104 Ribu Warga Bengkulu Dilanda Krisis Air Bersih

Untuk berwudu, mereka harus menggunakan air keruh.

oleh Yuliardi Hardjo Putro diperbarui 22 Sep 2015, 07:08 WIB
Diterbitkan 22 Sep 2015, 07:08 WIB
20150922-kekeringan-bengkulu tengah-antri air
Warga Kabupaten Bengkulu Tengah mengalami krisis air bersih terpaksa antri untuk mendapatkan air gratis dari pemerintah setempat (Liputan6.com/Yuliardi Hardjo)

Liputan6.com, Bengkulu - Kemarau panjang menyebabkan kekeringan di Kabupaten Bengkulu Tengah, Provinsi Bengkulu, sejak 4 bulan lalu. Akibatnya fatal, 104.797 warga yang tinggal di 10 kecamatan mengalami krisis air bersih.

Sumur sebagian warga sudah tidak berisi air. Jika pun ada, airnya sudah bercampur lumpur dan bau tak sedap. Aliran Sungai Air Bengkulu yang melintasi sebagian wilayah kabupaten itu juga sudah tidak bisa diandalkan. Selain dangkal, kualitas air sudah tidak layak dikonsumsi.

Satu-satunya harapan masyarakat adalah aliran air PDAM Tirta Rafflesia milik pemerintah setempat. Namun, aliran air ini hanya bisa dinikmati sebagian kecil warga.

Bupati Bengkulu Tengah Ferry Ramli menyatakan kondisi kekeringan saat ini sangat luar biasa. Namun, pemerintah kabupaten yang bersebelahan dengan Kota Bengkulu dan Kabupaten Bengkulu Utara itu berupaya menyuplai kebutuhan air masyarakat.

"Kita berupaya sekuat tenaga dengan mengerahkan mobil Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan mobil Pemadam Kebakaran untuk menyuplai air langsung kepada masyarakat, setiap hari 30.000 hingga 50.000 liter air kami suplai langsung ke setiap desa," tegas Ferry saat menyalurkan air gratis di Desa Tengah Padang Kecamatan Talang Empat, Senin 21 September 2015.


Warga Kabupaten Bengkulu Tengah mengalami krisis air bersih terpaksa antri untuk mendapatkan air gratis dari pemerintah setempat (Liputan6.com/Yuliardi Hardjo)

Tarmizi, warga Desa Pulau Beringin Kecamatan Pondok Kelapa, mengaku terpaksa memanfaatkan air keruh, meski untuk berwudu. Sedangkan untuk keperluan sehari-hari, jika tidak ada bantuan air gratis dari pemerintah, mereka terpaksa mengangkut air dari sumur di tepi pantai yang digali secara swadaya. Itu pun dalam kondisi payau atau sedikit asin.

"Kondisi alam memang memaksa kami untuk hidup begini, berwudu dengan air kotor dan mengangkut air dari pantai. Hanya itu yang bisa kami lakukan sambil menunggu rahmat Tuhan berupa hujan," terang Tarmizi.

Direktur PDAM Tirta Rafflesia Siti Yuningsih menyatakan, 3.300 pelanggan PDAM saat ini terpaksa tidak bisa menerima layanan air secara maksimal. Debit air yang dialirkan ke rumah warga sudah tidak bisa maksimal.

Dari 5 daerah tangkapan air, kata dia, hanya 2 yang masih bisa mengalir yaitu dari wilayah Taba Penanjung dan Datar Lebar yang berada di kaki Bukit Daun. Sedangkan 3 wilayah lain yaitu Pondok Kelapa, Lagan Bungin dan Kembang Seri tidak ada air yang bisa dialirkan sama sekali.

"Setiap hari kami harus melayani setidaknya 15 desa untuk dibagikan air gratis, sebab aliran melalui pipa ke rumah warga sudah tidak bisa diandalkan lagi," tegas Siti. (Bob/Rmn)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya