Liputan6.com, Jakarta - PT Kereta Api Indonesia (KAI) (Persero) baru saja merilis fitur terbaru di aplikasi Access by KAI. Fitur tersebut memungkinkan penumpang perempuan memilih teman sebangku secara lebih spesifik untuk memberikan kenyamanan lebih bagi perempuan, termasuk mencegah terjadinya pelecehan seksual di tempat publik.
"Dengan adanya fitur ini, penumpang perempuan dapat merasa lebih nyaman selama perjalanan. Kami berharap inovasi ini dapat meningkatkan rasa aman dan memberikan pengalaman perjalanan yang lebih menyenangkan," ujar Anne dalam rilis yang diterima Lifestyle Liputan6.com, Sabtu (22/3/2025).
Advertisement
Baca Juga
Menurut Anne, saat ini aplikasi tersebut sudah diunduh lebih dari 7.633.584 kali dengan 7.317.566 pengguna aktif aplikasi Access by KAI pada 2024. "Sebelumnya, proses pemilihan seat belum memberikan kemudahan bagi penumpang perempuan yang ingin duduk bersebelahan dengan sesama perempuan," jelas Anne.
Advertisement
Fitur ini hanya dapat digunakan oleh member Access yang memesan tiket untuk penumpang perempuan dan berlaku untuk semua KA Antar Kota. Jika dalam satu pemesanan terdapat penumpang laki-laki, fitur ini tidak akan ditampilkan. Meskipun demikian, KAI tetap memastikan perlindungan data pribadi pelanggan sesuai kebijakan yang berlaku.
Tidak hanya via aplikasi, pelanggan yang memesan tiket di loket stasiun pun bisa meminta kepada petugas jika ingin duduk bersebelahan dengan sesama perempuan. Inovasi ini, diklaim Anne, mencerminkan komitmen KAI dalam meningkatkan kualitas layanan dan memberikan rasa aman bagi seluruh pelanggan.
"KAI juga akan memantau pelaksanaan fitur ini serta mengumpulkan masukan dari pelanggan guna penyempurnaan layanan di masa mendatang," tutup Anne.
Sanksi bagi Pelaku Pelecehan Seksual di Kereta Api
Dalam kesempatan terpisah, Executive Vice President KAI Daop 2 Bandung Dicky Eka Priandana menegaskan bahwa tindakan pelecehan seksual merupakan pelanggaran serius yang akan dikenai sanksi hukum pidana sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
"Jangan ragu untuk melapor jika mengalami atau menyaksikan tindakan pelecehan seksual. Seluruh petugas kami selalu siaga untuk menerima laporan dan mengambil tindakan tegas sesuai prosedur," ujar Dicky dalam keterangan resminya ditulis, Bandung, Rabu, 26 Februari 2025, dikutip dari kanal Regional Liputan6.com.
PT KAI Daop 2 Bandung mengajak seluruh penumpang untuk berani melapor jika mengalami atau menyaksikan tindakan pelecehan seksual. Identitas pelapor akan dijaga kerahasiaannya untuk memberikan rasa aman bagi korban maupun saksi yang melapor.
Selain langsung diproses di ranah pidana, Dicky menyebutkan otoritasnya juga menetapkan sanksi daftar hitam (blacklist) tidak diperkenankan menggunakan kereta api bagi setiap pelaku pelecehan seksual di lingkungan kereta api. Sanksi ini berlaku untuk semua moda layanan yang dikelola oleh KAI dan bertujuan memberikan efek jera bagi pelaku serta menjaga rasa aman bagi seluruh penumpang.
"PT KAI Daerah Operasi 2 Bandung terus menunjukkan komitmennya dalam menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi seluruh pelanggan," kata Dicky.
Advertisement
Edukasi Sejak Dini
Sementara itu, mencegah pelecehan seksual bisa diajarkan lewat edukasi sejak dini. Menurut Kepala Pusat Studi Wanita Universitas Gadjah Mada (UGM) Widya Nayati, Ph.D., pengetahuan seks ini tidak hanya bermanfaat untuk mencegah pelecehan, tetapi juga membantu mencegah trauma yang dapat berdampak jangka panjang pada kesehatan mental anak-anak.
"Oleh karenanya, orangtua perlu untuk senantiasa peka terhadap kebutuhan dan perasaan anak-anak mereka, serta menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman untuk berdiskusi mengenai hal-hal yang mungkin dianggap sensitif. Dengan cara ini, anak-anak dapat lebih terbuka kepada orangtua dan merasa didukung," kata Widya mengutip keterangan di laman UGM, Senin, 18 November 2024, dikutip dari kanal Health Liputan6.com.
Widya menjelaskan bahwa anak-anak perlu diajarkan untuk mengenali bagian-bagian tubuh mereka, terutama bagian tubuh yang tidak boleh disentuh oleh orang lain selain orangtua atau pengasuh yang dipercaya. Menurut Widya, pemahaman mengenai batasan tubuh ini sangat penting untuk dikenalkan kepada anak-anak sejak kecil.
"Dengan pemahaman yang benar, anak-anak akan lebih mampu melindungi diri mereka sendiri dari potensi pelecehan seksual, yang sering kali dilakukan oleh orang terdekat," ujarnya.
Waspada Perubahan Perilaku Anak dan Buka Komunikasi Tanpa Menghakimi
Widya juga menyoroti bahwa sebagian besar kasus pelecehan seksual melibatkan orang terdekat, seperti anggota keluarga seperti dari paman, bibi, kakek, nenek, atau sepupu maupun orang-orang yang tinggal bersama, termasuk anak kos. Karena itu, ia mengimbau para orangtua untuk mewaspadai dan memperhatikan setiap perubahan perilaku atau tanda-tanda yang mungkin menunjukkan bahwa anak mereka mengalami ketidaknyamanan atau gangguan.
Ia juga berbagi beberapa tips praktis mengenai cara berdiskusi dengan anak tentang pendidikan seksual. Pertama adalah mendengarkan anak-anak dengan penuh perhatian dan tidak langsung menghakimi.
"Komunikasi terbuka dan positif akan menciptakan hubungan yang lebih kuat antara orangtua dan anak sehingga anak merasa aman untuk menyampaikan apapun yang dialaminya," katanya.
Edukasi soal pendidikan seksual ini direspons positif dari para peserta. Banyak ibu-ibu yang merasa mendapatkan wawasan baru dan lebih siap untuk melindungi anak-anak mereka dari potensi bahaya. Widya berharap bahwa kegiatan ini dapat meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendidikan seksual pada anak-anak sejak dini.
Advertisement
