Liputan6.com, Jakarta - Bencana longsor yang menimpa Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, 12 Desember 2014 merupakan kali‎ kedua dalam kurun 10 tahun terakhir. Pada 2006 lalu, longsor juga menimpa Desa Sijeruk, Kecamatan Banjarmangu. Dan kali ini menimbun Dusun Jemblung, Desa Karangkobar, Kecamatan Karangkobar.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, kesadaran masyarakat akan bencana, termasuk tanah longsor masih kurang. Meski pengetahuan terhadap bencana sudah ada dalam diri masyarakat.
Sutopo mengatakan, BNPB bersama pihak lainnya sudah melakukan survei pada 2013. Di mana hasilnya tidak ada perkembangan pesat dari masyarakat yang tanggap terhadap bencana‎ sampai saat ini.
"Tingkat pengetahuan tentang bencana sudah baik, tapi belum menjadi sikap dan perilaku. Secara umum masyarakat Indonesia masih belum siap menghadapi bencana, termasuk longsor," ujar Sutopo di Kantor BNPB, Jakarta, Senin (15/2/2014).
Padahal BNPB, pemerintah, dan sejumlah LSM sudah membekali masyarakat yang tinggal di daerah rawan longsor dengan berbagai pengetahuan, pelatihan, dan sarana. Misalnya, salah satu sarana yang sudah diberikan ialah alat Sistem Peringatan Dini Longsor atau yang disebut Landslide Early Warning System (LEWS).
Alat tersebut sudah dipasang di sejumlah‎ daerah di Indonesia yang telah dipetakan lalu dianalisis sebagai daerah rawan longsor. Namun sekali lagi, kesadaran masyarakat terhadap bencana di sekitar mereka masih kurang, bahkan terhadap alat LEWS itu sendiri.
Hal itu terlihat dari berubah fungsinya alat ‎LEWS. Oleh masyarakat setempat sengaja dijadikan untuk berbagai keperluan mereka sendiri. Contohnya ada masyarakat yang sengaja menjadikan alat LEWS sebagai kadang kambing, tempat jemur pakaian, atau bahkan sengaja digunting kabelnya sehingga alat tersebut mati.
"Banyak saya temukan di beberapa daerah, alat LEWS ini malah dijadikan kandang kambing, jemuran, atau dibiarkan sehingga jadi sarang semut. Bahkan ada yang sengaja diputus kabelnya. Warga bilang alat itu bikin deg-degan, karena kan memang dini banget alarm alat itu bunyi jika ada longsor kecil saja, padahal (longsor) yang besarnya tidak kejadian, makanya digunting," ucap Sutopo.
Bencana tanah longsor terjadi di Dusun Jemblung, Desa Karangkobar, Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, Jumat 12 Desember 2014. Banyak warga menjadi korban longsor yang terjadi sekitar pukul 17.00 WIB.
Dari 308 warga Dusun Jemblung, sekitar 200 orang berhasil selamat. Sedangkan 108 orang lainnya tertimbun longsor.
Di samping itu, saat kejadian diduga ada sejumlah kendaraan roda empat dan dua yang tengah melintas di jalan raya yang menghubungkan Banjarnegara-Pekalongan. Ditengarai para pengendara bersama kendaraannya itu ikut tersapu longsor lalu tertimbun tanah.
Menurut data BNPB, jumlah korban tewas longsor Banjarnegara yang sudah ditemukan mencapai 51 orang. Sehingga masih ada 57 jiwa korban yang masih dicari. (Ali/Ans)
Ketika Alat Sistem Peringatan Dini Longsor Jadi Kandang Kambing
Tak hanya itu, alat tersebut pendeteksi longsor juga dijadikan jemuran oleh warga.
Diperbarui 15 Des 2014, 19:50 WIBDiterbitkan 15 Des 2014, 19:50 WIB
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Sinopsis Film Drop, Saat Kencan Pertama Jadi Momen Menegangkan Ibu Tunggal
Gereja Katedral Jakarta Gelar Misa Requiem untuk Paus Fransiskus Sore Ini
Oknum Konsulen Diduga Tendang Testis Residen PPDS Unsri, Ini Dampak Trauma pada Organ Intim Menurut Dokter
Garudafood Kantongi Restu Pemegang Saham Tebar Dividen Rp 350,34 Miliar
Kemlu RI: 7.027 WNI Terjerat Kasus Online Scam Sejak 2020 hingga April 2025
Gasing Panggal, Permainan Tradisional yang Sudah Jarang Ditemukan
Sri Mulyani Masih Pede Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tembus 5%
Kemenkop Minta Notaris di Indonesia Bantu Pembentukan Kopdes Merah Putih
Menkomdigi Tegaskan Masa Depan AI Milik Semua Negara, Bukan Segelintir
Ruben Amorim Bidik 2 Gelandang Liga Inggris untuk Tambal Lini Tengah Manchester United
4 Outfit Jeans 90-an Kembali Populer di Era Modern, Tren Fashion Terus Berputar
Polisi Ungkap Alasan Fachri Albar Konsumsi Narkotika dan Psikotropika