Geliat Seni Pertunjukan Dalam Negeri Berpotensi Menggerakkan Perekonomian di Banyak Sisi

Untuk memberi dampak signifikan pada perekonomian di banyak sisi, seni pertunjukkan di Indonesia harus menjadi sebuah industri. Namun masih terdapat banyak tantangan seperti membangun ekosistem seni pertunjukkan dan dukungan fasilitas.

oleh Dyah Ayu Pamela diperbarui 31 Agu 2024, 09:54 WIB
Diterbitkan 31 Agu 2024, 08:30 WIB
Pertunjukan Janji Soekma: Langgam Gambang Kehidupan
Dalam hal ini khususnya kebudayaan Betawi dengan bentuk seni pertunjukan dan pertunjukan teater. “Kami harap pementasan dari gambang kromong ini dapat menjadi sajian yang menghibur dan menambah wawasan para penikmat seni,” pungkas Renita. [Foto: Bambang E Ros/Fimela.com]

Liputan6.com, Jakarta - Sebagai bangsa yang kaya akan kebudayaan, Indonesia memiliki beragam seni pertunjukkan yang termasuk dalam seni musik, seni tari, dan seni teater atau drama. Masyarakatnya pun sebetulnya tidak awam dengan seni pertunjukan, karena menonton ludruk, pertunjukkan wayang, dan kini teater sudah jadi bagian hiburan sehari-hari. 

Geliat seni pertunjukkan di Tanah Air pun bisa dibilang terus berkembang. Dari tahun ke tahun, meski belum signifikan atau maju, komunitas teater yang ada di akar rumput jumlahnya menyemut. Tapi apakah seni pertunjukkan di Indonesia sudah bisa menggerakkan perekonomian?

Jawabannya belum secara besar, karena seni pertunjukan di Indonesia belum menjadi sebuah industri. Tetapi ada potensi bahwa seni pertunjukkan bisa menggerakkan ekonomi di banyak sisi. 

"Kalau dikemas dalam festival, bisa bergerak ekonomi kreatifnya berumur panjang, jadi milik masyarakat festivalnya,  menggaet wisatawan," ungkap Bambang Prihadi, Sutradara Teater yang juga menjabat Ketua Harian Dewan Kesenian Jakarta saat wawancara telepon dengan Liputan6.com pada Rabu, 28 Agustus 2024.

Menurutnya sekarang ini sudah ada banyak mini festival yang terselenggara, para pelaku seni juga kerap menyelenggarakan Pekan Teater Nasional. Bambang menyebut bahwa geliat seni pertunjukkan sebenarnya juga sudah mendapat dukungan dari pemerintah dengan adanya Undang-Undang Pemajuan Kebudayaan No. 5 Tahun 2017.

"Ini jadi penguat tools untuk kita mengerjakan banyak hal, walau belum merata tapi paling nggak pemerintah sudah berupaya, bahwa profesi di bidang seni pertunjukkan yang dijalankan bisa berdampak ekonomi," imbuhnya. 

Lewat Undang-Undang Pemajuan Kebudayaan tersebut, jika diimplementasikan setiap daerah bisa mengajukan 10 objek kebudayaannya. Idenya bisa dari manuskrip dan semua yang berbasis kebudayaan agar termanfaatkan dan tidak serta-merta jadi identitas kultural saja, namun punya dampak kesejahteraan sosial bagi masyatakat lokalnya.

Bangun Ekosistem Seni Pertunjukkan dengan Jejaring

Pementasan Savitri oleh Teater Koma
“Lakon ini diproduksi di gedung pertunjukan, tanpa disaksikan secara langsung oleh para penikmat seni. Karena, apapun kondisinya, kami selalu berjuang dan berkarya, tanpa mengenal titik, selalu koma,” ujar N. Riantiarno selaku sutradara. (Bambang E. Ros/Fimela)

Namun sebelum menjadi industri yang kuat, Bambang menyebut ekosistem seni pertunjukkan di Indonesia harus dibangun. Mulai dari rantai kehidupan kesenian, venue, penonton, penyelenggaraan festival, pelaku seninya pun harus bergerak dan berjejaring. Sayangnya hal ini yang belum dilakukan oleh kelompok teater di akar rumput.

"Menyadari jejaring nasional dan internasional, ternyata kita butuh organisasi yang bisa memperkuat untuk ekosistem kesenian," cetusnya sambil mengatakan bahwa kelompok teater jangan hanya mengurusi soal produksi.

Pelaku seni pertunjukkan juga harus belajar jejaring dan manajemen atau membangun sistem agar bidang ini bisa menjadi sebuah industri. "Berubah dari cara kerja yang sebelumnya hanya sibuk di lingkaran sendiri, hari ini kita diajak bekerja sama dengan pihak lain bahkan lintas negara," sambungnya lagi.

Dengan jejaring itu, para pelaku seni pertunjukkan bisa bertemu dan saling bertukar pikiran membuat platform yang bisa mengakomodir soal konsep pertunjukan event atau festival yang digelar reguler. Jika seni pertunjukan sudah menjadi industri, pelakunya pun tak hanya sebatas dapat honor pertunjukan, karena dengan menjadi industri dampaknya akan meliputi banyak sisi.

"Makeup panggung, katering untuk para kru, baju untuk pentas, suvenir acara, dan bahkan mendatangkan wisatawan," kata Bambang. 

