Liputan6.com, Jakarta - Jatuhnya rezim Orde Baru menjadi sejarah penting di Bumi Pertiwi. Dengan tumbangnya Pemerintahan Soeharto, menjadi awal bangkitnya Indonesia dari keterpurukan menuju masa yang lebih baik dan terbuka, baik dari segi politik, ekonomi, sosial, maupun budaya.
Salah satu saksi sekaligus pelaku sejarah jatuhnya rezim Soeharto adalah mantan aktivis 1998, Masinton Pasaribu.Â
Baca Juga
Masinton yang sekarang menjadi politikus PDIP dan sekarang duduk menjadi anggota DPR, merupakan satu dari ribuan mahasiswa yang menduduki Gedung DPR/MPR untuk mendesak Soeharto mundur.
"Mahasiswa terkonsentrasi di gedung DPR," cerita Masinton kepada Liputan6.com, Kamis 20 Mei 2016.Â
Pada 20 Mei 1998, kata Masinton, mahasiswa sudah mendengar isu soal mundurnya para menteri. Ada pula rapat yang dipimpin Ketua Dewan Perwakilan Rakyat saat itu, Harmoko, yang meminta Soeharto mundur.
Ketika itu, ujar Masinton, kondisi sangat tegang. Ribuan mahasiswa turun ke jalan. Mereka dihadang Angkatan Bersenjata RI (ABRI). "Karena saat itu rezim Orde Baru ketakutan," kenang dia.
Advertisement
Baca Juga
Aparat melarang mahasiswa turun ke jalan. Namun, mahasiswa tak gentar. Jalanan adalah media pemersatu mahasiswa saat itu. Kata Masinton, dalam aksi itu mahasiswa dipukuli aparat. "Biasalah dinamika di lapangan. Kan, aparat represif," ujar Masinton.
Pada 21 Mei 1998, Masinton dan seluruh mahasiswa kaget. Sebab, hari itu para menteri mundur. Begitu pula Soeharto.
"Kaget aja, secepat itu," ujar Masinton.
Namun, dia dan ribuan mahasiswa lainnya tak percaya jika Soeharto menyerahkan kepemimpinannya pada Wakil Presiden BJ Habibie. Artinya, rezim Orde Baru belum tumbang.
Mahasiswa pun tetap menduduki Gedung DPR hingga 23 Mei 1998. Saat itu, kata Masinton, seluruh mahasiswa hanya tidur di selasar gedung DPR.
"Tidur aja enggak mikir alasnya apa. Ada kamar mandi di DPR. Ya mandi di sanalah. Ada tas semuanya ada yang bawa pakaian," kata dia.
Ada pula kelompok masyarakat yang membagi-bagikan nasi bungkus kepada mahasiswa yang menduduki gedung DPR.