Menteri Yohana: 25 Ribu Anak di Jakarta Akses Pornografi

Menteri Yohana terkejut melihat data pornografi yang diakses anak-anak di Jakarta.

oleh Ahmad Romadoni diperbarui 04 Mei 2016, 22:48 WIB
Diterbitkan 04 Mei 2016, 22:48 WIB
20160504- Yohana Ingin Pelaku Pemerkosaan YN Dihukum Mati- Yohana Yambise-Jakarta- Helmi Afandi
Menteri PP dan PA, Yohana Yambise menggelar konfrensi pers di Gedung Kementerian PP dan PA, Jakarta, Rabu (4/5). Menurut Yohana peristiwa yang menimpa YN hanya sebagian kecil dari kasus-kasus lain yang terungkap di publik. (Liputan6.com/Helmi Afandi)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembise terkejut melihat data pornografi yang diakses anak-anak. Di Jakarta saja, ada 25 ribu anak yang membuka situs pornografi.

Hal itu didapatnya saat mendapat kunjungan seorang rekan dari Thailand. Mereka tengah mengembangkan sistem yang bisa meng-capture orang yang tengah membuka situs pornografi dalam ponsel.

"Saat saya minta buka di Jakarta, terlihat ada 25 ribu anak yang sedang membuka situs pornografi. Jakarta itu penuh dot merah," ujar Yohana di Kantor Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Jakarta, Rabu (4/5/2016).

Tak sampai di situ. Sistem itu juga bisa melihat siapa saja yang sedang mengakses materi pornografi yang berbasia video. Angkanya pun tidak kalah besar.

 

"Ada 50 ribu flash (video) porno yang sedang diakses di seluruh Indonesia," imbuh dia.

Pornografi memang menjadi pemicu utama perbuatan kekerasan seksual yang terjadi selama ini. Yohana sempat datang ke beberapa Lembaga Pemasyarakatan dan berbincang langsung dengan pelaku kekerasan seksual yang sudah dewasa. Di situ dia berbincang dengan 66 orang.

"Saya simpulkan bahwa dari 66 itu sekitar 55% menyatakan mereka menonton situs porno dan mempraktikkannya ke anak-anak di bawah umur. Ditambah mereka menonton pornografi secara komersial di dunia yang menunjukkan melakukan dengan anak-anak lebih nikmat," jelas dia.

Sementara, pelaku lain merupakan korban kekerasan seksual masa lalu yang kembali mempraktikkannya kepada orang lain. Sisanya pelaku berlatar belakang broken home sehingga tidak mendapat perhatian cukup dari kedua orang tuanya.

"Kekerasan ini fenomena gunung es. Itu yang terlapor bagaimana yang tidak," pungkas dia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya