6 Fakta Menarik Gunung Honje di Banten yang Termasuk Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon

Termasuk bagian dari Taman Nasional Ujung Kulon, Gunung Honje yang memiliki ketinggian 620 mdpl ini, menawarkan pengalaman mendaki yang memuaskan bagi para pencinta alam dan pendaki.

oleh Dyah Ayu Pamela diperbarui 02 Agu 2024, 08:30 WIB
Diterbitkan 02 Agu 2024, 08:30 WIB
Gunung Honje di Banten @boimbaelah
Gunung Honje di Banten. (Dok: IG @boimbaelah https://www.instagram.com/p/BAeSPUVM3Vj/?igsh=ZGprOGR4andmaWc1)

Liputan6.com, Jakarta - Gunung Honje merupakan sebuah gunung yang terletak di kawasan Taman Nasional Ujung Kulon, Pandeglang, Banten di ujung Pulau Jawa. Gunung yang memiliki ketinggian mencapai 620 mdpl ini, menawarkan pengalaman mendaki yang memuaskan bagi para pencinta alam dan pendaki.

Taman Nasional Ujung Kulon sendiri terletak di Semenanjung Ujung Kulon, bagian paling barat di Pulau Jawa, Indonesia. Kawasan taman nasional ini awalnya meliputi wilayah Krakatau dan beberapa pulau kecil di sekitarnya seperti Pulau Handeuleum dan Pulau Peucang dan Pulau Panaitan.

Saat melangkah di jalur menuju puncak Gunung Honje, Anda akan dikelilingi oleh keindahan alam yang memukau. Masih banyak hal mengenai Gunung Honje selain lokasi maupun ketinggiannya. Berikut enam fakta menarik Gunung Honje yang dirangkum Tim Lifestyle Liputan6.com dari berbagai sumber pada Kamis, 1 Agustus 2024. 

1. Bagian dari Taman Nasional Ujung Kulon

Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon memiliki luas sekitar 122.956 hektare, dengan sekitar 10.000 hektare merupakan Gunung Honje. Taman Nasional Ujung Kulon terbilang luas, dimulai dari tanah genting Semenanjung Ujung Kulon sampai dengan Samudra Hindia.

Pada 1992 Taman Nasional Ujung Kulon diakui sebagai Natural World Heritage Site oleh UNESCO. Sempat ada perubahan fungsi Cagar Alam Gunung Honje, Cagar Alam Pulau Panaitan, Cagar Alam Pulau Peucang, dan Cagar alam Ujung Kulon. Lalu pada 1995 sempat ada rekonstruksi batas Taman Nasional Ujung Kulon wilayah Gunung Honje oleh Badan Planologi Kehutanan. 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


2. Gunung Honje Tempat Habitat Utama Owa Jawa

Gunung Honje merupakan bagian dari Taman Nasional Ujung Kulon
Gunung Honje merupakan bagian dari Taman Nasional Ujung Kulon. (Dok: @ezytravel https://www.instagram.com/p/BT_rqh_Dx8a/?igsh=eDBoa3A4Nnp2dXIx)

Hutan lebat dengan flora dan fauna endemik memancarkan kehidupan di sekitar Gunung Honje. Salah satu spesies primata paling langka di dunia, yakni owa jawa (hylobates moloch), populasinya diperkirakan masih banyak di Gunung Honje, Balai Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) Pandeglang, Banten.

Mengutip dari Antara, Kamis, 1 Agustus 2024, Pejabat Humas TNUK Indra di Pandeglang, Rabu menjelaskan bahwa owa jawa masih banyak terdapat di Gunung Honje, yang masuk dalam kawasan konservasi Ujung Kulon. Owa Jawa Merupakan sejenis primata anggota suku "hylobatidae" yang populasi tersisa antara 1.000-2.000 ekor saja serta menyebar terbatas (endemik) di Jawa bagian barat.

"Gunung Honje merupakan habitat utama owa jawa, dan hasil pantauan kita populasinya masih banyak," katanya di Pandeglang, Rabu.

Owa jawa, kata dia, binatang jenis primata dan merupakan hewan endemik TNUK yang oleh pemerintah dimasukkan menjadi salah satu dari 14 hewan yang harus diprioritasnya pelestariannya. "Pemerintah menetapkan 14 jenis hewan yang harus diprioritaskan pelestariannya, dan tiga diantaranya hidup di kawasan TNUK, yakni badak jawa atau badak bercula satu, banteng dan owa jawa," katanya


3. Dikelilingi Desa Penyangga

Bentang alam di balik gugusan gunung honje, sebuah kawasan penyangga Taman Nasional Ujungkulon yg terletak di bagian selatan kawasan.
Pemandangan alam di balik gugusan Gunung Honje, sebuah kawasan penyangga Taman Nasional Ujungkulon yg terletak di bagian selatan kawasan. (Dok: IG @fznadima https://www.instagram.com/p/CuHTfhBRcJP/?igsh=ZHBvYWx4Y2wyZ2N5)

Satwa endemik selain owa Jawa adalah burung-burung endemik, tumbuhan langka. Anda mungkin bisa melihat beberapa jejak dari badak bercula satu adalah spesies langka yang menjadi ikon di kawasan ini. 

Gunung Honje memang tidak setinggi gunung-gunung lain yang berada di Pulau Jawa. Namun kawasannya masih sangat alami dan dikelilingi oleh 19 desa penyangga. Salah satu yang menjadi pintu gerbangnya adalah Desa Tamanjaya.

Sebelum mendaki ke gunung ini biasanya pengunjung akan berkeliling ke kawasan sekitar desa Tamanjaya. Di desa ini telah tersedia penginapan untuk para wisatawan.

4. Hanya Sekitar 2 Jam Pendakian

Gunung Honje juga menyajikan tantangan bagi para pendaki dengan jalur trekking yang menantang. Perjalanan ke puncak akan memakan waktu sekitar dua jam.

Rute pendakiannya cukup teratur dipelihara memungkinkan para pengunjung untuk menaklukkan puncak ini dengan selamat. Untuk ke puncaknya sebaiknya bertanya ke penduduk sekitar di Desa Tamanjaya. Pastikan untuk membawa peralatan dan pakaian yang sesuai, serta mematuhi panduan keamanan yang ditetapkan.


5. Air Panas untuk Menyembuhkan Penyakit Kulit

Curug Rimba, Gunung Cisaat di sekitar kawasan Gunung Honje, Banten.
Curug Rimba, Gunung Cisaat di sekitar kawasan Gunung Honje, Banten. (Dok: IG @alexanderksp https://www.instagram.com/p/BFkeiGXBfSb/?igsh=MWEyN2J3ZXBuZTYzeQ%3D%3D)

Terdapat objek wisata lain yang bisa dikunjungi di kawasan Gunung Honje ini, seperti sumber air panas Cibiuk, Curug Pipanis, Curug Cikacang, dan sungai Cigenter. Mengutip dari kanal Regional Liputan6.com, 21 Februari 2023, Air Panas Cibiuk atau Sumber Air Panas Cibiuk terletak hanya beberapa meter saja dari Taman Wisata Ujung Kulon. Masyarakat setempat percaya bahwa air di destinasi wisata ini bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit, khususnya penyakit kulit. 

6. Bisa Mampir ke Sungai Cigenter

Mengutip dari laman Indonesia Kaya, Kamis, 1 Agustus 2024, sungai ini memiliki arus yang tenang dengan airnya yang bewarna kehijauan. Sajian tumbuhan bakau yang merambat di bagian tepi sungai jadi teman setia sepanjang perjalanan di sungai ini. Kalau beruntung, sesekali dari balik pohon sekelompok kera mengintip kegiatan di sekitar sungai.

Patahan batang kadang melintas di tengah sungai yang sedikit menghambat jukung yang menjadi tunggangan para wisatawan. Kira-kira seperti itu pemandangan yang tersaji di Sungai Cigenter, Ujung Kulon. Sungai tempat di mana pengunjung bisa menikmati kegiatan susur sungai selayaknya Sungai Amazon yang mendunia itu.

 

 

 

Infografis Sederet Bahaya Langsung dan Susulan dari Letusan Gunung Api. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Sederet Bahaya Langsung dan Susulan dari Letusan Gunung Api. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya