Liputan6.com, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok tiba-tiba keluar dari kantornya dan menuju kantor Walikota Jakarta Selatan. Ternyata, dia ingin langsung menemui warga yang rela menjual tanahnya untuk pembangunan Mass Rapid Transit (MRT).
Ahok langsung berbincang dengan warga dan Walikota Jakarta Selatan Tri Kurniadi. Pertemuan itu hanya sebentar dan Ahok kembali ke Balaikota Jakarta.
Baca Juga
Sebelum pergi, Ahok menyatakan sangat berterima kasih pada warga yang rela menyerahkan lahannya pada pemprov DKI Jakarta. Terlebih lahan yang dijual tidak hanya rumah, tapi tempat usaha.
Advertisement
"Makanya kami sangat terima kasih, karena (Lahan) tempat usaha orang, namanya itu tempat usaha, siapa sih yang mau lepas? Bukan soal tanahnya, dagang kan tempat orang usaha, makanya saya sangat menghargai," kata Ahok di kantor Walikota Jakarta Selatan, Jumat (28/8/2015).
Bagi mantan Bupati Belitung Timur itu, setiap pembangunan memang harus ada pengorbanan. Termasuk mengorbankan lahan demi kepentingan orang yang lebih banyak.
"Memang harus ada pengorbanan, pembangunan harus ada pengorbanan. Mau merdeka aja ada nyawa yang musti hilang kok, mana ada merdeka tanpa pengorbanan," tambah Ahok.
Menurut mantan politisi Golkar dan Gerindra itu, tidak ada alasan lagi untuk menunda pembangunan MRT. Bila ditunda dipastikan akan terus tertunda hingga puluhan tahun lagi.
"MRT enggak mungkin kita tunda, mau berapa lama? 26 tahun, 27 tahun, mau sampai kapan? Seluruh kota di dunia punya transportasi massal, masa kita enggak punya? Orang suka bandingin (sama) Tiongkok, Tiongkok, Tiongkok, beda. Mereka negara yang menguasai tanah, kalau ini rakyat menguasai penuh," tutup Ahok.
Lahan yang dijual terdiri atas 3 bidang di Cilandak Barat. Seluruhnya milik Itawati Hanidi. Lahan pertama dengan nomor peta 30.1 seharga Rp 3,961 miliar, lahan kedua dengan nomor peta 49 seharga Rp 7,914 miliar, dan ketiga dengan nomor peta 301 seharga Rp 3,481 miliar. (Ali/Mut)