Liputan6.com, Jakarta - Kecelakaan pesawat Jeju Air yang tragis pada Minggu pagi, 29 Desember 2024, di Bandara Internasional Muan, Provinsi Jeolla Selatan, Korea Selatan, meninggalkan banyak cerita dari mereka yang ditinggalkan. Salah satunya isi pesan terakhir dari seorang penumpang yang dikirimkan kepada anggota keluarganya sebelum pesawat itu berusaha mendarat darurat.
Mengutip laman The Korea Times, Senin (30/12/2024), seorang pria yang menunggu di bandara untuk menjemput anggota keluarganya yaang berada di dalam pesawat nahas itu membagikan pesan terakhir yang diterimanya. Pada pukul 9 pagi, tepat sebelum kecelakaan, penumpang pesawat itu mengirimkan pesan melalui KakaoTalk.
Advertisement
Baca Juga
"Sebuah burung menabrak sayap dan kami tidak bisa mendarat," tulisnya.
Advertisement
Ketika pria itu bertanya berapa lama kejadian itu terjadi, si penumpang menjawabnya satu menit kemudian. "Baru saja. Haruskan aku membuat surat wasiat?" tanya penumpang itu. Sejak itu, ia tidak dapat lagi dihubungi.
Pesawat Jeju Air itu membawa 175 penumpang dan enam awak kabin. Berdasarkan laporan terakhir pada Minggu malam, pukul 19.00, waktu Korea Selatan, hanya dua orang dari 181 penumpang yang selamat. Keduanya merupakan pramugari maskapai tersebut. Sementara, dua orang lainnya dinyatakan masih hilang.
Pihak berwenang telah mendirikan kamar mayat sementara di lokasi kejadian dan membangun jaringan komunikasi dengan rumah sakit besar di Gwangju untuk merawat para korban luka-luka. Menurut pemadam kebakaran, tanggapan awal selesai 43 menit setelah laporan diterima, dan pada pukul 09.46 pagi, operasi pencarian di dalam pesawat sedang berlangsung.
Masa Berkabung 7 Hari
Kecelakaan tersebut diyakini terjadi ketika roda pendaratan pesawat mengalami kerusakan. Pesawat mencoba untuk mendarat tetapi bertabrakan dengan dinding bandara, memicu kebakaran.Â
Mengutip Koreaboo, Pemerintah Korea Selatan telah mengumumkan masa berkabung nasional selama tujuh hari setelah kecelakaan pesawat Jeju Air 2216 di Bandara Internasional Muan pada 29 Desember 2024. Pesawat yang terbang dari Bangkok, Thailand, jatuh setelah mendarat di perutnya dan melenceng dari landasan pacu.
Para penyiar dengan cepat mengumumkan pembatalan acara-acara hiburan mereka setelah berita tragis ini. Dengan pengumuman resmi masa berkabung, diyakini lebih banyak lagi acara yang akan dibatalkan. Masa berkabung akan berakhir pada Sabtu, 4 Januari 2025, pukul 24.00, waktu Korea Selatan.
Pihak Jeju Air sebelumnya juga mengeluarkan permintaan maaf dan secara tulus menyesali situasi sulit yang timbul akibat kecelakaan pesawat tersebut. Dioperasikan oleh Jeju Air, pesawat Boeing 737-800 yang membawa 181 orang (termasuk enam awak) lepas landas dari Bandara Suvarnabhumi di Bangkok, Thailand menuju Bandara Internasional Muan, hampir 300 km selatan Seoul.
Advertisement
Tak Ada WNI Jadi Korban
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (Kemlu RI) pun memonitor kecelakaan pesawat Jeju Air tersebut. Menurut Direktur Perlindungan WNI Kemlu RI Judha Nugraha, saat ini Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Seoul sedang berkoordinasi dengan otoritas setempat terkait insiden tersebut.
"Berdasarkan informasi informal yang didapat, tidak terdapat penumpang WNI dalam pesawat tersebut," kata Judha Nugraha dalam pernyataan singkatnya lewat pesan singkat ke media, Minggu, 29 Desember 2024.
Kemlu dan KBRI memastikan tidak kecelakaan pesawat Jeju Air yang terjadi di Bandara Muan tersebut tidak melibatkan Warga Negara Indonesia (WNI) sebagai korban. Kemlu dan KBRI juga terus memantau perkembangan insiden tersebut.
"Kami telah berkoordinasi dengan otoritas setempat dan memantau situasi ini dengan cermat. Saat ini, kami memastikan tidak terdapat penumpang WNI dalam kecelakaan ini," ujar perwakilan KBRI Seoul dalam pertanyaan tertulis yang diterima Tim News Liputan6.com. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari media lokal dan otoritas terkait, pesawat dengan rute Bangkok - Muan itu membawa total 181 orang, terdiri atas 173 warga negara Korea Selatan, dua warga negara Thailand, dan enam kru pesawat.
3 Kecelakaan Pesawat Fatal dalam 24 Jam
Mulai beroperasi pada 2005, Jeju Air adalah maskapai penerbangan bertarif rendah (LCC) terbesar di Korea Selatan. Armadanya terdiri dari 40 pesawat Boeing 737, meski saat ini tidak semuanya aktif.
Insiden pada Minggu pagi kemarin menandai kecelakaan besar pertama yang dialami Jeju Air dalam hampir 20 tahun sejarahnya. Rute antara Bangkok dan Muan baru-baru ini ditambahkan ke jaringan Jeju, sejalan dengan rencana bandara untuk menghidupkan kembali jalur internasional reguler.
Korea Selatan memiliki catatan keselamatan penerbangan yang baik dan belum pernah mengalami insiden pesawat besar sejak 1997 ketika sebuah penerbangan Korean Air jatuh di pulau Guam di Pasifik, menewaskan 228 orang dari 254 penumpang. Kecelakan tersebut menambah daftar insiden fatal di dunia penerbangan fatal dalam 24 jam menjadi tiga kasus.
Satu kasus lainnya adalah tergelincirnya pesawat KLM Royal Dutch Airlines jenis Boeing 727-800 di landasan pacu Bandara Oslo Torp Sanderfjord, Norwegia, pada Sabtu malam, 28 Desember 2024, atau menjelang Minggu, 29 Desember 2024. Sementara, pesawat Air Canada terpaksa mendarat darurat di Bandara Internasional Halifax Stanfield setelah roda pendaratannya rusak pada Sabtu malam, 28 Desember 2024 atau Minggu waktu Indonesia.Â
Advertisement