Imbas Cuaca Panas Ekstrem, UEA Perintahkan Durasi Shalat Jumat Dibatasi Maksimal 10 Menit

Pemerintah Uni Emirat Arab (UEA) menginstruksikan pembatasan durasi ibadah Shalat Jumat berlaku hingga awal Oktober 2024 akibat imbas cuaca panas ekstrem.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 28 Jun 2024, 13:45 WIB
Diterbitkan 28 Jun 2024, 13:45 WIB
Masjid di Dubai
Masjid Al Manara di dekat Jumeirah, Dubai, Uni Emirat Arab (UEA). (Liputan6.com/Asnida Riani)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Uni Emirat Arab (UEA) menginstruksikan imam masjid di seluruh negara itu untuk membatasi waktu ibadah Shalat Jumat, termasuk dengan khotbah, maksimal 10 menit saja. Hal itu menyusul situasi cuaca panas ekstrem yang melanda sejumlah negara Teluk Arab.

Menurut kantor berita pemerintah, dikutip dari alrabiya.net, Jumat (28/6/2024), instruksi yang dikeluarkan oleh Otoritas Umum UEA untuk Urusan Islam, Wakaf, dan Zakat (AWQAF) disampaikan pada Kamis, 27 Juni 2024. Perintah itu mulai berlaku sejak hari ini hingga setidaknya awal Oktober, menurut agensi WAM.

Keputusan tersebut diambil untuk 'menjamin keselamatan jemaah dan memenuhi kebutuhan mereka yang mengunjungi masjid, terutama selama bulan-bulan musim panas ketika suhu sedang tinggi', imbuh WAM. Menurut Pusat Meteorologi Nasional UEA, suhu musim panas di negara Teluk tersebut seringkali melebihi 40 derajat Celsius (104 Fahrenheit), dengan beberapa daerah mengalami suhu tertinggi hingga 50 derajat Celcius (122 F).

Cuaca panas ekstrem juga berdampak pada kasus kematian jemaah haji tahun ini. Pada Jumat, 21 Juni 2024, dilaporkan terjadi lebih dari 1.100 kematian jemaah haji dari berbagai negara. Penghitungan AFP yang mengumpulkan pernyataan resmi dan laporan dari diplomat yang terlibat dalam respons tersebut, menyebutkan jumlah korban jiwa mencapai 1.126 orang, lebih dari separuhnya berasal dari Mesir.

Seorang pejabat senior Saudi membela pengelolaan ibadah haji 2024 yang dilakukan kerajaan Teluk tersebut. "Negara tidak gagal, tapi ada kesalahan penilaian di pihak masyarakat yang tidak menyadari risikonya," kata pejabat tersebut kepada AFP yang dikutip Sabtu, 22 Juni 2024, dalam komentar pertama pemerintah mengenai kematian para jemaah haji 2024.

 

Dua Tanggal dengan Kasus Kematian Jemaah Haji Terbanyak

Jemaah haji diminta memprioritaskan ziarah Raudhah di Masjid Nabawi, Madinah sebelum melakukan ziarah ke lokasi ziarah lainnya.
Jemaah haji diminta memprioritaskan ziarah Raudhah di Masjid Nabawi, Madinah sebelum melakukan ziarah ke lokasi ziarah lainnya. (Foto: MCH 2024)

Pejabat senior Arab Saudi mengatakan pemerintah Saudi telah mengkonfirmasi 577 kematian dalam dua hari tersibuk haji, yakni Sabtu, 15 Juni 2024, ketika jemaah berkumpul berjam-jam salat di bawah terik matahari di Gunung Arafat, dan Minggu, 16 Juni 2024, ketika mereka berpartisipasi dalam ritual lempar jumroh di Mina.

"Ini terjadi di tengah kondisi cuaca buruk dan suhu yang sangat ekstrem," kata pejabat tersebut sambil mengakui bahwa jumlah 577 jemaah haji hanya sebagian dan tidak mencakup seluruh jemaah haji, yang secara resmi berakhir pada Rabu, 19 Juni 2024.

Haji adalah salah satu dari lima rukun Islam, dan semua umat Islam yang mampu harus menyelesaikannya setidaknya satu kali sebelum mereka meninggal. Pejabat Saudi sebelumnya mengatakan 1,8 juta jemaah haji ikut ambil bagian tahun ini, jumlah yang sama dengan tahun lalu, dan 1,6 juta di antaranya datang dari luar negeri.

Izin haji sejatinya dialokasikan ke negara-negara dengan sistem kuota dan didistribusikan kepada individu melalui undian. Tapi, banyak yang nekat berhaji secara ilegal meski berisiko ditangkap dan dideportasi jika tertangkap oleh pasukan keamanan Saudi.

Ratusan Ribu Jemaah Haji Ilegal dari Mesir

Jemaah haji diminta memprioritaskan ziarah Raudhah di Masjid Nabawi, Madinah sebelum melakukan ziarah ke lokasi ziarah lainnya.
Jemaah haji diminta memprioritaskan ziarah Raudhah di Masjid Nabawi, Madinah sebelum melakukan ziarah ke lokasi ziarah lainnya. (Foto: MCH 2024)

Rute tidak teratur, yang dapat menghemat ribuan dolar bagi jemaah haji, menjadi semakin populer sejak 2019 ketika Arab Saudi memperkenalkan visa pariwisata umum, sehingga memudahkan untuk memasuki kerajaan Teluk tersebut. Sebelum haji tahun ini, para pejabat Saudi mengatakan mereka telah mengeluarkan lebih dari 300.000 calon jemaah haji dari Mekkah yang tidak memiliki izin haji.

Namun kemudian, pejabat senior Saudi mengatakan pada Jumat pekan lalu, 'ada perintah dari atas bahwa kami mengizinkan orang-orang yang tiba di gerbang tempat-tempat suci' untuk berpartisipasi. "Kami memperkirakan jumlah jemaah haji yang tidak terdaftar sekitar 400.000," kata pejabat itu.

"Hampir semuanya berasal dari satu kewarganegaraan," tambah pejabat itu, merujuk pada Mesir.

Para diplomat Arab mengatakan kepada AFP awal pekan ini bahwa warga Mesir menyumbang 658 kematian, 630 di antaranya adalah peziarah tidak terdaftar. Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS juga  mengatakan bahwa banyak warga AS tewas dalam ibadah haji.

"Kami dapat mengonfirmasi kematian beberapa warga AS di Arab Saudi," kata juru bicara tersebut, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

Suhu Panas di Makkah

Ilustrasi haji, Ka'bah, Islami, muslim
Ilustrasi haji, Ka'bah, Islami, muslim. (Photo by Ömer F. Arslan on Unsplash)

Haji, yang waktunya ditentukan oleh kalender lunar Islam, jatuh tahun ini selama musim panas yang terik di Saudi. Suhu mencapai 51,8 derajat Celcius di Masjidil Haram di Mekah pada hari Senin (10/6), menurut Pusat Meteorologi Nasional.

Jamaah haji yang tidak terdaftar tidak memiliki akses terhadap fasilitas yang dimaksudkan untuk membuat ibadah haji lebih nyaman, termasuk tenda ber-AC. Jemaah Mesir yang tidak terdaftar mengatakan kepada AFP pekan ini bahwa dalam beberapa kasus, mereka kesulitan mengakses rumah sakit atau memanggil ambulans untuk orang yang mereka cintai. Beberapa di antaranya akhirnya meninggal.

Para jemaah juga mengatakan mereka tidak dapat mengakses bus resmi haji – satu-satunya transportasi di sekitar tempat suci – tanpa membayar biaya yang tidak tercatat dalam buku. Dipaksa berjalan beberapa kilometer di bawah terik matahari, beberapa orang melaporkan melihat tubuh tak bergerak di pinggir jalan dan jemaah haji pingsan karena kelelahan.

Namun, pejabat senior Saudi membantahnya dengan mengatakan kepada AFP bahwa tidak ada larangan menyeluruh bagi jemaah haji yang tidak terdaftar menggunakan bus. "Tidak ada larangan bagi mereka untuk menggunakan bus, namun bus ini dipersiapkan untuk jemaah haji terdaftar yang kami tahu akan datang," kata pejabat tersebut.

Infografis Pencegahan dan Bahaya Mengintai Akibat Cuaca Panas. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Pencegahan dan Bahaya Mengintai Akibat Cuaca Panas. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya