Liputan6.com, Jakarta - Insiden penembakan oleh anggota Brimob terhadap istrinya di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, pada Sabtu kemarin, menambah catatan buram lembaga kepolisian. Indonesian Police Watch (IPW) menilai, ada sejumlah hal yang perlu segera dibenahi di tubuh Polri.
Ketua Presidium IPW Neta S Pane mengatakan, salah satu faktor yang menyebabkan tindakan pidana itu terjadi adalah kurang ketatnya sistem rekrutmen di kepolisian.
Baca Juga
"Dan juga umumnya, yang melakukan pembunuhan atau penembakan itu polisi kelas bawah," ujar Neta saat dihubungi di Jakarta, Minggu (13/3/2016).
Advertisement
Lebih dari itu, menurut dia peran para petinggi Polri juga sangat penting untuk mencegah tindak pidana yang dilakukan anak buahnya. Ia menilai, kontrol atasan terhadap anak buahnya masih lemah. Mayoritas pimpinan tak banyak tahu persoalan yang dihadapi anak buahnya.
"Kalau jeli, harusnya tahu anak buahnya punya masalah atau tidak. Kalau punya masalah, (harusnya) diperintahkan untuk konseling," tutur Neta.
Pria kelahiran Medan, Sumatera Utara itu menilai, pengawasan rutin semacam konseling perlu dilakukan guna mengukur sejauh mana kondisi kejiwaan para personel kepolisian.
Terlebih, beban kerja di korps Bhayangkara itu terbilang cukup berat. Hal itu tentu sangat berpengaruh kepada perilaku dankondisi psikologis anaknya.
"Kalau hasil konselingnya ternyata kejiwaannya ada masalah, senjata bisa diambil dan tidak diperkenankan lagi (mengoperasikan senjata)," tandas Neta.
Kasus Bekasi dan Melawi
Kasus penembakan yang diduga dilakukan Brigadir ARS (28) terhadap istrinya AN (26) memang menyita perhatian publik. ARS menembak mati sang istri di rumah mertuanya di RT 02 RW 02, Kampung Tower, Hegarmukti, Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, Sabtu dini hari kemarin.
Baca Juga
Sesaat kemudian, ARS menembak rahangnya sendiri hingga mengalami luka serius. Pelaku yang kritis langsung dibawa ke Rumah Sakit Polri Kramatjati untuk perawatan. Sementara jenazah istrinya diautopsi di rumah sakit yang sama.
Dugaan sementara, ARS nekat melakukan tindakan di luar nalar, lantaran dipicu persoalan pribadi. Namun, polisi hingga kini masih kesulitan mengungkap motif penembakan tersebut, lantaran pelaku belum bisa diperiksa.
Kasus tak kalah tragis juga terjadi di Melawi, Kalimantan Barat, akhir Februari lalu. Anggota Polres Melawi Brigadir Petrus Bakus tega membunuh 2 anaknya yang masih kecil. Petrus bahkanmemutilasi 2 buah hatinya itu.
Belakangan pelaku disebut-sebut mengidap penyakit kejiwaan, yakni schizophrenia sejak masih berusia 4 tahun. Petrus juga mengaku kerap mendapat bisikan makhluk halus sebelum menghabisi nyawa 2 anaknya.