Liputan6.com, Pekanbaru - Kebakaran hutan dan lahan di Pulau Sumatera dan Kalimantan kian sulit terkendali dan makin meluas. Menyikapi ini, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengerahkan 13 helikopter untuk melakukan pemadaman api melalui udara.
Demikian disampaikan Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho kepada wartawan, Minggu (30/8/2015) sore. "Selain pemadaman udara, pemadaman jalur darat juga diintensifkan," katanya.
Berdasarkan pantauan Satelit Terra dan Aqua, sebut Sutopo, titik panas pada Minggu di Pulau Sumatera ada 291. Jumlah itu tersebar merata di setiap provinsi di pulau paling barat Indonesia ini.
"Di Bengkulu ada 7, Jambi 87, Sumatera Selatan 130, Riau 47, Lampung 16, Sumatera Utara 3, dan Sumatera Barat 1 titik panas sebagai indikasi kebakaran hutan dan lahan," ungkap Sutopo.
Sementara di Pulau Kalimantan, sambung Sutopo, terdapat 231 hotspot. Jumlah itu juga tersebar merata di setiap provinsi di pulau tersebut.
Menurut Sutopo, asap dari kebakaran hutan dan lahan menyebar luas di Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi dan Sumatera Selatan.
"Asap di Sumut dan Sumbar sebagian besar berasal dari Riau, Jambi, dan Sumsel. Hal ini terjadi karena terbawa angin ke Utara-Timur Laut. Sebagian besar kualitas udara tidak sehat," tegas Sutopo.
Akibat asap ini, jarak pandang di Pontianak hanya 1.500 meter, Pekanbaru 1.500 meter, Rengat 3 kilometer, Kabupaten Pelalawan 2 kilometer, Jambi 1.500 meter.
"Akibat kejadian ini, pada Jumat-Sabtu pekan lalu sebanyak 218 SD dan 170 SMP-SMA di Kota Jambi diliburkan karena kualitas udara memburuk," ungkap Sutopo.
Sesuai instruksi Presiden Joko Widodo pada November 2014 dan diulang lagi pada Januari 2015, penanggung jawab pengendalian kebakaran hutan dan lahan adalah Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Sementara Gubernur dan Bupati/Walikota bertanggung jawab di daerah masing-masing. Sedangkan BNPB mendukung upaya penggulangan bencana asap.
"BNPB filling the gap kebutuhan ektrem yang dibutuhkan. Untuk mengatasi kebakaran hutan dan lahan maka BNPB mengerahkan 3 pesawat terbang untuk hujan buatan di Riau, Sumsel, dan Kalbar," terang Sutopo.
"Selain itu, BNPB mengerahkan 13 helikopter pemboman air. Dari 13 helipoter tersebut tersebar di Riau 3 heli, Sumsel 2 heli, Kalbar 2 heli, Kalteng 2 heli, Jambi 2 heli dan Kalsel 1 heli," ujar Sutopo.
Sutopo menerangkan, setiap hari helikopter menjatuhkan ribuan liter air dari udara. Ratusan ton garam juga sudah disebarkan di awan-awan potensial sejak Juni 2015 hingga sekarang.
"Untuk penanggulangan bencana asap ini BNPB menyiapkan Rp 385 milyar, dimana sebagian besar digunakan untuk sewa dan operasional pesawat dan helikopter. Pemadaman di darat juga terus dilakukan oleh BPBD, Manggala Agni, TNI, Polri, MPA dan masyarakat," pungkas Sutopo. (Ron/Yus)
Kebakaran Hutan Meluas, BNPB Kerahkan 13 Helikopter
Titik panas pada Minggu di Pulau Sumatera ada 291. Jumlah itu tersebar merata di setiap provinsi di pulau paling barat Indonesia ini.
diperbarui 30 Agu 2015, 16:44 WIBDiterbitkan 30 Agu 2015, 16:44 WIB
Advertisement
Video Pilihan Hari Ini
Video Terkini
powered by
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Hasil Liga Champions: Sempat Unggul 3-0, Manchester City Gagal Menang Lagi
Tips Tinggi Badan Usia 13: Panduan Lengkap Meningkatkan Pertumbuhan
Pilkada 2024 Digelar Hari Ini, BPBD Lakukan Rekayasa Cuaca Demi Kelancaran Pilgub Jakarta
Frustrasi Lihat Performa Pemain, Ruben Amorim Kirim Pesan Khusus pada Petinggi Manchester United
Paspampres Prabowo Bergaya Mirip Thomas Shelby Saat di Inggris Tuai Pujian dan Singgung Peran Didit Hediprasetyo
Fakta Unik Pura Jati Segara, Tempat Suci Umat Hindu di Bali
Mengenal Okultasi Bulan dan Spica 27 November 2024
Bawa Manchester United Raih 7 Gelar, Sosok Ini Sarankan Amorim Lakukan Dua Perubahan
Ketika Gus Miek dan Gus Dur Resah Masa Depan NU, Kisah Pertemuan Dua Wali
OC Kaligis Diperiksa, Sebut Pengacara Ronald Tannur Terkenal Urus Perkara
KAI Daop 9 Jember Pastikan Pilkada 2024 Tidak Ganggu Operasional Kereta Api
Ini Kunci Mendapat Kemuliaan dan Rezeki Lancar Tak Terduga Menurut Syekh Ali Jaber