Liputan6.com, Jakarta Markas Besar Polri Senin pagi tadi tampak sibuk. Kabar tersiar bahwa Kapolri Jenderal Badrodin Haiti akan mengumpulkan para jenderal atau pejabat di Mabes Polri di Ruang Rapat Utama atau Rupatama, Jalan Trunojoyo Nomor 1, Jakarta Selatan.
Beragam agenda akan dibahas dalam pertemuan tersebut. Mulai dari kondisi Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Kantibmas) selama Ramadan, persiapan mudik Lebaran, dan terpenting adalah persiapan menyambut pimpinan baru.
Badrodin akan memasuki masa pensiun Agustus mendatang. Sesuai Undang-undang 2 tahun 2002, batas aktif seorang anggota Polri adalah 58 tahun. Adapun perpanjangan masa dinas adalah untuk mereka yang dianggap memiliki kemampuan khusus di bidang tertentu.
Sebagai gantinya, Presiden sudah menunjuk calon tunggal Komisaris Jenderal Tito Karnavian yang saat ini menjabat Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
"Intinya kita semua mendukung kebijakan presiden yang telah menetapkan Pak Tito atau siapa pun yang dipilih, harus didukung," kata Badrodin saat dihubungi Liputan6.com, Senin (20/6/2016), sesaat sebelum pertemuan digelar.
Salah satu bentuk dukungan nyata tersebut adalah dengan membantu mulusnya uji kelayakan dan kepatutan Komisaris Jenderal Tito Karnavian dalam waktu dekat ini.
"Tentunya proses ke depan harus diikuti bersama. Kami bantu Komjen Tito Karnavian untuk menjalani proses selanjutnya," ujar Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Boy Rafli Amar di Mabes Polri.
Selain itu, Boy melanjutkan, Kapolri meminta jajarannya tak ikut berpolemik dalam pencalonan Kapolri saat ini. Badrodin berharap jajarannya menuntaskan program-program kerja yang belum rampung ketimbang berpolemik terkait pergantian orang nomor satu di Tri Brata 1.
"Penuntasan pekerjaan yang belum diselesaikan. Pekerjaan kita cukup banyak antara lain program Pak Kapolri," kata dia.
Bintang Terang Tito Karnavian
Usia Tito terbilang muda di antara beberapa jenderal polisi bintang tiga. Dia adalah lulusan terbaik Akademi Kepolisian 1987 dan meraih bintang Adhi Makayasa. Beberapa penghargaan dan kenaikan pangkat luar biasa dia raih selama kariernya sebagai perwira menengah kepolisian.
Adik kandung Tito, Iwan Dakota mengatakan, ada tiga prestasi dimana kakaknya tersebut meraih kenaikan pangkat luar biasa. Yaitu sewaktu menangkap Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto. Putra presiden ke-2 Soeharto ini terlibat kasus pembunuhan Hakim Agung Syafiudin. Saat itu Tito berpangkat mayor dan mendapat kenaikan pangkat luar biasa ke Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP).
Kenaikan pangkat luar biasa kedua diterima Tito saat berpangkat AKBP. Tito saat itu berhasil mengungkap doktor Azhari yang menjadi biang kerok teror bom di Indonesia. Tito dianugerahi kenaikan pangkat luar biasa dari AKBP ke Komisaris Besar (Kombes).
Kenaikan pangkat luar biasa ketiga adalah saat keberhasilan penangkapan gembong teroris Noordin M Top. Dia mendapatkan gelar luar biasa dari kombes ke Brigadir Jenderal (Brigjen). Saat ini Tito Karnavian menjabat Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
Menurut Badrodin, jenjang senioritas bukan kendala dalam pengangkatan Tito sebagai Kapolri. Kompetensi Tito-lah yang menjadi tolok ukur Presiden Joko Widodo memilih jenderal kelahiran Palembang, 51 tahun lalu ini.
"Muda kalau punya potensi, ya boleh. Siapa yang punya kemampuan yang memimpin, bukan lihat angkatannya," tegas Badrodin.
Kemampuan Tito untuk memimpin Polri pun diakui langsung Presiden Jokowi. "Saya meyakini beliau mempunyai kemampuan, cerdas, mempunyai kompetensi yang baik, dan kita berharap DPR bisa segera memproses ini," kata Jokowi di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis 16 Juni 2016.
Tidak hanya itu, Jokowi juga mengakui kemampuan Tito dalam membangun jaringan dengan instansi lain yang berkaitan dengan penegakan hukum. Presiden berharap, jika nanti DPR menyetujui penunjukan Tito, mantan Kapolda Metro Jaya ini dapat meningkatkan profesionalisme Polri sebagai pengayom masyarakat, dan memperbaiki kualitas penegakan hukum, terutama terhadap kejahatan narkoba, terorisme, dan korupsi.
Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komjen Budi Waseso turut acung jempol dengan rekam jejak juniornya, Tito Karnavian. Buwas, sapaan Budi Waseso, Tito merupakan salah satu putra terbaik Polri.
"Kalau kita lihat perjalanan beliau (Tito), track recordnya sangat baik. Beliau adalah salah satu putra terbaik di Polri," ujar Buwas usai rapat dengan Komisi III DPR di Kompleks Parlemen Senayan Jakarta, Kamis 16 Juni 2016.
Sehingga, kata dia, Tito sangat layak memimpin instansi Polri ke depan. Dia pun berharap senior-senior di Polri mendukung Tito.
"Mudah-mudahan dengan dukungan termasuk senior-senior, kita dukung Pak Tito untuk melaksanakan tugas yang tentunya berat, tapi manakala dikerjakan bersama-sama dengan visi misi yang satu, saya kira bisa. Kepolisian ke depan harus lebih baik," ucap dia.
Dia menilai sosok Tito adalah seseorang yang mudah bergaul dan bisa menyesuaikan diri dengan baik dan cepat.
"Kita lihat bagaimana Tito jadi Kapolda di Papua, bagaimana beliau menjalankan tugas sebagai Kapolda Metro Jaya, ukurannya sudah jelas. Senior tentunya akan mendukung walaupun itu (Tito) junior," papar Buwas.
Advertisement
Dukungan Senior, Energi Komjen Tito
Meski tergolong muda dan melewati empat seniornya, Komjen Tito Karnavian dianggap mampu memimpin seniornya di kepolisian. Bukan hanya ucapan, tapi pembuktian. Beberapa kali Tito menjabat di posisi puncak, Tito selalu dikelilingi para seniornya. Roda organisasi tetap berjalan.
"Di Polda Metro Jaya wakilnya angkatan 1983 (Brigjen Nanang Jumantara), kepala-kepala bironya seniornya, tidak ada masalah. Komunikasi mereka bagus," kata Direktur Lembaga Kajian Strategis Kepolisian (Lemkapi) dan juga mantan anggota Kompolnas Edi Hasibuan saat dihubungi Liputan6.com di Jakarta, Kamis 16 Juni 2016.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam video khusus yang disebarkan melalui situs video di media sosial, Kamis 16 Juni 2016, mendukung langkah Presiden Jokowi dalam mengangkat Komjen Tito sebagai calon tunggal Kapolri. SBY menilai Tito sebagai sosok luar biasa dan dapat mengemban tugas sebagai Kapolri meski terhitung junior dalam jajaran perwira tinggi Polri.
SBY menjelaskan, dalam promosi jabatan, ada 2 hal yang menjadi pertimbangan utama baik di institusi Polri maupun TNI, yakni kapasitas dan senioritas.
"Yang penting adalah kapasitas yang utama baru senioritas, sehingga dalam konteks ini tidak ada masalah jika Pak Tito pada saatnya nanti jadi Kapolri," ujar SBY.
Terkait kemungkinan ada senior-senior yang kecewa dengan pencalonan Tito, SBY tak memungkirinya. "Kecewa itu hak setiap orang, jangan dimarahi," tegas SBY.
Seorang junior menjadi pemimpin tertinggi di institusinya dan harus memimpin senior-seniornya, menurut SBY, bukanlah sesuatu yang baru. Dia pun pernah mengalaminya saat berkarier di TNI. Â
"Saya kan juga punya pengalaman ketika saya menjadi Pangdam II Sriwijaya yang domisilinya di Palembang, itu saya menggantikan pejabat lama yang 8 tahun lebih senior dibanding saya. Jadi 8 angkatan di atas saya. Komandan Korem dan dan para asisten kodam itu, ya senior-senior saya," papar SBY.
Pengalaman memimpin para seniornya, juga diungkapkan SBY saat dia menjabat Menko Polkam. "Para deputi itu senior-senior saya, tapi kami juga bisa bekerja dengan baik, saya menghormati benar kakak-kakak saya itu, senior-senior saya itu, meskipun beliau deputi-deputi saya. Sebaliknya beliau juga menghormati saya dan juga patuh terhadap instruksi dan arahan yang saya berikan."
Karena itu, mengacu pada kepribadian dan gaya kepemimpinan Tito, SBY yakin Kepala BNPT itu akan mampu menjalankan tugas sebagai Kapolri.
"Kalau saya lihat kepribadian Jenderal Tito, gaya kepemimpinan beliau, Insya Allah bisa untuk mengatasi tidak ada riak-riak sementara terhadap pengangkatan beliau sebagai Kapolri," ucap SBY.
Dia juga yakin, di hari-hari mendatang Tito seraya menyiapkan fit and proper test di DPR,
akan menghadap Kapolri Badrodin Haiti dan Wakapolri Budi Gunawan untuk mendapat bimbingan, dan nasihat mereka berdua.
"Itu akan indah pada saatnya nanti karena Pak Tito yang saya dengar juga memiliki gaya kepemimpin yang baik, akan menghormati senior-seniornya dan akan tegas ketika menjalankan tugas negara," tandas SBY.