Liputan6.com, Jakarta - Meghan Markle kembali menjadi sorotan pemberitaan usai pembicaraannya dengan sejumlah anak perempuan diungkap temannya ke media. Ia lagi-lagi mengungkit masa-masa saat masih menjadi anggota Kerajaan Inggris yang bekerja untuk membahas isu penting jelang Hari Anak Perempuan Internasional.
"Kami melakukan sebuah aktivitas dengan berbicara lewat sederet skenario, dan Meghan membahas soal dirinya yang menjadi salah satu orang paling di-bully sedunia," kata Larissa May, pendiri #HalfTheStory, sebuah LSM yang berfokus pada peningkatan hubungan pemuda dengan teknologi, kepada Vanity Fair, dikutip dari People, Selasa (15/10/2024).
Advertisement
Baca Juga
Meghan saat itu menemui sekelompok remaja saat mengunjungi kantor Girls Inc. di Santa Barbara, California, pada 2 Oktober 2024. Ia tampil sendiri tanpa didampingi Pangeran Harry. "Kami melihat para gadis melambaikan tanda emoji kecil ini dan berbicara tentang bagaimana masing-masing skenario ini akan berdampak pada mereka secara emosional," tambahnya.
Advertisement
#HalfTheStory dan Girls Inc., yang CEO-nya adalah Dr. Stephanie J. Hull, bergabung dalam kemitraan yang didanai oleh Archwell Foundation milik Duchess of Sussex, bersama dengan perusahaan Pivotal Ventures milik Melinda French Gates dan Oprah Winfrey Charitable Foundation. Kemitraan ini diumumkan pada Jumat, 11 Oktober 2024, yang merupakan Hari Anak Perempuan Internasional.
Ketiga organisasi tersebut bersama-sama menjalankan kampanye yang disebut Social Media U. Menurut pernyataan The Archewell Foundation, inisiatif pendidikan itu akan "membekali anak perempuan dengan alat-alat penting untuk berkembang di era digital sambil membina hubungan yang lebih sehat dan seimbang dengan teknologi".Â
Berkali-kali Ungkit Isu Bullying di Media Sosial
Social Media U ditujukan untuk meningkatkan kesehatan digital anak perempuan di komunitas yang kurang terlayani dan mengurangi dampak buruk yang dialami remaja seiring dengan berkembangnya kebiasaan online dan media sosial mereka. Kurikulumnya disusun dengan bantuan dari dewan penasihat remaja untuk memastikan kurikulum tersebut berhubungan dengan audiens muda.
Menurut May, anak-anak usia sekolah menengah berkesempatan untuk menguji kurikulum tersebut dengan bantuan Meghan. "Kami benar-benar ingin memastikan bahwa para remaja di #HalfTheStory dapat memberikan masukan mereka mengenai jenis pengalaman yang mereka dapatkan," ucapnya.
"Bersama Stephanie dan Meghan, kami berbicara tentang apa artinya tumbuh di era digital ini," May menambahkan.
Meghan bukan sekali mengungkit perundungan online yang diterimanya selama menjadi anggota kerajaan yang bekerja. Ia pernah menyampaikan perasaannya soal menjadi korban perundungan saat berbincang dengan media.
"Ketika Anda telah melalui tingkat rasa sakit atau trauma apa pun, saya yakin bagian dari perjalanan penyembuhan kita – tentu saja bagian dari perjalanan saya – adalah kemampuan untuk benar-benar terbuka tentang hal itu," katanya pada Agustus 2024 saat diwawancarai Jane Pauley di program Minggu Pagi CBS.
"Saya benar-benar mengelupaskan permukaan pengalaman saya, tapi saya pikir saya tidak ingin orang lain merasakan hal yang sama dan saya tidak ingin orang lain membuat rencana seperti itu dan saya tidak ingin orang lain tidak dipercaya," lanjutnya.
Advertisement
Dianggap Cari Muka
Pernyataan Meghan soal menjadi korban perundungan memicu perdebatan di dunia maya. Kolom komentar pada berita terkait dipenuhi perang pendapat antara warganet yang pro dan kontra.
Salah satu warganet yang tak sependapat dengan pengakuan Meghan menyebut bahwa istri Pangeran Harry tidak bisa dipercaya lagi, terutama setelah wawancaranya dengan Oprah Winfrey. Pernyataan Meghan soal ia menikah privat pada malam sebelum menikah di gereja sudah dibantah oleh pendeta atau pastor yang bersangkutan.
"Dia menyatakan benci perhatian pers di Inggris tetapi kemudian kembali ke Amerika untuk mencari perhatian dengan melakukan wawancara senilai USD3 juta dengan Oprah. Pers atau penindasan buruk apa pun yang dia alami disebabkan oleh tindakan dan kebohongannya sendiri. Saya tidak mengenal siapa pun dalam hidup mereka yang belum pernah diintimidasi dalam hidup mereka pada suatu saat. Kita tidak semua menangis kepada pers yang mengaku dia benci," komentar seorang warganet.
Namun, warganet yang mendukung Meghan menyebut hal itu terjadi lantaran tidak ada hukuman tegas untuk mereka yang merundung Meghan. Ia mengamini pernyataan Meghan soal merasa jadi orang yang paling dirundung sedunia.
"Dia telah banyak diintimidasi, karena tidak menjadi seorang bangsawan, karena berkencan dan menikah dengan seorang bangsawan, karena tidak cukup berkulit putih, karena pertanyaan tentang kemungkinan warna kulit anak-anaknya, karena usianya yang lebih tua, karena menjadi seorang aktris, karena memiliki keberanian untuk menjadikannya keputusan bisnis sendiri. Daftarnya terus berlanjut. Ada troll di mana-mana yang tidak punya hal lain yang lebih baik untuk dilakukan selain menyiksa orang lain," kata warganet berbeda.
Tudingan Perundungan yang Dilakukan Meghan Markle
Di sisi lain, Meghan Markle juga dituding merundung staf istana selama ia bekerja aktif di Kerajaan Inggris. Mantan ajudan Meghan Markle, Samantha Cohen, mengonfirmasi bahwa ia adalah salah satu dari 10 staf kerajaan yang diwawancarai dalam penyelidikan Istana Buckingham atas tuduhan perundungan yang ditujukan terhadap Duchess of Sussex. Cohen bekerja untuk keluarga kerajaan sejak 2001.
Melansir NY Post, Rabu, 17 April 2024, ia jadi sekretaris pribadi Meghan pada 2021 ketika keluhan bahwa mantan bintang Suits itu menciptakan lingkungan kerja yang tidak bersahabat pertama kali muncul. Cohen menyebut, jabatan itu semula hanya akan diemban selama enam bulan, tapi ia bertahan selama 18 bulan.
"Kami tidak dapat menemukan pengganti saya," katanya dalam wawancara dengan surat kabar Australia Herald Sun. "Ketika kami berhasil (menemukan penggantinya), kami mengajak mereka tur ke Afrika bersama Harry dan Meghan untuk menunjukkan pada mereka bagaimana caranya (bekerja untuk pasangan Sussex), tapi mereka berhenti (kerja) saat berada di Afrika."
Tuduhan perundungan itu muncul hanya beberapa hari sebelum rekaman wawancara Meghan dan Pangeran Harry dengan Oprah Winfrey ditayangkan. Tinjauan kasus ini didanai secara pribadi oleh Ratu Elizabeth II dan ditangani penyelidik independen pada Maret 2021 setelah dua staf kerajaan mengaku telah diintimidasi saat bekerja untuk Meghan.Â
Investigasi selesai pada Juni 2022, dan meski seorang ajudan senior kerajaan mengklaim temuan tersebut menghasilkan perubahan, mereka juga mengatakan hasil penyidikan itu tidak akan pernah dipublikasikan. Tim kuasa hukum Duchess membantah segala tuduhan penindasan dan menyebutnya sebagai "kampanye kotor yang penuh perhitungan."
Advertisement