Liputan6.com, Jakarta - Insiden tabrakan disusul kebakaran yang menimpa pesawat Japan Airlines bernomor penerbangan 516 pada Selasa, 2 Januari 2024, di Bandara Haneda, Tokyo, Jepang, menuai perhatian dunia. Banyak yang terkejut karena ratusan penumpang yang diangkut pesawat itu berhasil selamat dari api yang berkobar tak lama setelah tabrakan terjadi.
Pesawat Airbus A350 bertabrakan dengan pesawat bantuan gempa bumi di landasan pacu yang memakan lima korban jiwa. Asap dengan segera memenuhi bagian dalam kabin. Para awak kabin dengan sigap menggunakan megafon untuk menenangkan dan mengarahkan para penumpang yang panik agar segera keluar dari pintu darurat.
Baca Juga
Mereka mengarahkan secara manual setelah sistem pengumuman di pesawat tak berfungsi setelah tabrakan terjadi. Mengutip CNN, Rabu (3/1/2024), seluruh 379 penumpang yang ikut penerbangan itu, termasuk delapan anak di bawah usia 2 tahun, berhasil dievakuasi dengan selamat. Banyak ahli penerbangan yang menganggap hal itu sebagai keajaiban di dunia penerbangan.
Advertisement
"Aku dengar ledakan sekitar 10 menit setelah semua orang dan aku keluar dari pesawat," kata penumpang bernama Tsubasa Sawada (28) kepada Reuters. "Aku hanya bisa menyebutnya sebagai sebuah keajaiban, kami bisa saja meninggal bila kami telat."
Pihak maskapai mengatakan empat dari seluruh penumpang pesawat yang dievakuasi langsung dilarikan ke rumah sakit. Namun, luka terparah yang dilaporkan adalah lebam-lebam yang dialami seorang penumpang.
Aksi para awak kabin yang bisa memobiliasi seluruh penumpang dengan cepat diapresiasi banyak pihak. "Masih terlalu dini untuk mengomentari secara spesifik insiden tersebut, tetapi yang jelas adalah bahwa para kru tampil dengan cara yang patut dicontoh," kata Steven Erhlich, Ketua PilotsTogether, sebuah badan amal yang didirikan di masa pandemi untuk mendukung para kru.
Â
Para Penumpang Tenang
Menurut Erlich, fakta bahwa para penumpang bisa dievakuasi tanpa membawa bawaan mereka yang tersimpan di bagasi juga membantu menyelamatkan nyawa mereka.Â
"Keterlambatan dalam evakuasi bisa menjadi bencana besar, semua demi membawa laptop atau tas jinjing. Kejadian ini bisa menjadi lebih buruk jika penumpang tidak mengindahkan peringatan untuk meninggalkan barang bawaannya," ujarnya.
Di samping itu, para penumpang dilaporkan tidak panik menghadapi situasi darurat di pesawat. Seorang penumpang bernama Satoshi Yamake bersaksi tentang hal itu. Saat pesawat mendarat, ia mengatakan tak merasakan sesuatu yang aneh.
"Kami mendarat dengan normal, tidak merasakan goncangan atau apapun," kata Yamake sesaat setelah dievakuasi dari pesawat yang bertabrakan itu.Â
Ia mengaku melihat api sesaat sebelum pengumuman evakuasi disampaikan. "Kami bisa membaui asap, tetapi para penumpang tidak terlalu panik," katanya seraya menyatakan ia tak terlalu takut saat kejadian berlangsung.
"Karena kami sudah mendarat, aku berpikir pesawat itu mungkin tidak akan meledak dengan segera. Kami semestinya baik-baik saja sepanjang semua orang keluar dari pesawat dengan teratur," imbuhnya lagi.
Advertisement
5 Penumpang Pesawat Tewas
Sementara para penumpang Japan Airlines bisa bernapas lega, lain halnya dengan para penumpang pesawat De Havilland Canada DHC-8. Menteri Transportasi Jepang Tetsuo Saito menyatakan lima dari enam kru yang ada di pesawat yang bertabrakan dengan pesawat Japan Airlines telah tewas. NHK melaporkan kapten pesawat itu selamat tetapi dalam kondisi kritis.
Dikutip dari Evening Standard, pesawat itu membawa para penjaga pantai yang sedang membawa bantuan makanan ke daerah yang terkena gempa Jepang nan dahsyat pada Senin, 1 Januari 2024. Rekaman langsung kebakaran pesawat yang disiarkan oleh outlet berita NHK menunjukkan pesawat Japan Airlines terbakar tak lama setelah mendarat di landasan pacu di Tokyo.
Juru bicara Japan Airlines mengatakan pesawat terbakar itu adalah Penerbangan 515, berasal dari Bandara Shin-Chitose, di pulau utara Hokkaido. Mengutip BBC, PM Jepang Fumio Kishida kemudian menyampaikan belasungkawa setelah lima orang dipastikan tewas.
Ia membenarkan lima dari enam awak pesawat penjaga pantai tewas ketika mencoba memberikan bantuan kepada orang-orang yang terkena dampak gempa di daerah Noto, Prefektur Ishikawa.​ Atas bencana tersebut, pihak Japan Airlines menyatakan kesiapan untuk terlibat dalam proses investigasi untuk menentukan siapa yang bertanggung jawab.
Tidak Ada WNI
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (Kemlu RI) memastikan bahwa tidak ada Warga Negara Indonesia (WNI) dalam penerbangan domestik Japan Airlines yang terbakar saat mendarat di landasan pacu Bandara Haneda, Tokyo, Jepang, pada Selasa (2/1/2024), setelah bertabrakan dengan pesawat coast guard aircraft (pesawat penjaga pantai).
"Semua penumpang selamat. Tidak ada WNI. Saat ini penerbangan dari Haneda sudah kembali normal," ujar Juru Bicara Kemlu RI Lalu Muhammad Iqbal melalui pesan singkat, Rabu (3/1/2024), mengutip kanal Global Liputan6.com.
Akibat insiden kebakaran pesawat Japan Airlines ini, pihak Bandara Haneda tersebut menutup semua landasan pacu. Padahal, ​Haneda adalah salah satu bandara tersibuk di Jepang, dan banyak orang melakukan perjalanan selama liburan Tahun Baru. PM Jepang pun menginstruksikan lembaga terkait untuk menilai kerusakan dengan cepat dan memberikan informasi kepada publik, menurut kantor PM.
BBC melaporkan pesawat terbakar selama dua jam. Hanya tersisa puing-puing setelah kebakaran tersebut.
Â
Advertisement