 

 

Edukasi dan Perlunya Fasilitas yang Memadai untuk Seni Pertunjukkan

Relawan Buruh menghadirkan seni pertunjukan Ketoprak Tobong di Dusun Cageran, Desa Tamanmartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta, pada Minggu, 12 November 2023 malam. (Istimewa)
Relawan Buruh menghadirkan seni pertunjukan Ketoprak Tobong di Dusun Cageran, Desa Tamanmartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta, pada Minggu, 12 November 2023 malam. (Istimewa)

Sementara itu, edukasi soal seni pertunjukkan sudah banyak dilakukan, salah satunya dengan adanya workshop yang digelar oleh komunitas teater reguler maupun non-reguler. Ada pula workshop penyutradaraan di Kala Teater, Festival Teater Pelajar, hingga Jakarta Internasional Theater Platform.

Berbagai acara reguler seharusnya juga diadakan untuk memfasilitasi seni pertunjukkan berkembang. Namun tidak lupa dari manajemen penyelenggaraan, seni pertunjukkan memerlukan keseriusan pengelolaan karena jika tidak penontonnya hanya dari kalangan tertentu atau keluarga saja.

"Seni pertunjukkan di Jakarta bisa dibilang sejuk, bahkan satu-satunya di Indonesia yang punya asosiasi teater hanya di Jakarta," ungkap Iqbal Samudra Ketua Simpul Teater Jakarta saat wawancara telepon dengan Liputan6.com, Kamis, 29 Agustus 2024.

Ada begitu banyak kelompok teater di Jakarta dengan anggota yang juga banyak. Belum lagi kelas-kelas teater yang diadakan, sayangnya memang geliat seni pertunjukkan belum merata di seluruh Nusantara. 

"Dari riset besar Dewan Kesenian Jakarta pada 2019, disepakati seni pertunjukan belum ada penonton tapi suporter, kita belum bisa ada broadway yang orang bukan siapa-siapa nonton seni pertunjukkan," sambung Iqbal. 

Bahkan seni pertunjukkan, salah satunya teater musikal dengan tingginya harga tiket dan promosi yang kencang pun penontonnya belum sebanjir orang pergi ke bioskop. Penontonnya masih kalangan keluarga.

Sementara meski kelompok teater begitu banyak, fasilitas yang tersedia belum mengakomodir. Di Jakarta saja baru ada sekitar tujuh gedung teater. "Insfrastrukturnya belum memadai, belum dengan harga sewanya yang tinggi, meski sekarang seni pertunjukan semakin inovatif, kenal silang media, menggunakan proyektor sebetulnya ini mencerahkan," papar Iqbal. 

Perkembangan Seni Pertunjukkan Harus Merata di Tanah Air

Foto kesenian Bali dengan kolaborasi bersama berbagai pihak
Selain beragam petunjukan, tidak lupa Varuna menghadirkan sentuhan kesenian lokal Bali dengan kolaborasi bersama berbagai pihak. (Foto Press Release Taman Safari Bali)

"Kalau ditanya membangkitkan perekonomian bisa banget," cetus Iqbal lagi.

Bahkan Koalisi Seni sempat membuat riset, bahwa satu pertunjukan teater saja bisa menghidupkan menggerakkan banyak sisi ekonomi terutama UMKM. Dari katering konsumsi, makeup dan tata rias pertunjukkan, busana pentas, dan masih banyak lagi.

Setidaknya dengan 400-an kelompok teater, jika rutin mengadakan festival dan pementasan akan banyak bidang di lini lain yang ikut terdampak. Jakarta sendiri terbilang maju dalam seni pertunjukkannya dan memiliki rutin menggelar Festival Teater Jakarta yang kini usianya sudah 51 tahun, serta tertua se-Asia Tenggara. 

Ada juga penyelenggaraan Jakarta Internasional Platform yang biasanya mengundang teater dari luar negeri. Menurut Iqbal, pemerintah juga sudah berusaha membuat agar seni pertunjukkan bisa merata berkembang di semua daerah, tidak hanya Jakarta saja yang pernah jadi ibu kota. 

Salah satunya dengan penyelenggaraan Indonesia Bertutur yang tiap tahun berganti lokasi. Pada 2024, Indonesia Bertutur yang diselenggarakan di Bali ikut melibatkan setidaknya 900 orang seniman lokal.

"Kita ada Perkumpulan Nasional Teater Indonesia. Seni pertunjukkan bisa industri karena itu bahasan sejak tahun 1980-an," terang Iqbal.

Hanya saja lagi-lagi jika berbicara seni pertunjukkan akan dijadikan industri, maka pemerintah harus mendukung dari infrastruktur dan membantu pelaku seni untuk membangun ekosistemnya. Pelaku seni pertunjukkan juga harus mandiri dan jangan tergantung pada pemerintah karena itu harus berjejaring.

"Yang paling penting grup manajemen (teater) mulai tumbuh dikembangkan agar bisa jadi industri agar bisa menghidupi, bukan diri sendiri saja tapi juga membawa dampak ekonomi secara luas," serunya. 

Iqbal menambahkan, dibandingkan membuat event yang avangarde yang ketika acara selesai tidak memberi efek, pelaku seni lebih baik dibantu pemerintah untuk membuat jejaring seperti broadway. Menurutnya Indonesia bisa mencontoh Korea Selatan yang sudah memiliki liga broadway serta antara satu dengan lainnya saling dukung hingga menjadi industri. 

Infografis Kelompok Seni Teater Populer di Indonesia. (Dok: Tim Grafis/Abdillah)
Infografis Kelompok Seni Teater Populer di Indonesia. (Dok: Tim Grafis/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya