Komnas HAM: Pembebasan Pollycarpus Memang Hak, Tapi Tidak Elok

Menurut Komisioner Komnas HAM Natalius Pigai, keputusan Menkum HAM membebaskan Pollycarpus adalah langkah yang tidak pantas dilakukan.

oleh Hanz Jimenez Salim diperbarui 04 Des 2014, 15:19 WIB
Diterbitkan 04 Des 2014, 15:19 WIB
Pollycarpus
Pollycarpus sang terpidana pembunuh Munir bebas bersyarat.

Liputan6.com, Jakarta - Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) menyayangkan sikap Menteri Hukum dan HAM Yassona Laoly yang membebaskan terpidana kasus pembunuhan aktivis HAM Munir, Pollycarpus Budihari Prijanto. Menurut Komisioner Komnas HAM Natalius Pigai, keputusan Menkum HAM yang membebaskan Pollycarpus merupakan langkah yang tidak pantas dilakukan.

"Saya kira pembebasan bersyarat itu kan memang hak, tetapi tidak elok," kata Natalius di Mabes Polri, Jakarta, Kamis (4/12/2014).

Ditambahkan Natalius, sikap tersebut bertolak belakang dengan misi pemerintah Joko Widodo-Jusuf Kalla yang berjanji akan menuntaskan seluruh kasus pelanggaran HAM berat.

"Tidak elok dalam hal ini Menkum HAM, melakukan pembebasan bersyarat diawal pemerintahan Jokowi-JK yang ingin melakukan penuntasan seluruh pelanggaran HAM berat masa lalu," ucap dia.

Menkum HAM Yasonna H Laoly sebelumnya mengatakan, pihaknya harus bisa menghargai hak-hak asasi seorang narapidana terkait penerimaan pembebasan bersyarat. Termasuk hak asasi Pollycarpus.

"Saya kira kami harus bisa menghargai hak-hak dari narapidana. Saya tidak mungkin melakukan sesuatu yang tertentangan dengan HAM," kata Yasonna di Lapas Narkotika Cipinang, Jakarta Timur, Senin lalu.‎

Yasonna mengaku, pihaknya terus-menerus mendapatkan kritik terkait pemberian pembebasan bersyarat kepada Pollycarpus. Namun, Lapas tak hanya berfungsi sebagai tempat hukuman, tetapi juga tempat pembinaan kepada narapidana.

"Lapas tidak hanya sekadar memberikan hukuman, akan tetapi juga membina. Setelah itu kita lihat apakah yang dilakukan bersangkutan ada perubahan sikap atau tidak. Kita tidak boleh membeda-bedakan hak dari warga binaan," jelas Natalius.

Pollycarpus Budihari Prijanto, terpidana kasus pembunuhan aktivis HAM Munir Said Thalib menghirup udara bebas dari Lapas Klas I Sukamiskin Bandung. Dia bebas bersyarat terhitung sejak Jumat 28 November 2014.

Mantan pilot Garuda Indonesia itu bebas meski baru menjalani masa hukuman 8 tahun penjara. Padahal seharusnya Pollycarpus menjalani hukuman 14 tahun penjara atas terbuktinya dia bersalah dalam kasus pembunuhan terhadap Munir.

‎Meski bebas bersyarat, Pollycarpus harus wajib lapor ke Balai Pemasyarakatan (Bapas) Klas I Bandung. Wajib lapor itu harus dilakukan narapidana kasus pembunuhan Munir itu setiap bulan sampai 4 tahun ke depan. (Ado/Mut)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya