Potret Prajurit TNI di Perbatasan Indonesia-Papua Nugini

Panglima TNI Jenderal Moeldoko manyatakan akan ada perbaikan untuk tentara di perbatasan.

oleh Katharina Janur diperbarui 30 Des 2014, 07:00 WIB
Diterbitkan 30 Des 2014, 07:00 WIB
moeldoko

Liputan6.com, Merauke Panglima TNI Jenderal Moeldoko mengaku prihatin atas kehidupan prajurit TNI di wilayah perbatasan. Dalam kunjungannya ke Pos TNI di Sota, Merauke yang berbatasan langsung
dengan Negara Papua Nugini, Moeldoko melakukan tatap muka langsung dengan para prajuritnya.

Keprihatinan itu muncul saat ia melihat kondisi Pos TNI di dua kabupaten. Yakni Merauke dan Boven Digul yang berbatasan langsung dengan perbatasan Indonesia dan Papua Nugini. Dari 47 pos yang ada, 25 pos di antaranya dibangun semi permanen dan 22 pos lainnya permanen. Bahkan ada 4
Pos TNI yang menumpang di rumah warga setempat atau menempati bangunan bekas kantor kehutanan.

"Pasti akan ada perbaikan untuk itu semuanya. Tidak hanya pos TNI, tapi juga komunikasi di wilayah perbatasan, listrik, kendaraan operasional dan juga air bersih. Saya memahami betul, prajurit saya yang ada di depan itu hidupnya tidak layak," ujar Moeldoko, Senin 29 Desember 2014.

Karenanya secara bertahap, pihaknya akan terus meningkatkan kesejahteraan prajurit yang bertugas di perbatasan itu. Misalnya dengan meningkatkan uang lauk pauk para prajurit, dari Rp 20 ribu menjadi Rp 60 ribu.

"Saya sangat paham bahwa kenaikan menjadi Rp 60 ribu juga belum dirasa cukup untuk prajurit yang bertugas di wilayah Papua. Ini semua masih menjadi perhatian serius bagi kami," ucap dia.

Moeldoko menambahkan, persoalan perbatasan akan mulai diperbaiki pada tahun depan. Dari sebelumnya 17 departemen yang mengelola anggaran perbatasan, pada kepemimpinan Jokowi-JK, telah dipangkas menjadi 4 departemen.

"Sejumlah permasalahan di perbatasan ini, akan saya sampaikan kepada instansi terkait pada rapat kabinet nanti," kata dia.

Dirinya juga menginstruksikan prajuritnya yang bertugas di perbatasan agar bertindak tegas terhahap para pelintas batas yang membawa barang terlarang seperti narkoba, senjata api atau barang terlarang lainnya. Ini dikarenakan minimnya petugas imigrasi dan bea cukai di lokasi perbatasan.

"Ya, saya tegaskan, kalian bisa menindak oknum pelintas batas yang membawa senjata dan
narkoba lewat jalan perbatasan," tegas dia.

TNI Berkebun

Danrem 174/Anim Ti Waninggap Merauke, Brigjen TNI Supartodi mengklaim kondisi keamanan di wilayahnya akan gangguan keamanan hampir tak pernah ada. Prajurit yang bertugas di perbatasan, justru melakukan pembinaan kepada warga, misalnya bagaimana cara berkebun yang baik, beternak dan mengajar.

"Karena hampir zero akan gangguan keamanan, prajurit kami malahan berkebun atau beternak. Mereka hidup rukun dengan warga," kata Supartodi.

Dia membenarkan adanya keterbatasan fasilitas di wilayah pos perbatasan, sehingga masih terdapat pos yang menggunakan pinjam bangunan seperti Pos Ramil Asiki di Kosektor Selatan.

"Sarana transportasi dari kendaraan dinas Kolakops juga kurang untuk mendukung perubahan operasional. Saat ini kendaraan yang dimiliki Kosektor ditambah 3 Yonif adalah 3 truk dan 7 kendaraan strada. Padahal idealnya adalah 19 truk NPS, 4 truk tanki air dan 28 kendaraan
strada," jelas Supartodi.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya