Liputan6.com, Jakarta Artikel berjudul 'Waiting in the White House Lobby' tentang praktik broker untuk bisa mendapatkan kesempatan berkunjung ke Gedung Putih, membuat sejumlah pihak di Indonesia merasa cemas, termasuk DPR.
Ketua Komisi I DPR Mahfudz Siddiq mengatakan, sementara ini pihaknya tetap berpegang pada penjelasan Kementerian Luar Negeri yang membantah bahwa pihaknya mengeluarkan anggaran di kementeriannya untuk jasa pelobi.
"Kalau saya tetap sementara ini berpegang pada penjelasan Menlu. Bahwa pertemuan dengan Presiden Jokowi itu memang berdasarkan komunikasi dari kementerian luar negeri kedua belah pihak," ujar Mahfudz di Gedung DPR, Senayan, Senin (9/11/2015).
Advertisement
Namun, dia menyayangkan sikap Menlu yang belum menjelaskan mengenai pertemuan Presiden dengan kalangan pebisnis.
"Apakah itu (pertemuan dengan pebisnis) diatur Kemlu sama KBRI atau memang diatur oleh pihak swasta. Walaupun kalau di Amerika praktek lobi itu biasa aja sebenarnya. Kalau pertemuan dengan pebisnis ya mungkin saja. Tapi kalau pertemuan dengan Obama, kan penjelasan Menlu itu diatur oleh Menlu. Itu nanti hal yang akan diklarifikasi Komisi I," kata Mahfudz.
Baca Juga
Dia menjelaskan, bahwa Komisi I akan mengadakan rapat kerja dengan Kementerian Luar Negeri dan akan meminta penjelasan mengenai hasil pertemuan dengan Presiden Barack Obama. Terutama terkait pernyataan Presiden yang menerima ajakan Obama untuk bergabung dengan Trans Pacific Partnership (TPP).
Dia menegaskan, sampai saat ini Komisi I masih tetap meminta pemerintah untuk fokus menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), karena sampai saat ini Komisi I belum pernah mengkaji secara komprehensif terkait kerja sama TPP.
"Untuk MEA saja kita masih butuh persiapan banyak. Tingkat persiapan Indonesia kan masih belum maksimal. Mau masuk TPP sementara ‎kita belum kaji regulasi dan konsekuensinya. Itu kan berat," ujar Mahfudz.
Sebelumnya, dosen Ilmu Politik Asia Tenggara di School of Oriental and African Studies, Michael Buehler, pada 6 November 2015 menyinggung pertemuan Presiden Jokowi dengan Presiden Amerika Serikat Barack Obama. Tulisan itu juga mengkritik 'ketidakmampuan' misi diplomatik Indonesia. (Nil/Sun)