan. Audio dari LiveATC.net merinci kru yang membacakan kembali perintah izin untuk landasan pacu 34, yang mengatakan "diizinkan untuk mendarat di kanan 34."
"Berdasarkan wawancara dengan kru operasi, mereka mengakui dan mengulangi izin pendaratan dari kontrol lalu lintas udara, dan kemudian melanjutkan prosedur pendekatan dan pendaratan," kata Japan Airlines. Pernyataan itu mengatakan bahwa setelah mendarat, Airbus A350 Japan Airlines "bertabrakan dengan pesawat Penjaga Pantai Jepang dan terbakar."
Guy Maestre, seorang saksi mata, berada di pesawat yang berdekatan dengan pesawat JAL saat kecelakaan terjadi, Selasa, dan menggambarkan mendengar "ledakan besar." "Saya berharap semua orang selamat," kata Maestre, yang sedang mengunjungi Jepang dari Philadelphia, seraya menambahkan ia "terkejut melihat hal itu."
Mika Yamake sedang dalam perjalanan ke bandara untuk menemui suaminya, yang berada di dalam pesawat JAL, ketika berita kecelakaan itu tersiar.
"Saya tidak menyadari ini adalah insiden besar sampai saya melihat gambarnya di berita," katanya pada CNN. "Awalnya hanya laporan asap, tapi kemudian saya melihat gambar api dan saya merasa lebih khawatir. Saya baru menyadari suami saya ada di pesawat itu ketika ia menelepon saya."
Advertisement