Liputan6.com, Jakarta - Penampilan para capres (calon presiden) dan cawapres (calon wakil presiden) untuk Pilpres 2024 jadi perhatian banyak orang selama masa kampanye. Begitu pula dengan Prabowo Subianto. Capres) nomor urut 02 ini terlihat tampil berbeda saat menghadiri acara konsolidasi relawan Prabowo-Gibran se-Provinsi Riau di Gelanggang Olahraga Remaja (GOR) Pekanbaru, Riau, Selasa, 9 Januari 2024.
Dalam acara tersebut Prabowo terlihat tampil beda dengan mengenakan Tanjak, yakni penutup kepala adat Melayu yang unik. Ia memadukannya dengan kemeja biru muda tangan panjang dan celana panjang abu-abu.
Baca Juga
"Mengawali kegiatan hari ini dengan menyapa para relawan dan masyarakat di Pekanbaru, Riau,” tulis keterangan unggahan di akun Instagram Prabowo, Selasa, 9 Januari 2024. Ia pun menyelipkan pantun dalam unggahan tersebut.
Advertisement
"Pergi memancing bersama teman,
Memancing ke kali mendapat ikan mas,
Warga Riau terimakasih mendukung Prabowo-Gibran,
Mari kita berjuang untuk wujudkan Indonesia emas,” tulisnya.
Aksesori berwarna hitam dan kuning emas yang dikenakan Prabowo Subianto membuatnya semakin menjadi perhatian. Melansir kanal Regional Liputan6.com, 1 Oktober 2022, seperti blangkon bagi masyarakat Jawa, tanjak merupakan penutup kepala bagi masyarakat Palembang. Penutup kepala adat Melayu ini bentuknya runcing ke atas dan umumnya dikenakan oleh laki-laki.
Kunjungan Prabowo ke Riau merupakan yang pertama setelah mengikuti debat capres putaran 3 pada Minggu malam, 7 Januari 2024. Di acara itu, capres nomor urut 2 tersebut kembali mengenakan busana kampanyenya, yakni kemeja biru dan celana panjang abu-abu, saat beradu kata dengan dua capres lainnya, yakni Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo.
Tanjak dan Kesultanan Palembang
Dilansir dari laman Kemendikbud, tanjak Melayu yang juga disebut mahkota kain, ikat-ikat, atau tengkolok ini ternyata berasal dari Palembang, bukan Riau meski kemudian sudah identik dengan masyarakat Melayu. Tanjak sudah ada sejak masa Kesultanan Palembang dan dipakai oleh para priyayi, pembesar, bangsawan, serta tokoh masyarakat.
Bukti keberadaan tanjak bisa dilihat di beberapa sketsa atau lukisan, di antaranya Perang Palembang (1819-1821), peristiwa 4 Syawal atau pengasingan SMB II (3 Juli 1821), Perang Jati (Lahat) tahun 1840-an, Perang Gunung Merakso (Lintang) tahun 1845, Perang Mutir Alam (Besemah) tahun 1860, dan beberapa sketsa lain.
Pada 1823, Belanda menghapus tanjak dari Kesultanan Palembang Darussalam, tetapi penggunaan tanjak masih tetap eksis hingga sekarang sebagai simbol budaya. Selain itu, tanjak juga dikenakan saat acara penting dan acara adat.
Kata 'tanjak' berasal dari bahasa Melayu Palembang 'tanjak' atau 'nanjak', yang berarti naik atau menjulang ke tempat yang tinggi. Dari nama itulah tanjak dibuat menjulang tinggi dengan ujung yang meninggi berbentuk segitiga. Dengan kata lain, kata 'tanjak' bukan merupakan singkatan dari tanah yang dipijak, tetapi menunjukkan sesuatu yang ditinggikan bukan direndahkan.
Advertisement
Bahan Pembuatan Tanjak Melayu
Tanjak memiliki beberapa syarat, salah satunya terbuat dari kain. Kain yang digunakan adalah kaing songket, angkinan, pardo, dan batik.
Beberapa sumber menyebutkan bahwa tanjak yang terbuat dari kain songket dahulunya hanya dipakai oleh para Priyai, pangeran, atau bangsawan yang mempunyai jabatan tertentu. Sedangkan tanjak batik, biasanya dipakai oleh para bangsawan dan masyarakat umum untuk berbagai kegiatan.
Selain perihal kain, syarat lain tanjak adalah lipatannya. Tanjak dibentuk dari kain segi empat yang kemudian dilipat menjadi kain segi tiga. Sementara itu, bagian terpenting dari tanjak adalah simpul. Simpul yang berada pada tanjak melambangkan persatuan dan ikatan.
Namun, ada juga yang mengartikan simpul pada tanjak sebagai ikatan pernikahan dan kekeluargaan. Simpul tersebut terbagi menjadi dua bagian, yakni simpul kiri dan kanan.
Dari ikatan pernikahan inilah terjalinnya simpul persaudaraan kekeluargaan. Simpul pernikahan juga menandakan asal-usul, sementara simpul ketupat palas menandakan pengguna berasal dari Riau, Johor, Lingga, dan Pahang.
21 Jenis Tanjak Melayu
Sementara itu, simpul ketupat makassar menandakan bahwa penggunanya berasal dari Makassar. Tak hanya itu, ada berbagai jenis simpul lain yang menjadi penanda asal daerah dari pemakainya, seperti simpul garam sebuku yang mewakili daerah Perak.
Adapun tanjak memiliki karangan atau solekan di bagian atas tanjak. Sedikitnya terdapat 21 jenis tanjak Melayu, antara lain lang melayang, lang menyongsong angin, dendam tak sudah, balung ayam, cogan daun kopi, dan masih banyak lagi.
Salah satu jenis tanjak yang terkenal adalah tanjak ikatan laksamana. Sementara tapak kain tanjak dibentuk dari tiga lapis pelit. Selapis dari lipatannya dapat dilihat menangkup simpul tanjak di atas telinga kiri. Pucuk tanjak dilipat supaya bertindih dengan bagian ujung atasnya yang dilentik naik ke atas, kemudian kain yang dilipat itu disimpulkan.
Tanjak umumnya dipakai oleh seorang ahli kerabat diraja atau kerabat terdekat raja. Jika rakyat biasa yang memakainya, pucuk tanjak ujung kuasa dan simpulnya biasanya diletakkan di atas telinga kiri.
Advertisement