Liputan6.com, Jakarta - Sebuah penelitian terbaru mengungkap bahwa Gen Z fobia terbang dengan pesawat Boeing. Hampir separuh dari separuhnya bahkan takut terbang karena masalah keselamatan yang mengganggu pesawat Boeing 737.
Mengutip dari laman New York Post, Selasa (26/3/2024), temuan itu berdasarkan penelitian JW Surety Bonds yang menyurvei 1.000 orang Amerika tentang perjalanan udara, termasuk di dalamnya 230 anggota Gen Z. Disebutkan bahwa 49 persen di antaranya kini takut untuk naik pesawat.
Baca Juga
"Ketakutan terbang tampaknya semakin meningkat di kalangan Gen Z," kata Merritt Ryan dari JW Surety Bonds kepada The Post, sambil mencatat bahwa generasi muda ini lebih merasakan ketakutan terbang dibandingkan generasi lainnya.
Advertisement
Terapis Kota New York Lesley Koeppel mengatakan Pandemi Covid-19 telah meningkatkan kecemasan di kalangan Zoomer, sebutan lain Gen Z. Hal ini turut membuat mereka kehilangan kemampuan untuk memercayai orang yang mereka cintai dan lembaga masyarakat pada saat yang penting dalam perkembangannya.
"Orang-orang memercayai orangtua mereka saat tumbuh dewasa, tetapi mereka (Gen Z) mencapai usia di mana Covid terjadi, dan ada banyak ketidakkonsistenan yang membuat anak-anak ini bertanya-tanya 'Apakah lembaga-lembaga masyarakat ini bisa dipercaya?'" kata Koeppel.
Sementara itu, menanggapi survei ini, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Uno mengatakan bahwa tidak sepenuhnya benar Gen Z jadi takut berwisata karena kekhawatiran dengan pesawat Boeing. "Enggak juga sih, ada Kementerian Perhubungan, maskapai penerbangan telah menjamin semua armada dalam kondisi layak terbang. Jadi tidak perlu terlalu takut," jelas Sandi.
Gen Z Tetap Naik Pesawat Asal Murah
Bahkan lebih lanjut, Sandi menyebut sebuah humor yang terkenal, "Kalau dulu bilang if it ain't Boeing, I'm not going."Â Mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta itu bahkan menyebut asal tiket murah, biasanya orang akan berangkat naik pesawat.Â
"Mari bersama-sama kita berkolaborasi untuk menambah jumlah penerbangan dengan pesawat-pesawat baru yang datang dan kita punya maskapai pernerbangan yang sangat peduli terhadap peningkatan ketersediaan kursi," ajak Sandi.
Harga tiket pesawat domestik yang dirasa mahal jika dibandingkan dengan tiket pesawat ke luar negeri juga menjadi salah satu persoalan. Pihaknya pun ingin memberi terobosan dengan beberapa maskapai yang menambah jadwal penerbangan seperti Pelita Air dan Transnusa, serta maskapai baru lainnya. Â
Sementara itu terkait dengan banyaknya kejadian seputar keselamatan pesawat Boeing, mengutip dari laman CNN, Selasa (26/3/2024), CEO Boeing Dave Calhoun akan mengundurkan diri pada akhir tahun 2024 karena masalah keselamatan yang sedang berlangsung.Â
Keputusan itu merupakan akibat dari perombakan besar-besaran dalam kepemimpinan perusahaan. Pimpinan Boeing dan kepala unit pesawat komersial disebutkan juga akan mengundurkan diri.
Advertisement
Perombakan Organisasi di Boeing
Disebutkan Ketua Boeing, Larry Kellner, tidak akan mencalonkan diri kembali sebagai direktur dewan. Dewan telah memilih mantan CEO Qualcomm Steve Mollenkopf untuk menggantikannya.
Perusahaan juga mengumumkan bahwa Stan Deal, CEO Boeing Commercial Airplanes, pensiun. Stephanie Pope, chief operating officer Boeing sejak Januari 2024, akan segera menggantikan posisinya.
Untuk diketahui Boeing telah dilanda masalah selama lebih dari lima tahun pada pesawatnya, termasuk dua kecelakaan fatal 737 Max pada 2018 dan 2019 yang menewaskan 346 orang. Insiden terbaru adalah sumbat pintu yang terlepas dari sisi pesawat Alaska Airlines 737 Max yang pada Januari lalu, meninggalkan lubang menganga di sisi pesawat.
Permasalahan ini telah menyebabkan banyak alasan untuk masalah keselamatan dan kerugian kumulatif lebih dari 31 miliar dolar AS. Dalam suratnya kepada karyawan Boeing pada hari Senin, Calhoun menyebut insiden Alaska Airlines sebagai "momen penting bagi Boeing."
"Mata dunia tertuju pada kami," katanya saat mengumumkan rencana kepergiannya. "Kami akan memperbaiki apa yang tidak berfungsi, dan kami akan mengembalikan perusahaan kami ke jalur pemulihan dan stabilitas."
CEO Boeing Mundur pada Akhir 2024
Keputusan untuk pergi adalah 100 persen pilihannya, menurut pernyataan Calhoun dalam sebuah wawancara di CNBC Senin pagi, 25 Maret 2024. Namun Calhoun telah menjadi fokus banyak orang yang kritis terhadap cara kerja Boeing dalam beberapa dekade terakhir dan serangkaian masalah keselamatan dan kualitas.
"Dia adalah CEO terbaik yang pernah dimiliki Airbus," kata Richard Aboulafia, direktur pelaksana Aero Dynamic Advisory dan analis kedirgantaraan terkemuka, baru-baru ini merujuk pada keuntungan yang diperoleh saingan utama Boeing selama masa jabatannya menjalankan Boeing.
Kepergiannya juga terjadi di tengah kecaman luas terhadap perusahaan tersebut dari para CEO banyak maskapai penerbangan besar dunia yang diandalkan Boeing untuk membeli pesawatnya. CEO dari banyak maskapai penerbangan telah meminta untuk berbicara langsung dengan dewan direksi Boeing minggu lalu, yang menurut Calhoun pada hari Senin sebagai proses normal, meskipun pelanggan jarang berbicara langsung dengan direktur.
Mengenai alasan Calhoun memutuskan untuk tetap tinggal hingga akhir tahun daripada segera pergi, dia mengatakan kepada CNBC, "Kami memiliki gunung lain yang harus didaki. Jangan menghindari apa yang terjadi dengan Alaska Air. Jangan menghindari seruan untuk bertindak. Jangan menghindari perubahan yang perlu kita lakukan di pabrik kita."
Â
Advertisement