Jurus Ridwan Kamil Aplikasikan Nilai Pancasila di Bandung

Dalam menerapkan nilai Pancasila, Ridwan Kamil mengaplikasikannya melalui program-program di masyarakat.

oleh Nafiysul Qodar diperbarui 30 Mei 2016, 21:49 WIB
Diterbitkan 30 Mei 2016, 21:49 WIB
20151016-Stok foto Walikota Bandung Ridwan Kamil
Walikota Bandung Ridwan Kamil. (Liputan6.com/Yoppy Renato)

Liputan6.com, Bandung - Wali Kota Bandung, Jawa Barat, Ridwan Kamil memiliki jurus tersendiri dalam mengaplikasikan nilai-nilai Pancasila di era kekinian. Tantangan hari ini, bukan lagi soal menghafal Pancasila, tapi bagaimana mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

"Kalau menghafal saya rasa sudah bisa, walaupun banyak juga makin ke sini makin banyak yang belum hafal. Tapi menerjemahkan Pancasila menjadi sesuatu yang kekinian, menjadi relevan, itu yang jadi tantangan," ujar Ridwan Kamil di sela-sela rangkaian acara Peringatan Hari Lahir Pancasila, Gedung Merdeka, Bandung, Jawa Barat, Senin (30/5/2016).

Pria yang akrab disapa Kang Emil itu pun mengaplikasikan Pancasila dengan program-program kekinian di kotanya. ‎Seperti sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa diimplementasikan dalam kegiatan-kegiatan rohani, salah satunya berupa gerakan maghrib mengaji.

"Sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa itu dengan adanya program yang menguatkan kesalehan masyarakat, mengaji untuk anak-anak," jelas dia.‎

 

Kemudian program 'ayo bayar zakat' merupakan penerapan dari sila kedua dan ketiga. Dengan banyaknya umat muslim yang merupakan penduduk mayoritas sadar akan pentingnya membayar zakat, maka permasalahan kemiskinan dapat teratasi.

"Orang muslim Indonesia kalau mau bayar zakat semua, bisa terkumpul Rp 200 triliun nilainya. Selesai itu kemiskinan. Sayangnya kan enggak semua mau," ucap Kang Emil.

Sila keempat diwujudkan dalam bentuk demokrasi yang memberi ruang bagi masyarakat untuk menyampaikan aspirasinya dan sumbangsihnya dalam membangun bangsa. Setidaknya ada 10 kelompok di Bandung yang bergerak di bidangnya masing-masing untuk membantu pemerintah membawa perubahan yang lebih baik.

Sementara sila kelima diterjemahkan dengan program kredit tanpa agunan kepada masyarakat kecil menengah. Masyarakat harus membentuk kelompok minimal terdiri dari 5 orang untuk mendapatkan pinjaman dari Bank Jabar senilai Rp 30 juta.

"Nah terjemahan-terjemahan itulah yang diharapkan hadir dalam setiap kota dan kabupaten di Indonesia, sehingga Pancasila itu relevan, bahwa kita ini punya identitas," terang Kang Emil.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya