Fahri Hamzah: Pimpinan DPR Bertemu Donald Trump Wajar, Kecuali...

Pertemuan pimpinan DPR dengan sang pengusaha sebaiknya dapat disikapi secara positif.

oleh Gerardus Septian Kalis diperbarui 11 Sep 2015, 14:06 WIB
Diterbitkan 11 Sep 2015, 14:06 WIB
Fahri Hamzah
Fahri Hamzah (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Kehadiran Ketua DPR Setya Novanto dan Wakil Ketua DPR Fadli Zon dalam konferensi pers bakal calon Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump diminta jangan dipersoalkan lebih jauh. Pertemuan dengan sang pengusaha itu justru sebaiknya disikapi secara positif.

"Jadi ketemu pengusaha itu tidak ada salahnya dan semua anggota DPR kalau keluar negeri pasti bertemu pengusaha, umumnya kita ketemu Kadin dan berdiskusi menjelaskan tentang Indonesia," kata Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Jumat (11/9/2015).

Karena itu, ia menilai pertemuan itu wajar terjadi. Kecuali jika pimpinan DPR tersebut menerima suap dalam agenda itu.

"Kalau ketemu pengusaha itu (Donald Trump) kita harus senang karena memang itu yang selama ini dilakukan. Kecuali kalau dia (pimpinan DPR) terima suap, itu beda, ini enggak ada suap. Dan positif itu ketemu pengusaha," tutur Fahri.

Fahri menjelaskan, saat ini Donald Trump belum menjadi calon resmi dari Partai Republik dan masih menjalani proses internal partainya.

"Kan baru mulai keliling-keliling, ibaratnya belum ada apa-apa. Setelah masuk televisi, menurut saya itu luar biasa. Karena itu berefek pada orang mengenal Indonesia dan itulah kultur egaliter, seperti itu di Amerika, biasa. Kita pakai kultur agak global sedikit dong, jangan main tersingungan begitu," terang Fahri.

Dia pun menyayangkan langkah sejumlah anggota dewan yang melaporkan pertemuan Setya Novanto dan Fadli Zon kepada Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD). Opini publik tidak boleh dijadikan alasan pelaporan, hal ini sudah tercantum dalam kode etik dewan.

"Opini publik tidak boleh (dijadikan alasan) bahkan itu masuk pada pasal mau mempengaruhi MKD. Dalam kode etik dewan, berat hukumannya. Kita harus siap bergaul secara internasional. Kita tidak boleh melayani pikiran-pikiran picik," pungkas Fahri. (Ali)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya