Keluarga Polisi Mutilasi Anak: Tolong Hentikan Sebar Foto Korban

Foto-foto kesadisan polisi pemutilasi itu sempat membuat kakak istrinya pingsan.

oleh Aceng Mukaram diperbarui 02 Mar 2016, 23:44 WIB
Diterbitkan 02 Mar 2016, 23:44 WIB
Polisi tersangka kasus mutilasi
Salah seorang kerabat Windri, istri Brigadir Petrus Bakus polisi yang diduga memutilasi anak kandung. (Raden AMP/Liputan6.com)

Liputan6.com, Melawi - Ali Akbar, kakak ipar istri polisi pemutilasi anak Brigadir Petrus Bakus, terpukul atas kematian dua keponakannya secara tragis. Hatinya semakin tersayat saat foto-foto keponakannya itu beredar di dunia maya.

"Saya minta hentikan foto-foto (foto-foto mutilasi) di dunia maya.  Saya sangat protes berat, kemarin istri saya sempat pingsan melihat foto itu juga," kata Ali, Senin, 29 Februari 2016.

Ali mengaku kurang akrab dengan suami adik iparnya itu. Perbedaan pandangan dengan pelaku menjadi salah satu faktor renggangnya hubungan antara Ali dan Bakus meski silaturahmi tetap berjalan.

"Silaturahmi sebulan yang lalu. Itu pun via telepon dan itu pun dia ada cekcok sama istrinya.  Terakhir saya dengar informasinya, 'Bang, mungkin saya mau cerai'," ungkap Ali.


Dua minggu sebelum kejadian tragis itu, ia melihat Petrus Bakus membawa kedua anaknya berjalan-jalan dengan mengendarai sepeda motor. Saat itu ia berpikir masalah yang dilontarkan suami adik iparnya sudah selesai.

"Sementara perlakuan dengan anaknya, pas saat berpapasan sering membawa anaknya. Ya saya lihat seperti secara kebapakan. Ya tentu sayang dengan anaknya," tutur Ali.

Peristiwa menyedihkan itu tentu saja membuat adik iparnya terkejut. Namun, ia mengatakan istri polisi pemutilasi itu mulai mau berkomunikasi.

"Alhamdulillah, ada perubahan dan sekarang sudah mau ngomong," kata Ali.

Senjata Parang

Wakil Direktur Reserse Kriminal Umum Kepolisian Daerah Kalimantan Barat, AKBP Supriadi, menyatakan berdasarkan hasil prarekonstruksi, Bakus membunuh kedua anaknya terlebih dulu sebelum dimutilasi. Hal itu sesuai dengan keterangan Bakus.

Supriadi mengungkapkan parang yang digunakan untuk membunuh dibeli Bakus 3 hari sebelum pembunuhan, yaitu Selasa, 23 Februari 2016. Namun, dalam pemeriksaan, Bakus mengaku parang itu akan digunakan untuk membersihkan halaman belakang rumah.

"Untuk bicara terencana, melihat dari alat yang dipersiapkan ini, yang dibeli memang tiga hari yang lalu. Dan saya cek lagi, dia bilang untuk membersihkan pekarangan di belakang rumah," kata Supriadi.

Terkait hasil autopsi, Dokter Forensik Bid Dokes Polda Kalbar, Kompol Edi Syahputra Hasibuan, mengatakan proses tersebut diharapkan bisa selesai dalam waktu seminggu. Penyelidikan awal memastikan bahwa luka-luka yang terdapat pada jasad anak-anak Bakus disebabkan benda tajam.

"Lukanya kan banyak, tapi yang pasti, luka itu karena kekerasan benda tajam. Kemudian ada beberapa organ yang saya ambil untuk diperiksa," ucap Edi.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya