Polisi Papua Barat Didesak Ungkap Pembunuhan Sadis di Bintuni

Jasad seorang ibu yang tengah hamil 4 bulan dan 2 anaknya baru ditemukan 2 hari setelah peristiwa pembunuhan.

oleh Katharina JanurNafiysul Qodar diperbarui 16 Sep 2015, 15:40 WIB
Diterbitkan 16 Sep 2015, 15:40 WIB
Ilustrasi Pembunuhan
Ilustrasi Pembunuhan (Liputan6.com/Johan Fatzry)

Liputan6.com, Jayapura - Ikatan Keluarga Toraja (IKT) Papua Barat mendesak polisi mengungkap pembunuhan sadis sebuah keluarga di Bintuni, Papua Barat yang terjadi pada 25 Agustus 2015. Pembunuhan mengakibatkan seorang ibu yang tengah hamil 4 bulan, Ferly Dian Sari (26), dan 2 anaknya Cicilia Putri Natalia (6) dan Andika (2), meninggal.

Ketua Ikatan Keluarga Toraja Papua Barat Stefanus Selang mengatakan, hingga saat ini polisi belum menangkap pembunuhnya, pascajasad ditemukan pada 27 Agustus atau 2 hari setelah kejadian.

Informasi yang diterima warga setempat menyebutkan, polisi telah menyerahkan kasus tersebut ke Subdenpom Manokwari.  

"Ini kan sangat tidak mungkin, ada upaya polisi untuk menutupi kasus ini. Sebelumnya, polisi telah melakukan penyelidikan dan olah tempat kejadian perkara, tapi kenapa sampai saat ini polisi belum menangkap pelaku?" kata Stefanus ketika dihubungi, Rabu (16/9/2015).

Stefanus mengatakan, pihaknya tetap meminta polisi untuk menetapkan pelaku pembunuhan dan menunjukkan apakah pelakunya warga sipil atau militer.

Upaya IKT Papua Barat agar kasus ini diselesaikan sesuai hukum yang  berlaku terus dilakukan. Tidak hanya demo damai yang pernah dilakukan ratusan orang ke Polres Bintuni pada 9 September lalu, tetapi koordinasi dengan Polres Bintuni juga dilakukan.

IKT pun telah menyurati Kapolda Papua Barat dan menyerahkan sejumlah bukti dan kronologis kejadian kepada Komisi Perlindungan Anak Indonesia dan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Anak di Jakarta.  

Untuk terus mendesak kepolisian mengungkap kasus ini, IKT akan turun ke jalan dan melakukan aksi damai di Mapolda Papua Barat pada Jumat 18 September. "Kami ingin bertemu Kapolda Papua Barat dan menanyakan langsung perkembangan kasus ini," kata dia.

Masih kata Stefanus, "kami ingin kasus ini juga diketahui seluruh Indonesia maupun dunia. Kenapa kasus Angeline bisa menjadi perhatian semua pihak, tetapi kasus ini yang mengakibatkan 2 anak dan 1 jabang bayi terbunuh, harus ditutupi? Kami ingin pelaku dihadirkan."

Datangi Komnas PA

Ikatan Keluarga Toraja (IKT) Provinsi Papua Barat juga mendatangi Kantor Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) di Jakarta. Di hadapan Ketua Komnas PA, Arist Merdeka Sirait, mereka melaporkan pembunuhan sadis di Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat yang memakan 4 korban jiwa tersebut.

Sementara itu perwakilan keluarga korban dari IKT yang datang langsung dari Papua, Matius Menteng menyatakan pihaknya mengutuk aksi pembunuhan sadis tersebut. Meski sudah lama dilaporkan, pihak Polres Bintuni dan Polda Papua Barat yang menangani kasus tersebut terkesan tertutup atas informasi perkembangannya kepada keluarga korban.

"Sampai sekarang hasilnya kita belum tahu. Tiap kali konfirmasi Kapolres hanya bilang berjalan baik. Tapi kemajuan tidak dikatakan. Hanya dikatakan pelakunya sudah dideteksi. Kami harap dapat diungkap siapa pelaku utamanya," harap Mathius.
   
Pada 25 Agustus 2015, 3 orang menjadi korban pembunuhan di dalam rumahnya yang terletak di Distrik Sibena, Bintuni. Ketiganya adalah  Ferly Dian Sari (26 tahun) seorang ibu rumah tangga, dan 2 anaknya: Kalistas Putri Natali (7 tahun) dan Andika Wirata (3 tahun). Ketiganya ditemukan tewas pada  27 Agustus atau 2 hari setelah peristiwa pembunuhan. Ferly dan 2 anaknya menderita luka bacokan benda tajam.

Ferly yang tengah hamil 4 bulan diduga sempat diperkosa. Jasad ketiganya diketahui setelah salah satu keluarga korban, hendak menyalakan lampu di rumah korban karena rumah terlihat gelap. (Mvi/Sun)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya