Seskab Pramono: Tak Semua Menteri Harus Jadi 'Yes Man'

Menurut Pramono, bukan berarti Presiden Jokowi antikritik dan masukan dari para jajarannya.

oleh Luqman Rimadi diperbarui 20 Agu 2015, 15:19 WIB
Diterbitkan 20 Agu 2015, 15:19 WIB
20150812-Jokowi Pecat Sekaligus Lantik Menteri Baru-Jakarta
Pramono Anung acungkan jempol saat pelantikan dirinya sebagai Sekretaris Kabinet di Istana Negara, Jakarta, Rabu (12/8/2015). Presiden Jokowi me-reshuffle sejumlah menteri Kabinet Kerja sekaligus melantik menteri baru. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Sekretaris Kabinet Pramono Anung menganggap, perang argumentasi antara Menko Kemaritiman Rizal Ramli dengan Wapres Jusuf Kalla sudah selesai saat sidang Paripurna Kabinet Kerja pada Rabu 19 Agustus 2015, kemarin. Dalam rapat tersebut, Presiden Jokowi telah memperingati Rizal dan para menterinya untuk tidak menyampaikan kritik atau saran antarsesama menteri di hadapan publik.

"B‎aik presiden maupun wapres sudah memberikan arahan, apabila ada perbedaan setajam apapun diselesaikan di dalam ruang rapat, tidak untuk konsumsi publik. Itu yang menjadi arahan Presiden dan Wapres. Dan kemarin secara khusus presiden sudah memanggil menteri yang bersangkutan, Pak Rizal dan menganggap persoalan ini sudah selesai," ujar Pramono di Istana Presiden, Kamis (20/8/2015). ‎

Namun demikian, menurut Pramono bukan berarti Presiden Jokowi antikritik dan masukan dari para jajarannya. Kritik dan saran sangat diperlukan, namun bila hal tersebut disampaikan secara terbuka, akan menimbulkan kegaduhan di kalangan masyarakat.

"D‎alam membangun kita kan harus ada pandangan yang terbuka apalagi dalam kondisi seperti ini, enggak semua (menteri) harus jadi "yes man". Jangan kemudian perbedaan itu menjadi konsumsi publik yang menjadi persepsi publik bahwa ada kegaduhan ada perbedaan pendapat, padahal enggak seperi itu," kata Pramono.

Pramono menjelaskan, ‎presiden juga mencontohkan, bagaimana dia sudah terbiasa menghadapi kritik yang datangnya bukan hanya dari masyarakat, namun juga dari bawahannya sekalipun. Karena itu, meminta agar permasalahan Menko Rizal Ramli dan JK tidak perlu di perpanjang.

"Kami menganggap bahkan presiden mengatakan sebenarnya sudah tidak apa-apa. Bahkan beliau mencontohkan bagaimana tajamnya (kiritik) saat menjadi Gubernur DKI itu menjadi hal yang menjadi menarik dalam bahasa beliau. Tap‎ sekali lagi, yang akan diatur adalah perbedaan setajam apapun yang terjadi kemarin itu diselesaikan di ruang-ruang rapat," kata dia. ‎

Terkait tantangan debat publik yang dilayangkan Rizal Ramli terhadap JK, Pramono pun menegaskan persoalan tersebut juga sudah jelas setelah Rizal dan Jk bertemu dalam ruang sidang.

"Sudah enggak ada lagi itu. Sudah selesai," kata dia.

Presiden, menurut Pramono juga sudah menjelaskan kepada Rizal mengenai proyek [pembangkit listrik 35 ribu megawatt](/2297340 "") (MW) yang dianggap oleh Rizal sebagai proyek ambisius dan tidak realistis.

"Yang ‎berkaitan dengan itu sudah disampaikan Presiden bahwa 35 ribu MW itu bukan target tapi kebutuhan bangsa yang sampai saat ini bahkan yang antre untuk meminta izin power plan itu sudah lebih dari 50 ribu MW," ucap Pramono Anung. (Mvi/Mut)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya