Layani Jemaah di Arafah-Mina, 120 Petugas Tak Berhaji

Mereka akan fokus bertugas melayani jemaah haji selama di Arafah dan Mina.

oleh Wawan Isab Rubiyanto diperbarui 23 Sep 2015, 03:19 WIB
Diterbitkan 23 Sep 2015, 03:19 WIB
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengecek persiapan Arafah, Mudzalifah dan Mina (Armina). (Liputan6.com/Wawan Rubiyanto)

Liputan6.com, Mekah - Seratus lebih petugas dari Daerah Kerja Bandara Jeddah-Madinah dan Daerah Kerja Madinah Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi tidak akan melakukan ibadah haji. Mereka akan fokus bertugas melayani jemaah haji selama di Arafah dan Mina.

"Ada 40 petugas Madinah yang berangkat ke Mina pada 9 Zulhijah sore (Rabu 23 September 2015), tidak berihram," ucap Sekretaris Daker Madinah Syarif Rahman kepada Liputan6.com di Mekah, Arab Saudi, Selasa (22/9/2015).

Menurut Syarif, para petugas yang tidak berhaji tersebut memang sudah dipersiapkan sejak dari Tanah Air agar berkonsentrasi melakukan pelayanan terhadap jemaah. Lagipula, para petugas ini sudah pernah berhaji sebelumnya.

"Haji kan wajibnya cuma sekali. Sekarang gilirannya melayani yang ingin berhaji," ujar Syarif.

Jemaah haji Indonesia diperkirakan akan bergerak ke Mina dari Muzdalifah pada Kamis dini hari 24 September mendatang. Di Mina, jemaah akan mabit dan melontar jumrah.

Kepala Daker Bandara Jeddah-Madinah Nurul Badruttamam mengatakan, ada sekitar 50 petugas dari Daker Bandara yang tidak berhaji tahun ini. Mereka akan fokus melayani jemaah selama berada di Arafah. Petugas sudah berada di Arafah sejak Selasa subuh.

"Sudah komitmen, jadi enggak apa-apalah," kata Nurul.

Kepala Bidang Kesehatan PPIH Arab Saudi dr Mawari Edy menambahkan, ada 30 petugas paramedis yang siaga di Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) selama prosesi wukuf. Paramedis ini akan merawat jemaah yang masih dirawat di BPHI serta mengiringi jemaah sakit tersebut ketika safari wukuf.

"Mereka ini juga tidak berhaji," ujar Mawari.

Petugas Kenakan Seragam

Kepala Sub Direktorat Pembinaan Haji Kementerian Agama Khoirizi meminta para petugas tetap menggunakan seragam untuk memastikan pelayanan jemaah haji tetap berjalan dengan baik dan lancar. Penggunaan pakaian seragam ini dimaksudkan agar para petugas lebih mudah dikenali jemaah, terutama mereka yang membutuhkan pelayanan.

"Ini saya tekankan, pada saat Armina (Arafah, Muzdalifah, dan Mina) petugas wajib menggunakan seragam," kata Khoirizi.

Bagi petugas yang sudah berhaji, lanjut Khoirizi, saat wukuf bergerak dari Mekah sampai kembali lagi ke Mekah, harus tetap menggunakan seragam. Adapun bagi petugas yang akan berhaji, maka selesai melontar jumrah aqabah yang bersangkutan harus segera menanggalkan kain ihramnya untuk menggunakan pakaian seragam lagi.

Menurut dia, petugas PPIH Arab Saudi 2015 akan diuji pada saat pelaksanaan wukuf serta mabit di Muzdalifah dan Mina. Di situ akan terlihat sejauh mana komitmen yang telah diberikan selama ini terhadap jemaah untuk dapat memberikan perlindungan, pelayanan, dan pembinaan.

Salah satu indikator peneguhan komitmen adalah dengan berani tampil menggunakan identitas sebagai petugas. Pakaian seragam dinas harian petugas PPIH adalah kemeja putih dengan bawahan hitam dan dipadu dengan lambang-lambang merah putih serta tanda pengenal yang jelas. Keberadaan petugas di lapangan sangat penting, sehingga saat pelontaran jumrah, jemaah dapat dengan mudah menemukan siapa petugas yang bisa membantu mereka.

Pada tahun ini, Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag mengeluarkan kebijakan bagi para petugas yang sudah berhaji agar tidak berhaji. Dengan demikian, petugas bisa fokus pada fungsi pelayanan, perlindungan, dan pembinaan jemaah haji.

Safari Wukuf

Kepala Bidang Kesehatan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, dr Mawari Edy menjelaskan, jumlah anggota jemaah haji yang direncanakan mengikuti safari wukuf sesuai dengan estimasi sebanyak 150 pasien.

"Mereka akan diangkut dengan bus agar bisa memuat kapasitas yang banyak. Hal ini terkait dengan tasrih atau surat izin masuk ke Padang Arafah. Tim kesehatan sudah mempersiapkan layanan medis selama perjalanan," kata Mawari saat ditemui di BPHI, Rosefa, Mekah.

Pasien yang berbaring akan menggunakan 4 bus, sedangkan yang duduk 6 bus. Sehingga ada 10 bus yang digunakan. Karena bus ini akan mengangkut pasien, maka di dalamnya sudah dirancang khusus. Setiap bus pengangkut pasien berbaring kapasitasnya 8 pasien, dilengkapi dengan peralatan medis lengkap seperti alat bantu pernapasan, tabung oksigen, infus dan obat-obatan.

Sedangkan setiap bus pengangkut pasien duduk kapasitasnya maksimal 20 pasien. Setiap bus akan membawa 10 paramedis yang terdiri dari dokter dan perawat serta apoteker dan survilence. Total ada 100 paramedis yang dilibatkan dalam safari wukuf.

"Keluarga pasien tidak memungkinkan untuk ikut mendampingi safari wukuf karena kapasitas bus terbatas," tukas alumnus Universitas Diponegoro (Undip) Semarang itu.

Sedangkan pasien yang kondisinya tidak memungkinkan untuk dibawa ke safari wukuf tetap akan menjalani perawatan di BPHI. Mengenai pasien yang stres dan mengalami hilang kesadaran akan tidak dibawa ke Arafah. Mereka akan dimasukkan badal haji.

Mawari menambahkan, jemaah haji yang dibadalkan (digantikan oleh orang lain) merupakan jemaah haji yang wafat, dirawat di ICU rumah sakit Arab Saudi, serta di ICU BPHI. "Datanya masih dinamis, mungkin sekitar 30 pasien."

Berdasarkan prakiraan cuaca, saat wukuf di Arafah nanti suhu bisa mencapai 47-48 derajat Celsius. Karena itu jemaah haji diharapkan banyak minum, makan kurma serta memakai masker.

"Suhu panas ini berpotensi menimbulkan heatstroke. Ketika berada di Mina, jemaah disarankan untuk menghindari pakaian tebal dan sering terpapar matahari. Selain itu saat melempar jumrah disarankan jangan dilaksanakan pada siang hari karena cuaca cukup panas. (Ans)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya