Merayakan Kenikmatan Kopi dan Kearifan Lokal di Festival Ngopi Sepuluh Ewu Banyuwangi

Deretan rumah warga di desa adat Kemiren disulap menjadi warung kopi dadakan. Di teras-teras rumah yang diubah menjadi area lesehan dan meja-meja, warga menyuguhkan kopi dalam cangkir-cangkir yang diwariskan secara turun-temurun.

oleh Gilar Ramdhani diperbarui 07 Nov 2024, 11:06 WIB
Diterbitkan 07 Nov 2024, 11:06 WIB
Merayakan Kenikmatan Kopi dan Kearifan Lokal di Festival Ngopi Sepuluh Ewu
Festival Ngopi Sepuluh Ewu 2024.

Liputan6.com, Banyuwangi Festival Ngopi Sepuluh Ewu 2024 yang digelar di sepanjang jalan utama Desa Kemiren, Kecamatan Glagah Banyuwangi mendapatkan sambutan hangat dari masyarakat dan wisatawan. Ribuan orang memadati perayaan tradisi ngopi warga suku Osing Banyuwangi ini.

Digelar rutin sejak 2014, festival minum sepuluh ribu kopi ini telah menjadi event yang dinanti para wisatawan. Warga desa yang sebagian besar suku Osing Banyuwangi ini memiliki tradisi Ngopai (ngopi-minum kopi). Kopi bisa dibilang suguhan wajib kepada tamu saat berkunjung ke rumah warga Kemiren.  

Seperti tahun-tahun sebelumnya, Deretan rumah warga di desa adat disulap menjadi warung kopi dadakan. Di teras-teras rumah yang diubah menjadi area lesehan dan meja-meja, warga menyuguhkan kopi dalam cangkir-cangkir yang diwariskan secara turun-temurun.  

Para pengunjung disambut dengan beragam pilihan kopi,mulai dari arabika dan robusta hingga house blend khas racikan warga. Tak hanya kopi, aneka jajanan tradisional juga menemani momen kebersamaan ini.

Merayakan Kenikmatan Kopi dan Kearifan Lokal di Festival Ngopi Sepuluh Ewu
Festival Ngopi Sepuluh Ewu 2024.

Vibes yang dihadirkan festival tersebut, menjadikan festival ngopi ini menjadi ajang ngumpul bareng bersama kawan lama. Merantau di Palangkaraya, Putra Pengayoman mengaku dirinya bersama kawan lama diundang warga asli Kemiren, Suroso yang dulu pernah menjadi induk semang (orang tua asuh) sewaktu sekolah.

"Selalu senang kembali ke Festival Ngopi. Alhamdulillah, kami sengaja buat acara temu kangen bareng teman sekolah dan berkunjung ke rumah pak Osok, Kami bercengkrama dan ngobrol banyak sambil mengenang masa lalu," ujar Ayom.

Suroso mengatakan budaya masyarakat osing adalah memuliakan tamu. Ia menganggap siapa saja yang datang bertamu seperti keluarganya sendiri.

"Masih punya kontak dan turut senang bisa ngobrol lagi sama anak-anak. Semoga semuanya sukses," harap Osok, panggilannya.

Turis Jerman Ikut Nikmati Ngopi Sepuluh Ewu

Merayakan Kenikmatan Kopi dan Kearifan Lokal di Festival Ngopi Sepuluh Ewu
Festival Ngopi Sepuluh Ewu 2024.

Hal yang sama juga dirasakan pengunjung asal Jerman, Malte dan Kathi. Mereka bertemu di Indonesia setelah beberapa tahun tak bertemu.

"Mampir ke Banyuwangi bareng sahabat lama dan ada event minum kopi ini mengingatkan saya dengan tradisi yang sama di Jerman. Kita minum bersama dengan kawan layaknya saudara. Ini kopinya sangat enak," tutur Malte. 

Plt. Bupati Banyuwangi, Sugirah mengatakan tradisi yang menjadi bagian dari Banyuwangi Festival ini lebih dari sekadar acara minum kopi bersama, melainkan ajang unjuk nilai luhur masyarakat osing.

"Ngopi Sepuluh Ewu merupakan sebuah pertunjukan budaya yang menggambarkan keramahan dan kemurahan hati masyarakat Osing, sekaligus mempererat rasa persaudaraan antar warga," kata Sugirah.

Merayakan Kenikmatan Kopi dan Kearifan Lokal di Festival Ngopi Sepuluh Ewu
Festival Ngopi Sepuluh Ewu 2024.

Sementara itu, Kepala Desa Kemiren Muhamad Arifin, Ngopi Sepuluh Ewu ini digelar bersama dengan perayaan Hari Jadi Desa Kemiren pada tanggal 5 November. 

"Kami sengaja mengundang seluruh masyarakat Banyuwangi dan wisatawan datang ke perayaan Desa Kemiren untuk merasakan kehangatan dan persaudaraan dalam setiap teguk kopi." jelas Arifin.

 

(*)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya