Liputan6.com, Jakarta - AKBP Untung Sangaji menjadi pembicaraan hangat di masyarakat. Ini menyusul aksi heroiknya bersama dua temannya yang sukses melumpuhkan 2 dari 5 pelaku teror bom Jakarta di Jalan MH Thamrin, Jakarta, pada Kamis 14 Januari 2016.
Untung mengaku menjalankan aksinya tersebut secara situasional. Karena itu, aksi baku tembak dilakukannya tanpa mengenakan rompi anti peluru. Ia hanya mengandalkan pistol jenis FN dengan 5 magasin (tabung peluru) yang dibawa kala itu.
"Saya bawa 5 magasin. Yang saya gunakan 3, sisa 2 magasin," ucap Untung di sebuah acara diskusi di Kawasan Cikini Jakarta Pusat, Sabtu (16/1/2016).
Advertisement
Advertisement
Baca Juga
Ia pun menunjukkan pistol jenis FN yang digunakannya menembak 2 pelaku teror. Pistol itu berwarna hitam dan terdapat gambar tengkorak di bagian gagangnya. Gambar tengkorak ini memiliki arti dan makna tersendiri bagi Untung.
"Saya bawa karena saya tidak tahu apakah di antara kalian semua di sini ada teroris. Di sini tengkorak, tengkorak ini artinya berbuat baiklah kamu sebelum kematian menjemput kamu," ujar perwira dari Polair itu.
Selain gambar tengkorak, terdapat simbol pencabut nyawa. Simbol itu mempunyai arti bahwa dirinya tanpa ragu akan memberantas kejahatan dan melumpuhkan setiap pelaku kejahatan dengan senjata yang dimilikinya. ‎
"Yang kedua di sini pencabut nyawa, artinya siap dan jangan ragu-ragu berantas kejahatan," ucap Untung.
Rekannya Ipda Tamat juga menunjukkan pistol yang digunakan untuk melumpuhkan 2 pelaku teror. Berbeda dengan Untung, pistol yang dipakai Tamat berjenis Revolver.
"Ini Revolver 38, senjata ini jelek, sebenarnya nggak pantas polisi pakai itu," tandas Untung sambil menunjukkan pistol yang dipakai Tamat.
Kendati melakukan aksi yang dianggap heroik, namun Untung menolak jika keberaniannya ini dikatakan sebagai pahlawan. Bagi Untung, hal itu sudah menjadi tugasnya.
"Saya harus berani, buat apa saya digaji masyarakat kalau takut," pungkas Untung.