Liputan6.com, Jakarta Dalam rangka menyambut "Hari Air Sedunia" dan hari jadi yang pertama "Gerakan Irigasi Bersih" Desa Sriharjo Kabupaten Bantul, Provinsi DI Yogyakarta, yang jatuh pada bulan Maret lalu, Kelompok Tani "Merti Tirto Amartani" dan Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air (GP3A) merayakannya dengan berbagai kegiatan. Antara lain membersihkan pinggiran aliran irigasi, lomba membuat janur, dan malamnya diadakan hiburan wayang.
Gerakan Irigasi Bersih yang dilakukan oleh Kelompok Tani dan GP3A ini seyogianya sangat penting digalakkan dan disebarluaskan ke beberapa provinsi di Indonesia. Karena irigasi yang bersih dan lancar akan memberikan manfaat pada lahan pertanian dan hasil pertanian itu sendiri. Dengan hasil pertanian yang berkualitas tentunya akan dapat meningkatkan pendapatan petani dan mewujudkan ketahanan pangan.
Baca Juga
Mengelola air tidak hanya menjadi tugas pemerintah, namun demikian juga menjadi tugas semua pihak termasuk masyarakat. Hal ini dikarenakan air merupakan kebutuhan semua orang.
Advertisement
Berkaitan dengan irigasi bersih, Ketua GP3A Kabupaten Bantul Sunardi Wiyono mengajak masyarakat untuk memegang teguh budaya Mapak Toyo. Mapak Toyo adalah kegiatan menjelang musim panen. Petani menyiapkan saluran air supaya bersih yang nantinya dapat mengairi sawah pada musim tanam yang akan datang.
"Kami menjalankan satu budaya yang namanya budaya Mapak Toyo. Untuk pembersihan secara rutin kita tetap sarankan untuk petani di masing-masing saluran sawahnya," ujar Wiyono.
Ketika berada di Desa Sriharjo pada akhir Maret lalu, Tim Liputan6.com berkesempatan mengikuti kegiatan peringatan Hari Air Sedunia dan Gerakan Irigasi Bersih serta berbincang dengan beberapa tokoh masyarakat yang terlibat dalam acara tersebut.
Selengkapnya dapat disimak pada video di bawah ini.
Berikut ini beberapa petikan para tokoh masyarakat dan pemerintah setempat terkait kegiatan peringatan Hari Air Sedunia dan Gerakan Irigasi Bersih di Desa Sriharjo, Kabupaten Bantul.
"Dengan adanya DUM Bendung Chanden ini hasil pertanian bisa mencapai peningkatan 60-70 persen. Dengan pemberdayaan masyarakat era yang sekarang ini, keberadaan DUM Bendung Chanden juga mendukung pariwisata, seperti Desa Wisata wilayah Kebon Agung. Keberadaan DUM dan irigasi ini sangat signifikan sekali manfaatnya dalam mendongkrak kemiskinan." - Camat Imogiri Kabupaten Bantul Drs Sigit Subroto.
"Kita memberikan penyuluhan kepada masyarakat bersama Komunitas Jogja. Sampah itu kan nanti akan menjadi uang, jangan jadi sesuatu yang memusingkan kepala." - Prof. Sigit Supadmo Arif, M.Eng., Ph.D, Guru Besar Fakultas PertanianUniversitas Gajah Mada- (salah satu inisiator Gerakan Irigasi Bersih).
"Saya dengar teman teman dari Kulon Progo, Kebumen juga sudah ingin belajar dari Gerakan Irigasi Bersih yang ada di Bantul ini. Untuk tahun ini di DIY dan Jawa Tengah sudah berjalan 60 lokasi yang di kelola oleh Balai Wilayah Besar Serayu Opak. Pemerintah Pusat sendiri sudah bisa mengalokasikan dana untuk irigasi-irigasi yang kecil dengan program P4 ISDA, ini seperti bantuan sosial yang diberikan langsung kepada petani." - Ir Agus Suprapto Kusmulyono M.Eng, Ph.D, Kepala Balai Besar Wilayah Serayu Opak (BBWSO).
"Saya menyambut baik gerakan ini yang diprakarsi oleh teman-teman dari Desa Sriharjo dan Fakultas Teknik Pertanian UGM. Terima kasih juga saya ucapkan pada mitra kerja kami. Gerakan ini merupakan gerakan percontohan, air harus diselamatkan, air harus dimanfaatkan secara baik dan memberikan suatu efektifitas dan efesiensi terhadap tanaman padi. Untuk itu gerakan ini perlu disebarluaskan dan mudah-mudahan gerakan ini dapat menjadi program nasional." - Ir Eko Subekti, Dipl. HE., Direktur Irigasi & Rawa Dirjen Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum RI.
Gerakan Irigasi Bersih Merti Tirta Amartani, Kabupaten Bantul. Dari Yogya untuk Indonesia. (Adv/Gilar Ramdhani)