Akting Ahok dan #SaveHajiLulung

"Gubernur ngamuk, gubernur menekan anak buahnya," teriak Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Abraham 'Lulung'.

oleh Andi Muttya Keteng diperbarui 07 Mar 2015, 00:17 WIB
Diterbitkan 07 Mar 2015, 00:17 WIB
Akting Ahok dan #SaveHajiLulung
Ahok (kiri: Liputan6.com) dan #SaveHajiLulung (Twitter Dap Ady ‏@bunuhORterbunuh)

Liputan6.com, Jakarta - "Gubernur ngamuk, gubernur menekan anak buahnya," teriak Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Abraham 'Lulung' Lunggana dan Muhammad Taufik yang tiba-tiba berjalan keluar ruangan dan berseru-seru.

Sepenggal kalimat itu terdengar saat terjadi keributan dalam mediasi antara Pemprov dan DPRD DKI Jakarta perihal kisruh APBD 2015 di Kemendagri pada Kamis 5 Maret 2015 kemarin sekitar pukul 11.35 WIB. Dalam suasana panas tersebut, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dinilai 'mengamuk' atau tak beretika oleh anggota Dewan karena bertanya dengan nada tinggi sambil menunjuk-nunjuk bawahannya.

Dengan nada tinggi, Lulung menjelaskan, Ahok menekan anak buahnya dengan tidak memperbolehkan APBD DKI Jakarta hasil pembahasan dengan DPRD DKI Jakarta di-input. Salah satunya soal uninterruptible power supply (UPS). Padahal, menurut dia, pembahasan itu adalah proses undang-undang.

Menurut Lulung, kericuhan terjadi saat Ahok menanyakan soal UPS kepada Walikota Jakarta Barat Anas Effendi yang tak diusulkan dalam hasil pembahasan. "Hasilnya deadlock. Pak Gubernur mengancam-ancam kepada SKPD, mengamuk dan berteriak. Dia bilang, 'Hey, kamu jelaskan bahwa kamu tidak mengusulkan UPS," ucap dia.

Sedangkan, menurut dia, UPS itu merupakan hasil pembahasan di masing-masing komisi dan sudah disetujui dan ditetapkan di paripurna.

Di antara kericuhan itu, terdengar umpatan berbau rasis yang diarahkan ke Ahok. Dia mengaku tak mengetahui siapa oknumnya. "Aku sekilas dengar ada yang teriak gitu ya," ucap dia.

Mantan Bupati Belitung Timur itu mengaku sebenarnya ingin membalas umpatan tersebut. Tapi keburu diamankan oleh pamdal Kemendagri menuju pintu belakang ruang rapat. Apa kira-kira balasan Ahok?

"Aku sudah didorong-dorong (sama petugas di Kemendagri). Padahal aku pengen balas 'anjing enak', tapi sudah susah. Aku pengen balesin daging anjing enak. Hahaha," ucap Ahok sambil tertawa.

Sehari setelah pertemuan tersebut, Ahok yang saat kisruh terjadi diselamatkan melalui pintu belakang, akhirnya buka suara. Ia berdalih, sikap keras yang ditunjukkannya saat mediasi kemarin hanyalah sebuah akting.

"Saya memang sengaja. Tadi pagi saya udah telepon Pak Anas Effendi (Walikota Jakarta Barat), Pak Anas nggak usah stres. Aku cuma akting marahin lu," ucap Ahok di Balaikota Jakarta, Jumat (6/3/2015).

'Drama' Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) DKI terus berlanjut. Saat ini, alurnya sudah memasuki 'episode' puncak ketika mediasi antara Pemprov DKI dan DPRD DKI pada Kamis kemarin berakhir ricuh. Ahok pun membeberkan skenario yang dirancangnya.

"Kalau dulu ini (anggaran) udah masuk, DPRD nggak ribut kan. Saya punya bukti 2012-2015. Kalau bareng masuk, pernah nggak dia ribut sama eksekutif? Nggak pernah kan," kata Ahok di Balaikota Jakarta, Jumat (6/3/2015).

Ia menilai, ketika usulan anggaran oleh DPRD sudah dimasukkan ke dalam APBD, legislatif pasti telah merasa tenang. Mereka, ujar Ahok, tak akan lagi memikirkan anggaran tersebut apakah digunakan sebagaimana semestinya. Pemasangan sheetpile yang setengah jalan misalnya, tak pernah diawasi oleh DPRD. Padahal tugas utama mereka adalah melakukan pengawasan.

Atas dasar itu, Ahok memutuskan untuk tidak berkompromi dengan anggaran susupan senilai Rp 12,1 triliun dalam APBD 2015 yang diduga usulan dari DPRD.

Tak seperti Ahok yang baru buka suara sehari setelah mediasi antara Pemprov dengan DPRD DKI Jakarta perihal kisruh APBD 2015 di Kemendagri, pimpinan DPRD DKI dan Pemprov DKI justru melakukan dialog perihal kisruh itu terlebih dahulu -- setelah rapat.

Saat tiba di gedung Kemendagri dan melihat banyaknya awak media, Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Abraham 'Lulung' Lunggana berkeluh kesah.

Ia menilai, selama ini media tak pernah membelanya. Termasuk saat dirinya berseteru dengan Gubernur Ahok terkait APBD.

"Ini wartawan nggak ada yang belain gue, gimana nih," keluh Haji Lulung di Gedung A Kementerian Dalam Negeri.

Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetyo Edi Marsudi mengatakan dirinya berharap mediasi antara pihaknya dengan Pemprov DKI bisa menghasilkan solusi terbaik. Sebenarnya dirinya mendukung semua terobosan yang dilakukan Ahok.

Namun, Prasetyo meminta agar Ahok tidak main fitnah bahwa legislatif menyusupkan anggaran 'siluman' dalam APBD.

#SaveHajiLulung

Ricuh mediasi antara Gubernur Ahok dan DPRD DKI Jakarta soal APBD DKI Jakarta yang kembali mencuatkan nama Abraham Lunggana atau Haji Lulung, menjelma jadi topik pembicaraan nomor wahid di jagat maya.

Kicauan-kicauan terkait sosok politisi PPP itu kini bertebaran di ranah media sosial, terutama Twitter dengan caption #SaveHajiLulung.

Ada yang menyamakan gaya rambut Haji Lulung dengan salah satu tokoh kartun dari Negeri Jiran.


Ada pula yang mengaitkannya dengan film animasi anak, Teletubbies.

"Tinky, Winky, Dipsy, Lulung, Poo ..... #SaveHajiLulung," kicau Usop Mugiwara lewat akun @tukangcerewet.

Dilansir dari BBC Indonesia, hingga Jumat pukul 14.40 WIB, #SaveHajiLulung sudah berada di urutan pertama topik populer dunia dan digunakan lebih dari 86.000 kali.

Tagar ini dimulai pada Kamis 5 Maret malam, setelah berita dan video tentang gagalnya mediasi antara DPRD DKI Jakarta dan Ahok beredar luas di media sosial. Namun tagar #SaveHajiLulung bukanlah berisi dukungan terhadap Haji Lulung, melainkan sebaliknya berisi ledekan terhadap wakil DPRD yang ucapannya dianggap tidak logis dan tidak masuk akal.

Ketua Fraksi PPP DPRD DKI Maman Firmansyah pun mengaku prihatin dengan ramainya pembicaraan tentang politisi PPP Abraham 'Lulung' Lunggana di media sosial. Karena #SaveHajiLulung, justru dikomentari netizen dengan olokan terhadap Wakil Ketua DPRD DKI itu.

"Tentu sih kita sangat prihatin," ucap Maman saat dihubungi Liputan6.com di Jakarta.

Namun demikian, ia mengaku pihaknya tak dapat berbuat apa-apa. Di zaman yang serba bebas dan canggih ini, lanjut Maman, setiap orang bisa berkomentar atau berbicara apa saja. "Saya kan tidak bisa menghalangi orang komen apa di media sosial," kata Maman.

Di sisi lain, Maman menduga adanya oknum yang mengkoordinir ramainya komentar sindiran kepada Lulung di media sosial. Bahkan, ia mencurigai oknum tersebut merupakan pihak yang pro-Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. (Tnt/Ans)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya